dua belas

5.4K 324 3
                                    

"Punggung kamu udah mendingan Yon?" tanya Sehan sembari menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

"Lumayan bang, ga sesakit kemarin" jawab Dion yang kemudian memakan mie ayam yang tinggal setengah.

Mereka kini tengah berada di kantin karena bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Siapa dulu yang ngobatin" celetuk Bian sambil menepuk dada ratanya dengan bangga.

"Apaan! lo ngiket perban lepas mulu, untung ada mamah Ghea yang bantuin" bantah Dion tak lupa dengan tatapan julidnya.

"Ah elah, lo ga bisa banget apa boong dikit buat gue" balas Bian jengkel.

"Ga" ucap Dion singkat yang mendapat tatapan tajam dari Bian yang sayangnya tidak menakutkan sama sekali.

"Yoo~ boleh gabung ga nih" ucap pemuda dengan paras tampan juga agak cantik yang sedang membawa sepiring nasi kuning dan segelas es jeruk ditangannya.

"eh Shua, tadi gue ajak katanya ga mau ke kantin" balas Sehan.

"Tadi ga laper, sekarang laper" ujar pemuda bernama Joshua Ran Fernanda. Sahabatnya Sehan dari kecil.

"Bang Josh kemana aja? kok ga pernah keliatan?" tanya Bian penasaran. Memang mereka sudah saling kenal tapi jika disekolah mereka jarang sekali bertemu bahkan hampir tidak bertemu sama sekali.

"Gak kemana-mana kok, lo aja yang ga liat" jawab Joshua jujur. Dia ga kemana-mana karena setiap istirahat selalu mampir ke ruang musik dan jarang banget ke kantin.

Bian yang tidak puas dengan jawaban Joshua pun cemberut. Mana mungkin Bian ga liat sedangkan dirinya itu lumayan peka kalo ada orang yang ia kenal di sekitarnya.

"Biasalah Yan, dia tiap hari pasti ga pernah absen ke ruang musik" ucap Sehan setelah melihat raut wajah cemberut Bian yang merusak pemandangan. Lucu sih.. tapi tetep aja merusak pemandangan! Lucuan juga Dion menurutnya.

Bian pun ber'oh ria sementara Dion diam saja menyimak obrolan ketiga orang itu sambil terus memakan mie ayam yang lezat dihadapannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dion kini sedang berada dalam perjalanan menuju kelasnya. Saat kelasnya baru dimulai Dion kebelet buang air kecil, jadinya dia harus pergi dulu ke toilet untuk menuntaskan hasratnya.

Jarak toilet dengan kelasnya lumayan jauh tapi Dion tetap berjalan dengan santai, karena apa? karena jujur dia lumayan males buat lanjut belajar.

Diperjalanan Dion sayup-sayup mendengar suara keributan dari arah em- taman belakang mungkin. Karena penasaran Dion pun memutuskan untuk pergi mencari sumber suara tersebut.

Dan ternyata memang benar suara itu berasal dari taman belakang sekolah. Di sana terdapat 4 orang gadis yang salah satunya sangat dikenal oleh Dion. Ya dia adalah Sera.

Dion memilih untuk bersembunyi dan menguping pembicaraan gadis-gadis itu. Salahkan saja rasa penasaran yang hinggap di otaknya.

Sera menangis, posisinya seperti sedang dikepung oleh ketiga gadis lainnya. Melihat tanda di seragamnya seperti mereka adalah kakak kelas.

"Bagus lo begitu hah? Berani-beraninya caper sama pacar gue" ucap salah seorang gadis lalu menjambak rambut Sera.

"hiks gak hiks Sera ga caper hiks tadi hiks Kak Bagas cuma hiks bantuin Sera hiks lepasin kak hiks sakitt" ucap Sera sembari berusaha melepaskan jambakan dari rambutnya.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang