dua puluh enam

3K 162 27
                                    


'DUAR'

"WAAAAAAAKKKHHH" teriak Bian yang terkejut oleh suara ledakan tadi.

"HAPPY BIRTHDAY BIAN" ucap serempak orang-orang yang ada di sana. Bahkan Dion juga yang entah kapan sudah berpindah posisi.

"Ka-kalian..." ucap Bian gagap karena tak menyangka apa yang ia lihat didepannya.

Hampir semua orang yang ia sayangi hadir dan menyambut kepulangannya untuk merayakan ulang tahunnya... dan Bian terharu. Jujur ia ingat hari ini adalah hari ulang tahunnya namun ia jadi sedikit lupa karena frustasi akibat Dion yang mengabaikan dirinya di sekolah.

Mamahnya yang membawa kue coklat lumayan besar ditangannya, Papahnya yang berdiri disamping mamahnya dengan senyum hangat di bibirnya, Abangnya dan err bang Tristan? yang memegang pistol confeti(?) dan Bian yakin itu merupakan asal dari suara ledakan tadi. Lalu Dion, sahabat yang dari tadi pagi hanya diam mengabaikan dirinya kini malah tersenyum lebar dan menatap lembut ke arahnya.

"Hiks... kalian curang masa hiks Bian dikeroyok" ucap Bian di selingi isak tangis bahagia. Dan jangan lupa air mata yang tadi berhenti kini kembali mengalir dengan derasnya.

Acara ulang tahun Bian berjalan dengan lancar. Dimulai dari surprise tadi hingga meniup lilin setelah mengucapkan suatu harapan lalu memotong kue. Dan kini Bian membaringkan tubuh lelahnya di kasur king size miliknya, namun bukan hanya Bian seorang yang berbaring di kasur miliknya tapi seorang yang menjabat sebagai sahabatnya juga.

"Yakin lo mau nginep Yon?" tanya Bian pada Dion yang sudah memejamkan matanya. Meski begitu Bian tau jika sahabatnya itu belum masuk ke alam mimpinya.

"Ini lo beneran nanya gue pas udah dalam posisi gini dan bahkan udah make piyama lo?" tanya balik Dion yang kesal dengan pertanyaan basa-basi Bian.

"Ya lagian lo juga pas di sekolah gitu sih" balas Bian geram mengingat kejadian di sekolah di mana Dion terus mengacuhkan dirinya.

"Gue di suruh Yan sama bang Rafa noh" ujar Dion membuka kedua matanya untuk menatap kearah Bian.

"Hah? serius lo?" tanya Bian tak percaya.

"Iyaa gue serius, kalo ga percaya tanya aja sama abang lo tuh" jawab Dion lalu kembali menutup matanya kesal.

"Iya deh iya gue percaya" celetuk Bian namun hanya didiamkan oleh Dion.

Dion menarik selimut Bian sampai menutup dadanya. Bian yang melihat hal itu pun terkekeh gemas.

"Oh iya tadi gue gak liat bang Sean, kemana tu orang?" tanya Bian.

"Eh iya gue hampir lupa" ujar Bian kembali membuka matanya dan bangun dari tidur lalu berjalan menuju jaketnya yang tergantung di dinding.

Bian pun hanya diam memperhatikan gerak-gerik sahabatnya.

"Nih" ucap Dion sambil menyodorkan sekotak kecil hadiah pada Bian.

"Apanih? bukannya lo udah ngasih gue kado tadi" tanya Bian membolak-balik kotak hadiah dari Dion.

"Itu dari bang Sean, dia nitip ke gue soalnya masih di luar negeri orangnya" jawab Dion kembali membaringkan tubuhnya.

Bian menganggukkan kepalanya lalu membuka kotak hadiah pemberian Sean.

"Wah cincin Yon, tapi kok ada dua" ujar Bian dengan wajah herannya.

"Biasa itu, kalo kata bang Sean "biar nanti kalo ilang ada gantinya" gitu" jelas Dion.

"Kalo sama gue mah gak mungkin ilang, nih satunya pake lo aja biar kembaran kita" ucap Bian menyerahkan salah satu cincin itu kepada Dion.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang