enam belas

5.1K 292 3
                                    


"Bi Kinan" panggil Dion. Wanita paruh baya berparas cantik itupun menoleh kearah Dion.

"Iya, Rere mau apa?" tanya Bi Kinan seolah-olah tau maksud dari Dion yang memanggilnya.

"Hehe.. mau kopi dong Bi, Dion mau nyobain" ucap Dion dengan senyum manisnya. Dirinya memang belum pernah merasakan bagaimana pahitnya kopi seperti yang abangnya deskripsikan.

"Eh kalo mau kopi jangan sekarang nanti ga bisa tidur, Bi Kinan buatin susu aja ya.. kopinya besok aja" jelas Bi Kinan setelah mendengar permintaan Dion. Ia tidak mau sampai tuan mudanya itu tidak bisa tertidur hanya karena minum kopi.

"Yah~ yaudah deh gapapa buatin susu aja Bi" ucap Dion pasrah. Dia mana bisa membantah ucapan Bi Kinan.

Setelah menenggak habis susu tadi, Dion pun pamit kepada Bi Kinan untuk pergi ke kamarnya. Entah mengapa Dion ngantuk padahal tadi baru saja bangun tidur.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Yaudah kita suit aja yok bang, nanti yang menang yang boleh tidur sama Dion" ucap Sehan yang dibalas gelengan oleh Sean.

"Gak mau lah, Lo kan tau gue kalo suit udah pasti kalah terus" ujar Sean setelah menggelengkan kepalanya.

Mereka berdua kini tengah berada didepan pintu kamar Dion. Sungguh kebetulan bahwa keduanya mempunyai niat yang sama yaitu tidur bersama adik/adik sepupu kesayangannya.

Mereka terus beradu mulut hingga suara pintu terbuka mengalihkan atensi keduanya. Terlihat Dion dengan wajah mengantuk dan mata setengah terbuka keluar dari kamar.

"ngapain? berisik." tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur dan mengerutkan alisnya.

"ee jadi tadi abang mau tidur sama Dion tapi si Sehan juga ternyata mau tidur sama Dion, jadi kita ribut siapa yang boleh tidur sama kamu" ucap Sean yang diangguki cepat oleh Sehan.

"Oh, masuk.. kasurnya muat buat kita semua" ucap Dion lalu melangkah masuk kembali ke kamarnya menuju tempat tidur.

Sean dan Sehan tentu senang dan mengekori Dion dibelakangnya, tak lupa pula menutup dan mengunci kembali pintu kamar Dion.

Dan tak juga menyadari sepasang mata yang sedari tadi mengawasi mereka dengan tatapan rumit.

.

.

.

.

.

.

.

.

Meskipun matahari belum muncul dan hanya terlihat cahayanya sedikit namun juga bisa membuat seseorang terbangun dari tidurnya.

Sean yang terbiasa bangun pagi sangat bahagia ketika membuka matanya ia disambut dengan pemandangan indah didepannya.

Sang adik yang tertidur dengan wajah tenangnya mampu membuat hati seorang Sean terasa meleleh.

Wajah tenang yang damai dan juga yang tidak pernah ditunjukkan ketika sudah terbangun bukannya hal yang baru bagi Sean.

Namun meski begitu tetap saja setiap kali melihatnya entah kenapa hati Sean jadi merasa tenang dan lega. Dion benar-benar adalah adik kesayangannya.

Tapi jangan salah paham, Sean juga menyayangi kedua adik lainnya. Namun karena kedua orang itu sangat keras kepala membuat Sean tidak terlalu memperhatikan mereka.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang