lima

6.7K 403 13
                                    


"Rere" ucap Bi Kinan sambil mengelus  pelan kepala Dion. Dion pun menerima bahkan menikmati elusan pelan dari Bi Kinan hingga ia menutup matanya sejenak untuk lebih menikmati perlakuan yang tak pernah ia dapat dari keluarganya.

Pemandangan itu tak luput dari mata orang-orang yang berada di meja makan. Entah mengapa hati mereka terasa aneh.. seperti iri? atau mungkin cemburu? dengan kedekatan anak dan adik mereka dengan orang lain.

"sial! kenapa mereka natap dia kayak gitu?? ga bisa dibiarin!"
batin satu-satunya perempuan yang ada di meja makan. Dia adalah Sera.
Sera Bianka... Atmadja? ya!.

"Daddy~.. Abangg~ Sera udah ya makannya perut Sera udah kenyang" ucap Sera dengan nada manja.

Dion yang mendengarnya pun menoleh sedangkan mereka yang tadinya memandangi Dion langsung mengubah arah pandangan dengan panik... panik? kayak takut kepergok gitu lah padahal mah cuma liat doang.

"Eh kok udah? kan tadi baru berapa suap doang. Nanti kalo adek sakit gimana? kita khawatir loh" ucap  Tristan lembut dengan nada khawatir.

"Abisin ya Sera, nanti pulang sekolah kita nonton film di bioskop" bujuk Aldi.

"Wahh serius bang Al? em tapi Sera maunya disuapin makannya" ucap Sera dengan puppy eyes (bener gk sih) nya.

"yaudah sini" Aldi pun mulai menyuapi Sera dengan santai.

Sera yang mendapatkan perlakuan seperti itu tentu saja sangat senang. Dirinya seakan sudah jauh melangkah ke depan dibanding Dion dalam mendapat perhatian anggota keluarganya.

Sera pun mengalihkan pandangannya ke arah Dion, Mereka bertatapan dengan Sera yang menatap Dion dengan tatapan penuh kemenangan sementara hanya dibalas tatapan datar oleh Dion. Dion pun kembali menoleh ke Bi Kinan, dirinya sungguh tidak peduli dengan drama picisan dari seekor Sera itu.

Namun Sera yang melihat tatapan datar Dion mengira bahwa Dion iri padanya yang diperlakukan bak ratu oleh anggota keluarga lainnya.

"Ekhm jadi Rere ada apa manggil bibi kesini?" tanya Bi Kinan untuk mengalihkan perhatian Dion dari drama keluarganya tadi.

Jujur Bi Kinan juga tidak terima jika Dion selaku tuan muda kesayangannya diperlakukan dengan tidak adil oleh para anggota keluarganya sendiri. Tapi apalah dayanya yang hanya seorang maid. Dia hanya bisa terus melihat Dion dari kejauhan... Saat Dion terus berusaha menarik perhatian mereka dan saat Dion diabaikan penuh oleh mereka bahkan hingga Dion disiksa fisik maupun batinnya dia hanya bisa melihat dari kejauhan dan berharap jika penderitaan tuan mudanya dapat segera berakhir.

"Rere mau roti selai kacang bi buat sarapan" jawab Dion dengan nada riangnya melupakan kejadian membosankan yang baru dilihatnya.

Bi Kinan pun hanya mengangguk lalu segera membuatkan apa yang diminta oleh tuan mudanya itu.

Roti selai kacang yang sudah selesai dibuat Bi Kinan pun ia berikan kepada Dion. Dion menerimanya dengan senang hati.

"Yeay makasih ya bi~ Rere pamit ke sekolah dulu dadah~" pamit Dion kemudian berlari meninggalkan Bi Kinan yang meneriakinya.

"Rere jangan makan sambil lari nanti bisa keselek!!" teriak Bi Kinan yang tak hiraukan oleh Dion.

"hais dasar anak itu" gumam Bi Kinan lalu segera kembali untuk mengerjakan pekerjaannya.

Kedekatan serta keakraban Dion dan Bi Kinan juga menjadi alasan mereka untuk kembali menoleh kearah Dion.
Perasaan yang sulit dijelaskan muncul di hati mereka namun segera mereka tepis jauh-jauh.

Mereka hanya diam menatap punggung Dion yang terus menjauh hingga menghilang sepenuhnya. Tentu kembali dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Brengsek!! kenapa dia berubah dan menarik perhatian mereka? liat aja nanti lo Dion" batin Sera mengepalkan tangannya dengan erat namun masih mempertahankan wajah polosnya.

.

.

.

.

.

Jangan kalian kira Dion mengabaikan teriakan Bi Kinan! Tentu saja tidak, karena mana mungkin ia tidak menurut pada orang yang sudah ia anggap ibunya sendiri.

Kini Dion tengah duduk diatas motor sportnya sambil memakan roti selai kacang yang tadi dibuatkan Bi Kinan.
Dion memutuskan untuk berangkat ke sekolah naik motor sportnya sendiri mulai sekarang. Dion tentu tidak lagi mengharap bisa berangkat sekolah bersama abangnya naik mobil.

Meskipun dulu sering ngemis-ngemis ke abangnya biar dibolehin berangkat sekolah bareng dan meski gak pernah dibolehin terus ujung-ujungnya disuruh naik bus tapi aslinya Dion udah bisa naik motor cuma males aja.

Dion melirik jam tangannya yang kini telah menunjukkan pukul 06:35, artinya ia masih punya waktu 25 menit lagi sebelum bel masuk sekolah berbunyi.

Meskipun sekarang Dion memutuskan untuk hidup sesuai keinginan tapi dia tidak akan membiarkan keinginannya untuk telat masuk terjadi. Yah walaupun dia juga ada pikiran buat bolos nanti, tapi nanti ya nanti lah.

Dion pun memakai jaket baseball hitam putih dan tak lupa mengenakan helm full face hitamnya.
Segera Dion menyalakan motornya lalu segera melesat meninggalkan halaman mansion untuk pergi ke sekolah.

"Dia naik motor sendiri? tumben" batin seorang yang ternyata melihat kepergian Dion dengan ekspresi tak percaya. Dia adalah Tristan, abang ketiga Dion... eh abangnya bukan sih tau ah-_-

"Abang Tristan ayo kita berangkat!! Sera udah siap nih" ucap Sera menyadarkan Tristan dari lamunannya. Tristan hanya mengangguk untuk membalas ucapan Sera.

"bang Tris kenapa jadi diem aja? biasanya dia yang paling cerewet deh" batin Sera heran dengan tingkah tidak biasa dari abangnya itu.

eh 'abangnya' gak tuh. Seneng banget keknya yah yang punya abang.

Merekapun akhirnya berangkat ke sekolah dengan menaiki mobil seperti biasanya.

~

bila ada salah kata (typo) mohon ditandai yaa!! jangan lupa pencet tanda bintang dipojok kiri bawah biar Dion seneng UwU

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang