tiga puluh satu

3.1K 173 7
                                    


Belakangan ini Dion disibukkan dengan kegiatan yang menghabiskan waktunya untuk orang-orang yang dia sayangi.

Seperti pergi ke pantai bersama Sehan dan Sean atau ke mall bersama Bian. Bermain basket bersama Tristan, Berkunjung ke kampus Aldi, dan joging bersama Erga.

Membuat cemilan bersama Rena dan juga Ghea, melihat penampilan Rafa yang memainkan piano, dan ikut bermain catur bersama Gerald, Edgar dan Regas.

Edgar dan Regas sudah berbaikan? ya jawabannya adalah sudah karena kesalahan pahaman yang terjadi sudah teratasi dengan baik.

Hari-hari Dion benar-benar dipenuhi oleh orang-orang disekitarnya. Meski begitu Dion tetap bahagia karena bisa menghabiskan waktunya bersama mereka.

"Gak ada bintang?" ucap Dion melihat langit malam yang hanya terlihat bulan bersama awan tanpa adanya bintang.

Dion bersandar di balkon kamarnya dengan secangkir susu coklat ditangannya. Belakangan ini juga angin malam seakan candu bagi Dion.

Dion menutup matan dan menajamkan pendengarannya untuk menikmati suasana malam yang sunyi dan sepi.

"Mungkin bintang-bintangnya sembunyi" ujar Dion lalu menatap lagi kearah langit sebelum masuk kembali ke kamarnya.

"Lelah yang membahagiakan" batin Dion lalu melompat ke kasurnya yang nyaman dan kemudian tertidur.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Dion" panggil Sehan seraya mencolek-colek pipi Dion untuk membangunkan si empunya.

Dion yang memang dasarnya mudah dibangunkan pun perlahan membuka kedua kelopak matanya. Melihat orang yang membangunkannya adalah Sehan membuat Dion sedikit bingung. Bukannya

"Ada apa bang? dan abang kok bisa ada disini?" tanya Dion penasaran. Memang yang Dion tau adalah Sehan masih di negara X bersama Ayah Gerald, Bunda Rena dan Bang Seno. Saat hendak mengucek matanya, tangan Dion ditahan oleh Sehan, "nanti sakit matanya" katanya.

"Iya memang masih malam tapi Dion harus bangun, sini abang bantu bangun" jawab Sehan lalu membantu Dion mendudukkan dirinya di pinggir kasur. Dion yang nyawanya belum terkumpul pun hanya menurut saja.

"Sekarang Dion pake ini" ucap Sehan sambil memakaikan penutup mata berwarna hitam ke mata Dion.

"E-eh? kenapa ditutup bang?" tanya Dion kala ia hanya bisa melihat kegelapan.

"Dion ikut aja, sekarang genggam tangan abang yang erat" titah Sehan yang langsung dilaksanakan oleh Dion. Dion masih linglung jadi dia hanya pasrah pada apa yang akan terjadi kedepannya.

Sehan menuntun Dion perlahan. Sesampainya di tempat tujuan Sehan berhenti membuat Dion juga ikut berhenti.

Sepi. Dion yang masih ditutup matanya pun penasaran tentang di mana ia berada dan kenapa tidak ada suara apapun disekitarnya.

Beberapa saat kemudian penutup mata Dion dibuka oleh Sehan dan membuat Dion terkejut saat melihat pemandangan di hadapannya.

"...kalian?" ujar Dion dengan pipi yang basah akibat air mata yang mengalir keluar tanpa izin.

"HAPPY BIRTHDAY DION" ucap orang-orang di sana serentak. Di sana.. semua orang yang Dion sayangi berkumpul dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

"Ma-makasih semuanya hiks" pecah sudah tangis haru Dion yang membuat orang-orang mulai mendekati dan memeluknya.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang