Changbin tersedak saat makan siang ketika mendapati wajah seseorang menempel pada kaca warung makan di sebelahnya.
"Hey, Changbin~" panggil Lino dengan senyum lebar lalu menghampiri laki-laki yang sedang asik makan itu.
"Ada perlu apa?" tanya Changbin.
Lino mengangkat sebelah kakinya ke kursi, mengambil kulit ayam krispi yang disisihkan Changbin untuk dimakan terakhiran. "Lo temen dekatnya Han, 'kan? Apa lo tau sesuatu yang pengen dia punya atau mungkin harapan terbesarnya?"
"Kenapa lo nanya gue?" Changbin terlihat ketus tapi masih berbaik hati meladeni laki-laki tidak tahu diri di depannya.
"Karena tiap hari gue lihat, orang itu kayak gak bahagia. Gue pengen bantu dia."
"Uh ...." Kedua alis Changbin terangkat, menahan senyum, menyikapi ucapan Lino seperti seorang gadis yang ingin memberikan perhatian kepada orang yang disukai. "Lo gak bisa bantu. Kalau bisa, udah gue sama Hyunjin lakuin dari lama. Masalah terbesarnya Han karena dia gak punya keinginan."
"Mana mungkin manusia gak punya keinginan," sahut Lino.
Changbin berdesis. "Kalau dia punya keinginan, dia pasti pengen orang yang ada di sisinya selalu sehat."
Hm, betul juga, batin Lino.
Siapa orang selalu ada di sisinya?*****
Han baru saja pulang dari minimarket. Saat meletakkan belanjaan di dapur, ada secarik kertas yang dengan tulisan tangan cukup rapi.
Temui gue di dekat danau Tobat. Buruan sebelum ikan kesayangan lo gue lepaskan ke alam bebas.
Tertanda
I know, you know, Lee know.Setelah membaca surat sampai selesai, Han memeriksa akuarium. Ikan hiasnya telah raib. Dia mendesah dan dengan terpaksa turut menyusul Lino.
"Lo mau apa lagi ...." tanya Han frustasi karena kucing oren berwujud manusia tampan itu terus menguji kesabarannya.
"Mengabulkan permintaan." Lino menggenggam kantong plastik berisi ikan serta airnya. Berdiri di ujung jembatan.
"Sudah dibilang, gue belum punya permintaan. Sini, balikin." Han hendak meraih kantong plastik yang dipegang Lino tapi pria itu menepis tangannya.
"Coba lo pejamkan mata dulu. Pikirkan."
Han mengusik tatanan rambutnya. "Jangan iseng lagi. Toko gue gak ada yang jaga. Gue lagi sibuk ini," ketusnya dan mendekati Lino untuk merebut ikan hiasnya.
"Eh-eh! Jangan. Gue lepasin nih ke alam bebas," ancam Lino, bersiap melepaskan ikan yang mulai mabuk akibat guncangan.
"Jangan!" seru Han Jisung. "Lo mau apa, sih?!"
"Lo merem dulu coba."
Pasrah. Han menuruti perintah Lino, menutup mata. Ntah apa yang akan dilakukan laki-laki itu padanya. "Sudah belum?"
Lino tersenyum samar, diletakkan pelan plastik ikan yang sedari tadi dipegang. Berjalan mengendap-endap ke belakang Han, berniat mendorong pemuda itu ke danau. Dia pikir dengan demikian Han akan membuat permohonan untuk diselamatkan jika dia tercebur.
Han membuka sebelah mata, melirik ke samping. Dia tahu bahwa Lino akan mendorongnya. Ketika laki-laki di belakangnya itu mundur beberapa langkah lalu berjalan cepat untuk mendorong, Han menggeser posisi berdirinya sehingga malah Lino yang tercebur.
"H-Hannie!" teriak Lino dengan kepala yang timbul tenggelam di danau. "G-gue gak bisa berenang!"
Han tersenyum mengejek. Diraih kantong berisi ikan hias kesayangannya di pinggir jembatan, melangkah pergi meninggalkan Lino yang terus berteriak memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailurophile [END]
Fanfiction"Apa kalau semua manusia mati mereka dimakamkan?" tanya Lino. Han membersihkan dedaunan yang berjatuhan di atas makam. "Ya, supaya sanak keluarga bisa datang untuk kasih penghormatan dan doa." "Bunga juga, ya?" "Hu-um. Tapi kalau orangnya suka maka...