dua puluh tiga

3.7K 206 30
                                    


Sebelum membaca
Aku mau minta doa kalian dulu biar urusan ku hari ini lancar
makasii

Dan karena seingatku aku belum pernah minta follow
jadi hari ini aku minta follow ya sama kalian ^_^

enjoy


Kini Tristan sudah berada di depan pintu ruangan Dion dirawat dengan membawa satu kotak kecil berisi Cheesecake. Entah mengapa ia jadi gugup berlebihan dan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Sial kenapa gue jadi takut gini" batin Tristan. Memang sedari tadi perasaannya terasa tidak nyaman, antara takut bertemu Dion atau takut ditolak oleh Dion yang jelas Tristan benar-benar merasa takut.

Karena keberaniannya yang mulai surut, Tristan memutuskan untuk kembali saja dan mengurungkan niatnya untuk memberi Dion Cheesecake yang ia bawa. Namun baru saja berbalik sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Tristan? Kenapa gak masuk? udah sana kalo mau ketemu Dion jangan ragu!" ucap Sehan yang hendak keluar untuk pergi mencari makan.

Tristan masih terdiam, ia sungguh ragu saat ini. Sehan yang peka pun langsung memegang kedua lengan atas Tritan dan menatap Tristan dengan tatapan meyakinkan.

"Masuk! mumpung bang Sean lagi di kantor, jadi lo bisa berduaan sama Dion" ucapnya lalu melangkah pergi meninggalkan Tristan yang masih bergelut dengan pikirannya.

"Ah bodo amat lah" batin Tristan pasrah. Ia pun perlahan membuka pintu ruangan Dion dirawat.

Saat masuk Tristan langsung disuguhi pemandangan Dion yang menatap kearahnya dengan tatapan seperti heran dan penuh tanya.

Tristan yang sudah memantapkan tekadnya pun berjalan pelan menuju ranjang Dion dengan senyuman yang sebelumnya tak pernah dilihat oleh Dion.

"Sore" sapanya namun tidak dibalas oleh Dion. Dion hanya menatapnya terus sedari ia masuk. Tristan memaklumi Dion yang mengabaikannya.

"Dion liat coba abang bawa apa" ucap Tristan sambil menunjukkan sekotak cheesecake yang ia bawa. Sadarkah Tristan jika ia memanggil dirinya sendiri 'abang' dihadapan Dion?

Dion hanya melihat sekilas kemudian menolehkan kepalanya kearah jendela mengabaikan Tristan. Oh tidak hati Tristan tidak kuat jika seperti ini.

Runtuh sudah pertahanan Tristan, air matanya mulai keluar sendiri tanpa diminta, isakan demi isakan keluar dari bibir Tristan membuat Dion sedikit terkejut.

"Maaf maaf hiks maaf hiks maafin abang Dion hiks... jangan cuekin hiks abang... Dion boleh tampar abang tapi jangan hiks cuekin abang... abang... abang sayang sama Dion" Tristan terus saja berbicara meski sambil terisak. Tangannya memegang tangan Dion dan mengarahkan ke pipinya agar Dion bisa menampar dirinya.

Tristan menutup matanya bersiap. Namun bukannya tamparan yang ia dapat malah sebuah elusan lembut dari Dion di pipinya. Tristan pun membuka matanya menatap Dion tak percaya.

Dion masih diam namun ia merentangkan kedua tangannya agar Tristan dapat masuk ke pelukannya. Tristan yang melihat itu pun langsung menyambar Dion dan memeluknya erat.

"Maaf hiks maafin abang Dion" ucap Tristan masih dalam pelukan Dion.

Dion masih diam namun senyum kecil di bibirnya menandakan bahwa ia bahagia dengan keadaannya saat ini. Bahkan air mata miliknya juga sudah terjun bebas sedari tadi.

"Dion udah maafin abang... Dion juga sayang abang Tristan" ucap Dion lirih namun bisa didengar jelas oleh Tristan dan hal itu membuat Tristan makin terisak dan memeluk Dion lebih erat lagi. Dion membalas pelukan Tristan dan mengusap-usap pelan punggung pemuda itu.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang