dua puluh

4.8K 257 28
                                    


Kini keempat laki-laki berbeda usia itu tengah duduk diam sembari memandangi wajah polos yang tenang dari seorang pemuda yang terbaring di ranjangnya.

Sean, Edgar, Aldi, serta Tristan dengan sabar dan setia menunggu Dion bangun dan membuka matanya. Ya pemuda yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit adalah Dion.

Dokter berkata jika Dion mengalami demam tinggi. Namun tidak perlu khawatir karena semua sudah ditangani dengan baik oleh sang Dokter beserta perawat lainnnya.

Dan sekarang tinggal menunggu Dion bangun dari tidurnya. Kenapa tidur? karena Dion disuruh istirahat oleh Dokter, jadi daripada bosan ya mending dia tidur dan menyelami mimpinya.

Mereka tentu tidak masalah, toh asal Dion baik-baik saja mereka pun bisa tenang. Jadi dengan sabar, setia, dan tenang mereka menunggu Dion disampingnya hingga terbangun.

Sena duduk disamping ranjang Dion sambil menggenggam tangan Dion dengan hati-hati agar tidak membangunkan si empunya sementara Edgar, Aldi, dan Tristan memilih untuk duduk di sofa besar yang tersedia di sana. Mereka merasa belum pantas berada di sisi Dion.

.

.

.

.

.

.

Terlihat seorang pemuda yang menopang dagunya menatap ke depan dengan tatapan yang seolah berkata 'membosankan'.

Bian kini tengah dalam mood yang buruk. Selain karena lapar, ketidakhadirannya sosok disampingnya juga merupakan alasan kuat yang mempengaruhi moodnya.

Ditambah sang sahabat tidak masuk tanpa alasan. Ayolah, baru saja beberapa hari Dion masuk sekolah. Kenapa hari ini malah tidak berangkat lagi?

Bian kesal karena sahabatnya itu tidak menghubungi dirinya sama sekali. Biasanya jika tidak masuk Dion pasti mengiriminya pesan tentang alasannya tidak masuk sekolah.

Tapi tidak ada notifikasi apapun yang muncul dari nomor Dion. Bian kesal namun juga khawatir. Takutnya terjadi sesuatu yang mengerikan pada sahabatnya itu.

Hingga jam istirahat berbunyi Bian memutuskan untuk menghubungi Sean guna menanyakan kabar sang sahabat. Biarlah ia mengganggu Sean yang mungkin sedang bekerja asalkan ia dapat memastikan bahwa Dion baik-baik saja.

Tutt tutt

"Halo"

"Halo bang, maaf ganggu nih.. Bian mau tanya Dion kenapa gak masuk?"

"Oiya abang lupa belum ijin ke guru. Dion sakit Yan, sekarang lagi di rumah sakit Permata Jiwa dan belum sadar juga"

"Hah?? Dion sakit apa bang sampe masuk rumah sakit??"

"Kata dokter sih demam tinggi Yan"

"Bian kesitu boleh bang?"

"Kan masih sekolah"

"Gampang itu mah"

"Terserah deh"

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang