dua puluh lima

3.5K 185 26
                                    


"Ish lo kenapa sih Yon? jangan diem aja! kesurupan mau lo" ucap Bian pada sahabatnya yang sedari masuk kelas hingga sekarang terus saja diam. Bahkan belum mengucapkan satu huruf pun pada dirinya.

Saat di kantin pun begitu. Dion tidak berbicara padanya tapi dengan santainya mengobrol dan berbicara pada Tristan, Sehan, dan Joshua. Hal itu tentu membuat Bian kesal setengah mati.

'Gue salah apa?' begitulah yang terus Bian pikirkan. Tapi meski sudah memutar otaknya untuk mencari apa kesalahan yang ia buat hingga sahabatnya itu mendiamkan dirinya Bian tetap saja tidak menemukan apa kesalahannya akhir-akhir ini.

*gak nemu apa gak sadar Yan?

"Gue gampar juga tuh rahang lo biar tambah sakit" ucap Bian geram. Memang bekas bogeman Aldi di rahang Dion masih terlihat walau tidak terlalu jelas.

Dion masih saja diam dan menatap lurus ke depan. Bian yang terlanjur amat sangat kesal pun ikut mendiamkan balik sahabatnya itu.

Bel pulang sudah berbunyi dan Dion masih juga belum mengatakan sepatah katapun pada Bian. Bian yang tidak tahan untuk diam pun kembali mengoceh.

"Kalo ada masalah tuh ngomong Yon, jangan diem gini!" ujar Bian saat berjalan sejajar dengan Dion di lorong kelas.

"Atau gue yang ada salah sama lo? kalo iya gue minta maaf deh, walaupun gue gak tau salah gue apa sama lo" ucap Bian diikuti gumamnya diakhir.

Bian yang terus diacuhkan pun menghentikan langkah, berharap Dion juga ikut menghentikan langkahnya dan berbalik menuju dirinya kemudian meminta maaf padanya karena sudah mengacuhkan dirinya sedari tadi pagi.

Namun apa yang dilakukan Dion membuat harapan Bian pupus. Dion terus melangkah bahkan tanpa menoleh kearah Bian.

Bian paling tidak bisa jika diabaikan oleh orang yang ia sayang. Jadilah kini tanpa sadar Bian menitikkan air matanya kemudian terisak pelan.

Beruntung Dion punya pendengaran yang tajam, jadi isakan kecil dan pelan yang keluar dari mulut Bian ia tetap bisa mendengarnya.

Dion pun menghentikan langkahnya dan berbalik menuju Bian yang tengah sibuk menghapus air matanya, entah mengapa air matanya itu tidak mau berhenti keluar. Diam-diam Dion tersenyum tipis melihat keadaan sahabat yang tidak baik-baik saja.

Dion mengulurkan tangan membuat Bian mau tidak mau menghentikan kegiatan menghapus air matanya. Bian dapat melihat Dion yang tersenyum hangat kepadanya.

"Mau ikut gue latihan basket?" tanya Dion yang dengan cepat diangguki oleh Bian. Dan Bian pun langsung menerima uluran tangan Dion.

Dion menatap sejenak wajah Bian yang kini terlihat menggemaskan dengan hidung yang memerah serta air mata yang tak kunjung berhenti keluar dari kedua matanya.

"Modelan begini mau dipanggil abang? yang bener aja" batin Dion terkekeh. Dion pun menarik tangan Bian agar mengikutinya ke lapangan basket.

Sesampainya di sana sudah lumayan banyak orang yang berlatih basket dan mengenakan jersey berwarna merah. Dion terus berjalan ketengah lapangan untuk menghampiri seseorang yang ada di sana.

"Bang Vian" panggil Dion membuat satu orang dari sekumpulan orang tadi menoleh.

"Eh udah sembuh Yon?" tanya Vian yang memang sudah mendengar kabar Dion yang sakit dari Sehan. Dion mengangguk membalas pertanyaan Kavian.

"Maaf ya bang, gara-gara sakit jadi gak bisa ikut kalian latihan" ujar Dion menyesal. Tentu saja menyesal! Dion sudah melewatkan jadwal latihan hampir seminggu padahal dia baru masuk alias anggota baru. Jadi Dion merasa bersalah karena itu.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang