dua puluh empat

3.4K 213 29
                                    


"Ngerokok bang?" tanya Dion basa-basi namun tidak dihiraukan oleh pemuda itu.

Dion yang diacuhkan pun jadi sedikit kesal. Dia memilih untuk ikut bersandar di pagar pembatas sambil terus melihat bagaimana pemuda itu terus menghisap rokok yang ada ditangannya.

"Itu enak ya bang? abang ada lagi gak? Dion pengen nyobain" tanya Dion dengan matanya yang masih fokus memperhatikan pemuda itu menghisap rokoknya.

Mendengar penuturan bocah disampingnya pemuda itu langsung membuah sisa rokok itu ke sembarang arah.

"Yah kok dibuang bang? itukan belum abis" ujar Dion melihat kearah rokok itu dibuang.

Tanpa aba-aba tangan Dion tiba-tiba ditarik oleh pemuda itu menuju ke tempat yang lebih teduh di sana. Dion yang ditarik pun tidak memberontak dan hanya menurut saja.

Bahkan Dion menurut saja saat kini dirinya tengah berbaring dengan paha pemuda itu sebagai bantalnya. Otak Dion juga tiba-tiba menjadi lemot untuk sekedar mencerna situasi yang sedang ia hadapi.

"Jangan ngerokok. Bahaya" ucap pemuda itu memecah keheningan.

Dion juga tau kalo ngerokok itu bahaya tapi kan dia cuma penasaran sama rasanya. Lagian kalo nyobain selalu juga apa salahnya pikir Dion.

"Hm. Btw nama abang siapa?" tanya Dion yang baru sadar jika dia tidak mengetahui nama orang yang sedang ia ajak bicara.

"Erga Bima Geovana" jawab Erga singkat. Dion hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Panggil bang Erga?" tanya Dion lagi.

"Boleh" jawab Erga singkat.

"Tidur" titah Erga yang entah mengapa kembali di patuhi oleh Dion.  Tidak butuh waktu lama untuk Dion terlelap dalam tidurnya.

Erga memandangi wajah tenang Dion yang sedang tertidur. Tidak terasa sudut bibirnya kini terangkat membentuk senyuman manis.

"Lucu" batin Erga dengan tangan yang terangkat lalu mengusap pelan kepala Dion.

.

.

.

.

.

.

.

.

Setelah makan malam Dion memutuskan pergi ke dapur untuk mengerjakan tugas sekolahnya.

Selesai menyiapkan segala bahan dan alat dibantu oleh Bi Kinan, Dion pun meletakkan hpnya untuk merekam kegiatannya. Niatnya Dion akan membuat nasi goreng.

Saat tengah sibuk bergelut dengan masakannya, Dion menyadari seseorang yang tiba-tiba berjalan mendekati dirinya.

Sera menghampiri Dion dengan wajah datarnya. Tidak terlihat lagi tampang polos dan lugu di wajahnya. Dion hanya bisa menghela nafasnya seolah tau tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Memang sejak hari pertama Dion keluar dari rumah sakit Sera selalu saja mencari kesempatan untuk menjebak Dion. Dan terkadang cara tersebut berhasil membuat Dion di marahi oleh Edgar dan Aldi walaupun pada akhirnya kedua orang itu sadar lalu meminta maaf pada Dion.

Dan hal itu terus terjadi berulang kali sehingga membuat Dion bosan melihatnya. Beruntung ada Tristan yang terus membela dirinya apapun yang terjadi. Meski sebenarnya ia juga tidak masalah jika tidak ada yang membela dirinya.

Dan untuk Sean, sehari setelahnya kepulangan Dion, Sean terpaksa harus keluar negeri untuk mengurus perusahaannya sendiri. Benar, perusahan yang ia bangun sendiri sambil mengurus perusahaan sang Daddy. Perusahaan itu bernama SCS company.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang