sembilan

5.8K 389 22
                                    


Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Banyak siswa yang sudah pergi meninggalkan sekolah untuk pulang kerumahnya masing-masing.

"Dion, pulang bareng abang ga?" tanya Sehan yang berpapasan dengan Dion.

"Ga bang, Dion berangkat naik motor" jawab Dion sambil menunjuk motor sport miliknya yang ada diparkiran.

"Kamu naik motor sendiri ke sekolah? kenapa? kok tumben" tanya Sehan lagi. Ia jelas penasaran karena ia yang paling tau seberapa malasnya Dion dulu kalo disuruh berangkat sekolah naik motor sendiri.

"Dion mau belajar mandiri aja sih bang. Dan seru juga karena udah lama ga motoran" ucap Dion sembari tersenyum ke arah Sehan.

"Mau iku-" ucapan Sehan harus terpotong karena teriakan seseorang.

"DION TUNGGUIN GUE" teriak Bian sambil berlari mendekati Dion dan Sehan.

Dion dan Sehan hanya memandangi Bian yang terus mendekat ke arah mereka berdua.

"Udah bilang sama bang Rafa?" tanya Dion saat Bian sudah sampai di dekatnya dengan nafas yang masih memburu akibat berlari.

"U-dah huh huh cape banget gue" jawab Bian sambil terus berusaha menstabilkan nafasnya.

"Lagian ngapain juga lo lari-lari, kayak dikejar setan aja" ucap Dion yang mendapat pelototan dari Bian.

"Ya suka-suka gue dong kok lo yang sewot" balas Bian sambil berkacak pinggang.

"Bilang apa sama bang Rafa?" tanya Sehan menengahi perdebatan unfaedah dari Dion dan Bian.

Sehan tentu kenal dengan Rafa yang adalah sahabat baiknya Arsen, Sehan juga tau kalo keluarga Bian memperlakukan Dion dengan sangat baik, termasuk Rafa.

"Bilang buat ga usah jemput Bian karena Bian pulangnya sama Dion" jawab Dion yang juga diangguki oleh Bian.

"Oiya bang, Dion juga mau ijin sama abang buat main ke rumah Bian, boleh?" tanya Dion dengan tatapan memohon.

"Bolehin dong bang, Dion udah lama banget ga main ke rumah" pinta Bian dengan Dion yang mengangguk membenarkan ucapan Bian.

Memang sudah lama sekali dia tidak berkunjung ke kediaman keluarga Kaverio alias rumahnya Bian. Dirinya terlalu fokus pada keluarganya yang mengabaikan sampai lupa kalo ada orang-orang yang menyayanginya disekitarnya.

"Iya boleh tapi hati-hati dijalan, jangan ngebut-ngebutan bahaya! terus Dion juga jangan banyak gerak nanti lepas perbannya" ucap Sehan yang diiyakan oleh kedua bocah di hadapannya itu.

Mereka pun pergi dengan kendaraannya masing-masing. Bian? ya jelas dia dibonceng sama Dion.

.

.

.

.

.

.

.

"JANGAN NGEBUT ANJ*NG!! TADI KAN UDAH DIBILANGIN SAMA BANG SEHAN" teriak Bian yang merasa nyawanya sendang terancam karena sahabatnya sendiri.

Bagaimana tidak? Dion mengendarai motor seperti orang kesetanan yang terus menyalip kendaraan lain dengan kecepatan yang ngga ngotak kalo kata Bian.

"Gapapa Yan, Gue udah handal. Lagian udah lama nih gue ngga kebut-kebutan" balas Dion dengan santainya.

"GUE TAU LO PENGIN LIAT SURGA SAMA NERAKA TUH KAYAK GIMANA, TAPI JANGAN NGAJAK GUE JUGA MONYET!!" teriak Bian lagi setelah melihat motor Dion yang hampir nyerempet ke mobil orang.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang