delapan belas

4.7K 267 13
                                    

Setelah puas bermain, Dion dan Sean memutuskan untuk pulang mengingat langit yang kini sudah menggelap dan munculnya bulan menggantikan matahari.

Sesampainya di mansion, baru saja Dion dan Sean membuka pintu utama sebuah kejadian langka membuat mereka terdiam membeku.

"DIONNN" teriak seseorang sambil berlari menghampiri Dion dan langsung memeluknya erat seakan yang dipeluk bisa menghilang kapan saja.

Dion terdiam kaku. Dirinya terkejut karena pelukan yang tiba-tiba dari seseorang yang tidak pernah ia sangka akan memeluk dirinya. Orang itu adalah Edgar.

Sean yang melihat kejadian tersebut pun dibuat bingung apalagi ditambah dengan kedua adik lainnya yang berdiri menatap kearah Dion dan Edgar dengan tatapan em- lega?

"Jangan pergi! tetap disini! jangan ikut Mommy sama Dian ya?!" ucap Edgar dengan nada khawatir. Entah apa yang ia alami sebelumnya hingga membuatnya seperti itu.

Dion masih terdiam bingung harus melakukan apa. Dia tidak membalas maupun menolak pelukan orang yang menjabat sebagai Daddy-nya itu.

Ditengah kebingungan itu, Dion merasakan basah di bahunya. Daddy-nya menangis? ada apa sebenarnya? Dion juga melihat kedua abangnya yang menatapnya dengan tatapan yang sulit ia mengerti.

Meski sudah banyak kejadian yang membuat kebencian mulai tumbuh di hati kecilnya untuk Daddy serta kedua abangnya, tetapi rasa sayang kepada mereka masihlah lebih besar dari kebencian itu.

Persetan dengan apa yang membuat mereka seperti ini Dion tak peduli. Dion membalas pelukan Edgar dengan erat melampiaskan keinginan dipeluk oleh sang Daddy sedari kecil. Air mata tak lagi bisa terbendung, Dion menangis atau lebih tepatnya terisak pelan.

Merasakan pelukannya dibalas oleh sang putra yang tak pernah ia pedulikan membuat Edgar bahagia. Edgar kira ia akan menerima sebuah penolakan atau didorong menjauh dengan kasar oleh putra bungsunya mengingat kelakuan yang sangat buruk dulu ataupun sekarang.

Tapi ia sungguh tak menyangka Dion tidak menolaknya dan malah membalas pelukannya. Sungguh bodoh dirinya membenci putranya yang begitu menyayanginya.

Sean yang melihat Dion terisak pun langsung mendekati Edgar dan Dion lalu ikut memeluknya keduanya. Sean juga melihat tatapan ragu dari Aldi dan Trisna, ia pun langsung memberi kode kepada keduanya untuk mendekat. Aldi dan Tristan yang mengerti kode sang abang pun langsung berlari dan ikut berpelukan.

Kelima orang tersebut saling menguatkan memalui pelukan itu. Aldi dan Tristan sudah ikut terisak karena mendengar isakan adik bungsunya yang terdengar sangat memilukan ditelinga keduanya.

Sean tersenyum melihat keadaan tak terduga yang mengejutkan dirinya. Ketahuilah bahwa Sean tidak pernah sekalipun membenci sang Daddy maupun kedua adiknya itu. Hanya saja ada beberapa kejadian yang membuat menjaga jarak dengan ketiga orang tersebut.

Mereka terus berpelukan hingga tidak menyadari adanya keberadaan manusia lain yang menyaksikan momen pelukan teletubbies mereka.
Manusia itu adalah Sehan.

Sehan baru saja sampai di mansion dan saat hendak masuk Sehan malah melihat pintu utama yang tidak tertutup dengan rapat. Dan ketika masuk Sehan malah disuguhi pemandangan yang mengharukan didepannya.

Meskipun awalnya terkejut Sehan segera sadar kemudian mengambil ponselnya dan memotret pemandangan indah itu. Karena tidak mau menjadi pengganggu Sehan pun memutuskan untuk pergi lagi dan tidur di apartemen pribadinya.

Memang sedari Sehan pindah kesini ia langsung membeli sebuah apartemen untuk tempat tinggalnya. Sehan menginap di mansion Edgar hanya agar bisa bertemu selalu dengan sepupu kesayangan yaitu Dion.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang