Deru motor Dion yang memasuki gerbang sekolah menarik perhatian siswa-siswi yang ada disekitarnya.Dion yang datang dengan motor sport hitam dan jaket serta helm full face hitam yang menyembunyikan wajahnya membuat siswa lain mengira dirinya adalah Mubar.
Setelah memarkirkan motornya Dion tidak langsung turun ataupun melepas helmnya membuat para siswa penasaran.
Dion diam sejenak untuk menjernihkan pikirannya sebelum memulai kegiatan sekolahnya.
Merasa sudah oke Dion pun turun dari motor dan membuka helmnya yang sontak membuat siswa-siswi disekitarnya merasa tak percaya.
' eh itu bukannya Dion yah? gila! ga masuk tiga hari bisa jadi kece gitu? '
' kemana aja lo. Dion tuh udah kece dari dulu '
' tapi iya sih Dion jadi makin kece and keren haha '
' iya bener padahal cuma berangkat pake motor sendiri tapi kayak badas gimana gitu, cakep pula'
' cakepan juga gue '
' ngaca anj- muka lo toh kayak monyet'
' bangs*t '
dll
Dion yang mendengarnya tak menghiraukan mereka sama sekali. Dia terus berjalan menuju kelasnya.
Cukup jauh dari parkiran dan melewati lorong kelas lain yang juga tengah menggosip tentang dirinya.
Tak terasa kini Dion sudah berada didepan kelasnya. Namun belum juga Dion melewati pintu masuk kelasnya sebuah teriakan yang membuat telinga pengang terdengar.
"DIONNN LO KEMANA AJAA?? GUE KANGEN B*BI" teriak seorang pemuda yang berlari dan menubruk tubuhnya memeluk Dion erat.
Dion tertegun. Ternyata dulu dia yang terlalu fokus untuk mendapatkan perhatian keluarga malah mengabaikan orang-orang yang tulus menyayanginya. Aduh dia jadi merasa bersalah sekarang.
Dion membalas pelukan pemuda yang merupakan sahabatnya, Albian Dero Kaverio. Orang yang selalu berada di sisinya baik saat senang maupun susah. Orang yang juga selalu menghiburnya dikala dia sedang bersedih.
Mengingat dia yang tidak pernah membalas perlakuan Bian membuat Dion benar-benar merasa tidak berguna. Mulai hari ini dia berjanji pada dirinya sendiri untuk membalas perlakuan Bian padanya dengan baik.
"Mulut lo Yan! mau gue laporin ke bang Rafa lo" ancam Dion yang membuat Bian melotot tak terima lalu mendorong tubuh Dion agak keras namun juga tidak membuat Dion bergeser dari tempatnya sedikitpun.
"Apa-apaan lo baru masuk udah bikin gue kesel aja" cemberut Bian. Dion hanya bisa terkekeh pelan melihat tingkat sahabatnya itu.
Albian Dero Kaverio adalah bungsu dari keluarga Kaverio. Benar, mereka memang sama-sama bungsu tapi tentu saja mereka berbeda.
Meskipun Bian sama nakalnya seperti dirinya, Bian selalu menunjukkan bakat ataupun prestasinya. Bian juga sangat disayangi oleh keluarganya. Terutama oleh abangnya, Rafa Alga Kaverio.
Dion dulu sering bermain ke rumah Dion dan dia disambut dengan sangat baik oleh orang-orang di sana. Regas Daven Kaverio, papa Bian. Ghea Livia Kaverio, mama Bian dan terakhir adalah abang Bian satu-satunya, Rafa.
Mereka memperlakukan Dion seperti anak dan adik mereka sendiri. Begitu juga dengan Bian, dia menganggap Dion sebagai adiknya. Alasannya? karena dia lahir 5 bulan lebih awal dari Dion, dan dia bangga karena hal itu dan terus menyuruh Dion untuk memanggil dirinya abang.
Dion tentu saja menolak. Ayolah itu hanya 5 bulan bukannya 5 tahun. Mana mau dia memanggil Bian abang apalagi tampang Bian yang baginya bisa dibilang sangat imut dan lucu. Bagaimana dia bisa memanggil mahkluk yang lebih lucu nan imut darinya dengan sebutan 'abang'?
Sungguh tidak akan bisa..
.
.
.
.
.
.
.
.
Skipp
Bel istirahat berbunyi membuat banyak siswa berbondong-bondong keluar dari kelas mereka masing-masing. Ada yang menuju ke kantin untuk mengisi perutnya setelah lelah menerima pelajaran di kelas.
Tidak terkecuali Dion dan juga Bian. Mereka berjalan bersama sambil terus mengobrol mengabaikan banyak pasang mata yang menatap mereka.
"Dion tadi lo berangkat pake motor? kenapa? kok tumben?" tanya Bian yang tak sengaja mendengar bisik-bisik dari siswa lain yang tadi menatap ke arah mereka.
"Gapapa. Lagi pengen aja" jawab Dion singkat sambil terus menatap lurus ke depan.
"Beneran?" tanya Bian lagi. Dia tentu saja penasaran. Sedari dulu sahabatnya ini tidak pernah mau naik motor sendiri. Bahkan setiap berkunjung kerumahnya untuk sekedar bermain pun Dion selalu ikut dirinya naik mobil bang Rafa. Tapi sekarang apa-apaan ini??.
"Iya Biann~ beneran" balas Dion sembari menatap Bian dan tersenyum manis agar si empu percaya dan tidak bertanya lagi.
"Yaudah deh" ucap Bian.
"Eh gue ke toilet bentar ya Yon, panggilan alam. Lo masuk terus makan duluan aja ya dadah~" ucap Bian sambil berlari kecil meninggal Dion yang sudah ada didepan kantin.
"JANGAN LUPA PESENIN BUAT GUE" teriak Bian yang sudah jauh dari Dion.
"Ujung-ujungnya nyuruh lagi. Dasar sipaling males ngantri" Dion hanya bisa menghela napas melihat kelakuan sahabatnya itu.
Bian memang paling males sama yang namanya ngantri. Dia biasanya selalu nyuruh Dion buat nganti dengan 1001 alasan. Entah dia bilang tangganya sakit, kakinya sakit, perutnya sakit, dll. Pokoknya asalkan dia ngga ngantri dia bakal lakuin apapun.
Dan pastinya korban kemalesan Bian buat nganti adalah Dion. Karena mereka selalu bareng dan cuma berdua jadi ya yang ngantri kalo bukan Dion siapa lagi.
Dion pun masuk ke kantin dan langsung ikut mengantri. Karena antrian yang cukup panjang Dion memutuskan untuk ngantri sambil main hp.
Dion ucap scroll medsosnya yang terbengkalai. Kenapa dibilang terbengkalai? ya karena nih ya misalnya IG, isi IGnya Dion itu cuma ada dua foto. Satu foto bola basket dan satunya lagi foto dia pas lagi makan malam em- di restoran dan bareng keluarganya.
"Lebar banget senyum gue haha. Seneng banget ya diajak makan malem padahal abis itu ditinggal sendiri ke luar negeri" batin Dion tersenyum miris.
Memang benar saat itu Dion diajak makan malam yang tentu saja karena permintaan Sera pada Daddy serta abang-abangnya kecuali Sean yang memang tidak bisa ikut karena banyaknya pekerjaan yang harus ia urus.
Awalnya Dion sangat bahagia karena mengira keluarganya sudah mau menerima dirinya... namun berbeda dari yang ia bayangkan. Keesokan harinya mansion sangat sepi karena ternyata semua anggota keluarganya pergi ke luar negeri tanpa dirinya.
Sedih, marah, dan kecewa bercampur menjadi satu. Dion benar-benar merasa seperti dibuat terbang tinggi lalu dengan kerasnya dibanting kembali.
Sean, abang sulung Dion yang mendengar jika adik kecilnya ditinggalkan sendiri oleh semua anggota keluarga lainnya pun tanpa pikir panjang langsung kembali ke tanah air untuk menemani adiknya itu.
Mengingatnya membuat Dion jadi rindu pada abang kesayangan itu. Semoga dia baik-baik saja di sana pikir Dion.
Saking fokusnya dengan hp Dion tidak menyadari adanya bahaya yang mendekati dirinya.
'Dugh Byurr'
~
bila ada salah kata (typo) mohon ditandai yaa!! jangan lupa pencet tanda bintang dipojok kiri bawah biar Dion seneng UwU
*bab ini lumayan panjang ya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
DION [END]
Teen Fiction"berdamai dengan semuanya untuk mendapatkan akhir yang seharusnya?" -Dion Rekhano Atmadja highest rank # 1 - brothership # 1 - dino # 1 - scoups # 1 - yoonjeonghan # 1 - bungsu # 2 - seventeen # 8 - boy # 8 - booseungkwan # 11 - choiseungcheol Belum...