tujuh

5.9K 401 23
                                    


'Dugh Byurr'

Seorang gadis menabrak Dion dan menumpahkan kuas bakso yang masih panas ke punggungnya.

"Shhh" Dion meringis sebab punggung mulusnya kini terasa sakit mungkin karena melepuh.

Dion berbalik untuk melihat siapa orang yang sudah menabraknya. Dion punya seseorang yang ia perkirakan.

"hiks a-abang hiks maafin Sera hiks Sera ngga hiks sengaja hiks" isak tangis terdengar dari gadis yang menabrak Dion yang kini malah terduduk dilantai.

"Lagi?" batin Dion menghela napas. Gadis yang tadi menumpahkan kuah bakso ke punggungnya dan kini malah terduduk dilantai tak lain adalah Sera.

Semua siswa yang ada di kantin pun menjadi semangat untuk menyaksikan pertengkaran rutin dari kakak beradik itu.

Memang benar dulunya Dion dan Sera seringkali terlibat pertengkaran. Yang orang-orang tau adalah Dion yang selalu membully Sera karena tidak terima kalau Tristan abang ketiganya malah lebih milih buat belain Sera dibanding dirinya.

Nyatanya yang selalu terjadi adalah Sera yang seringkali tidak sengaja menabrak, menyandung, juga memfitnah Dion. Karena Dion yang memang punya kesabaran setipis tisu, jadilah ia memarahi Sera tanpa memperdulikan Sera yang sudah menangis pilu. 'Toh itukan juga salahnya' pikir Dion.

Juga kata-kata Sera yang membuat orang-orang yakin bahwa Dion telah membully nya seperti "hiks abang jangan pukul Sera" padahal Dion aja ga pernah dan ga sudi nyentuh Sera sedikitpun.

Orang-orang yang melihat Sera menangis pun jadi iba dan menatap Dion dengan aura permusuhan namun Dion abaikan. Kini ia akan fokus pada makhluk didepannya ini.

Dion menutup mata dan menghela nafasnya sebentar untuk menetralkan emosinya. Setelah dirasa cukup tenang Dion sedikit membungkuk badannya dan memegang kedua lengan atas Sera lalu membantunya berdiri.

Semua siswa di kantin termasuk Sera dibuat terkejut dengan tindakan Dion yang berbeda dari perkiraan mereka.

"Jangan nangis. Lagian yang kena kan gue bukan lo, gue juga maafin lo kok walaupun lo ga minta maaf" ucap Dion sembari menatap Sera dingin dengan senyum manis yang jarang ia tunjukkan.

Keterkejutan mereka pun bertambah setelah mendengar kalimat yang diucapkan Dion. Ada juga yang terkejut melihat senyuman manis dari seorang Dion.

"Sial kenapa dia gak kayak biasanya?" batin Sera yang juga terkejut dengan respon dari orang dihadapannya.

Melihat tatapan dingin yang ditujukan padanya juga membuat Sera sedikit takut. Karena tatapan yang biasanya Dion tunjukkan adalah tatapan marah.

' Wah senyum Dion kok manis bgt '

' iya tuh mungkin karena ga pernah keliatan senyum kali yah '

' tapi kok tumben Dion ga marah ya? '

' iya kalo dengerin kata Dion bener juga sih, kan yang kena dia masa yang nangis si Sera '

' betul tuh Sera juga bukannya minta maaf dulu malah nangis, untung dimaafin sama Dion '

Bisik-bisik muria yang menyudutkan Sera pun membuat dirinya geram. Gimana bisa rencananya malah jadi berakhir kayak gini.

Tak lama kemudian ada sebuah tangan yang menarik tubuh Sera dari Dion. Tangan itu adalah Tristan.

'Plakk'

"Apalagi yang lo lakuin ke adik gue" ucap Tristan memandang tajam Dion setelah menampar pipi Dion.

Dion yang merasakan panas menjalar dari pipinya pun hanya tersenyum remeh. Sudah seburuk itukah Dion dimata abangnya itu.

'Plakkk'

Terdengar lagi tamparan yang lebih keras dari yang tadi namun kini bukan di pipi Dion melainkan di pipi Tristan.

"Kalo ga tau apa-apa jangan ikut campur Tristan." ucap seorang pemuda yang lebih tua dari Tristan maupun Dion dengan nada penuh penekanan.

Setelah menyelesaikan kalimatnya pemuda itu langsung menarik tangan Dion untuk keluar dari kantin. Dion yang tau siapa yang menarik tangannya pun hanya pasrah.

"Kita obati dulu punggung kamu" ucap pemuda tadi yang hanya diangguki oleh Dion. Dion juga malas melanjutkan drama menjijikkan tadi.

Mereka pun pergi keluar meninggalkan kantin yang kembali ramai setelah tadi sepi karena mendengar suara tamparan yang bukan hanya sekali.

' Si Tristan apa-apaan coba tiba-tiba nampar pipi Dion. Padahal kan yang jadi korbannya Dion '

' iya tuh bisa-bisanya lebih belain si Sera yang notabennya cuma anak angkat '

' Lagian kenapa juga harus selalu nangis sih? kan bikin salah paham '

' Kalo gak nangis mati kali Hahaha '

' Jadi kasian gue sama Dion '

' Iya. Tapi ngomong-ngomong tadi kok gue puas bgt yah si Tristan kena tampar balik wkwk '

' Bener juga hahaha, tadi siapa yang nampar Tristan yah kok gue gak pernah liat '

' Entah Mubar kali '

.

.

Mendengar bisik-bisikan dari siswa lain membuat Tristan terdiam. Dirinya memang tidak melihat kejadian tadi dari awal. Yang ia lihat adalah Sera yang menangis lalu Dion yang memegang kedua lengan atas Sera.

Ia kira Dion lagi-lagi membully Sera namun dilihat dari respon sekitarnya saat ia menampar pipi Dion. Tristan tau ada yang salah saat ini.

Ditengah keterkejutannya Tristan malah mendapat tamparan keras dari seseorang. Saat hendak protes ia dibuat kembali bungkam saat orang tersebut mengatakan akan mengobati Dion. Apa Dion terluka?

Ia sungguh sangat bingung sekarang jadi Ia hanya memandangi punggung basah Dion yang terus pergi menjauh dari dirinya.

"Punggungnya basah? jadi ia benar terluka? ais sebenarnya apa yang terjadi??" batin Tristan kesal dengan dirinya yang seperti menjadi satu-satunya orang yang tidak tau apapun.

"Kenapa malah jadi kayak gini" batin Sera.
.

.

.

.

.

.

.

Disisi lain kini Dion tengah diobati di UKS. Yap pemuda tadi menarik tangan Dion dan membawanya ke UKS, perkiraannya luka yang ada dipunggung Dion pasti cukup parah.

Dion hanya diam dan menurut saja saat orang dihadapannya dengan telaten mengompres pipinya. Luka dipunggung juga sudah diperban rapi. Dion tidak memakai seragam kembali karena sudah sangat basah.

Selesai mengompres pipi Dion, pemuda itu kemudian membereskan kotak P3K dan menaruhnya ditempat semula. Dan kembali duduk disamping Dion.

"Bang Hani"

~

bila ada salah kata (typo) mohon ditandai yaa!! jangan lupa pencet tanda bintang dipojok kiri bawah biar Dion seneng UwU

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang