tujuh belas

4.9K 281 3
                                    


Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Berbeda dengan biasanya kini Dion sedang berada di kursi taman sendiri. Dion berniat mengistirahatkan otaknya yang habis bertarung dengan soal-soal ulangan yang memusingkan.

"DION" panggil seseorang yang suaranya dikenal baik oleh Dion, membuatnya menoleh ke arah suara itu.

Terlihat Sehan yang sedang berada di lapangan bola basket dan bermain basket sendirian. Dia melambaikan tangannya mengajak Dion bermain bersama.

Dion pun segera bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Sehan yang kini tengah tersenyum menunggunya.

"ayo temenin abang main" ucap Sehan melempar bola basket pada Dion dan ditangkap baik oleh Dion.

Dion mengangguk dan mulai mendribble bola berusa melewati Sehan yang menghadangnya. Dan kemudian mencetak poin dengan mudahnya.

Permainan terus berlanjut dengan sengit namun seru. Sehan yang memang dasarnya jago pun tak kalah dengan permainan Dion. Keduanya terus menunjukkan skill hebatnya masing-masing.

Bahkan mereka dengan mudahnya mencetak 3 poin saat bermain. Mereka terus bermain tanpa menyadari bahwa kini banyak pasang mata yang menonton permainan mereka dengan tatapan kagum.

Akhirnya Dion menang hanya dengan selisih 2 poin. Mereka pun berpelukan sambil tertawa mengabaikan keringat yang sudah bercucuran di sekujur tubuh.

Sorak-sorai para siswa yang menonton pertandingan tadi dari awal terdengar hingga membuat mereka melepas pelukannya.

Sehan dan Dion tampak terkejut namun berusaha mengatur wajah mereka agar terlihat biasa saja. Saking asiknya Sehan dan Dion dengan dunia mereka, hingga tidak sadar jika ditonton banyak orang.

"Bang~ jadi dari tadi kita ditonton orang sebanyak ini? Dion malu bang" batin Dion menatap Sehan berharap abangnya memahami tatapannya.

"Sama Yon, abang juga malu" balas Sehan dengan tatapannya. Ini mereka kayak semacam telepati lah wkwk.

"Bang, Dion mau cabut ke kelas ya" batin Dion lagi dan dapat dipahami lagi oleh Sehan. Sehan mengangguk kemudian keduanya pergi ke kelasnya masing-masing meninggalkan para penonton yang masih meributkan soal pertandingan dadakan tadi.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Jadi lo mau kan buat jadi anggota tim basket sekolah kita?" tanya seorang pemuda ke pemuda lain yang lebih muda darinya.

"Mau aja sih bang, tapi kok tiba-tiba banget rekrut anggota?" balas pemuda yang tidak lain adalah tokoh utama kita, Dion.

Beberapa menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi. Dion yang sedang berjalan menuju gerbang tiba-tiba ditarik oleh seseorang.

Orang itu adalah Kavian Bagaskara, ketua tim basket di sekolah Dion. Dia seangkatan sama Sehan tapi beda kelas. Ternyata dia tadi juga ikut menonton pertandingan seru antara Sehan dan juga Dion.

Dan karena kondisi tim yang kurang baik Vian jadi tertarik untuk merekrut kedua orang tersebut menjadi anggota timnya. Vian udah coba rekrut Sehan tapi ditolak karena katanya Sehan memang bisa main tapi dia gak punya ketertarikan yang besar sama basket. Jadi Sehan rekomendasiin Dion ke Vian, Sehan bilang "Coba tanya ke adik sepupu gue... yang tadi main bareng gue, dia itu suka banget sama basket. Harusnya kalo ditawarin pasti mau dia".

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang