✧༺25.09.2024༻✧
"Lo yakin?" tanya Han memastikan bahwa Lino tidak salah mengenali.
"Dari aromanya gak mungkin salah. Gue masih ingat," jawab Lino. Dia segera berteriak agar orang-orang menangkap pria itu. "WOI ADA P-"
"Tunggu dulu, Cing!" Han membekap mulut Lino, tersenyum kikuk pada orang yang berlalu-lalang. "Lo gak bisa ngomong ke orang-orang kalau dia penculik cuma karena dari baunya!" Dia menyipitkan mata, mengikuti arah perginya sosok pria di seberang jalan sana. "Kita ikuti dia sambil pikirkan solusi gimana cara nangkapnya."
Mereka berdua diam-diam mengikuti pria yang diduga telah menculik Lino tersebut. Dari kejauhan terpantau masuk ke sebuah rumah sakit umum. Tempat Hyunjin magang.
"Jangan lari-lari, Nak," tegur seorang suster mengejar tiga pasien anak kecil yang berlarian di koridor rumah sakit. Peringatannya tidak dihiraukan hingga salah satu anak potongan rambut cepmek berhenti mendadak ketika berpapasan dengan seorang dokter.
"Hyunjin!!!" Ketiga anak kecil berkisar 5-6 tahun itu bersorak dan melompat riang, menghampiri juga memeluk dokter paling populer di rumah sakit tersebut. "Hyunjin bisa mewing kayak gini, gak?" tantang salah satu bocah sambil mempraktekkan.
"Jangan panggil Hyunjin tapi Dokter Hwang," tegur suster yang sejak tadi kewalahan mengurus mereka.
Hyunjin mengedipkan mata, memberi isyarat bahwa hal tersebut bukanlah masalah. Dia merendahkan badan, memandang ramah ketiga anak kecil itu, memberi pengertian secara halus mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan mereka di rumah sakit. Tidak jauh dari keberadaannya, dilihat Lino dan Han memasuki pintu utama, tampak seperti mencari sesuatu.
Lino terengah-engah, memandang sekeliling. Kehilangan jejak pria yang sejak tadi dibuntuti. "Ke mana perginya?"
Tangan Han bertengger di pundak laki-laki di sebelahnya seraya mengatur napas pula. "Coba lo cium aromanya lagi."
"Gak bisa, bau antiseptik di sini terlalu kuat," sahut Lino.
"Jisungie? Lino?" sapa Hyunjin seketika membuat dua pemuda di depannya itu berbalik. "Ada perlu apa ke sini? Kaki lo mau dijahit lagi, Bang?"
Lino bergidik ngeri. "Mulut lo sini yang gue jahit," jawabnya sewot. "Kita lagi cari orang."
"Akhir-akhir ini di daerah kita ada banyak hewan liar yang hilang, juga diracuni. Barusan lihat ada orang yang mencurigakan," jelas Han.
"Terakhir tadi kita lihat dia lewat sini. Tapi ... ntah ke mana sekarang perginya." Lino menimpali. "Apa mungkin dia salah satu staf medis di sini atau ...." Diamati Hyunjin dari atas sampai bawah. "Dokter?"
"Aih, ada banyak orang yang ke sini setiap hari. Berobat, keluarga pasien, petugas rumah sakit, tukang cari bahan gosip, dan lainnya," jelas Hyunjin seraya memasukkan tangan ke saku jas putih. "Gimana mungkin dia dokter?"
"Gue pernah baca novel di toko buku. Orang yang keliatan baik, pakaiannya serba rapi ternyata pembunuh!" celetuk Lino antusias.
"Wah, ternyata lo rajin baca buku ya, Bang," ucap Hyunjin dramatis dengan mulut membulat. "Btw, gimana tampangnya orang tadi?"
Han berdesis, dahinya berkerut. "Gak begitu kelihatan jelas. Umurnya tiga puluhan. Pakai kaos hitam, topi biru. Ya, kelihatan kayak orang biasa."
"Hm, oke." Hyunjin mengangguk. "Gue coba bantu awasi. Nanti gue kabari kalau ada info tentang orang itu."
Lino dan Han menyetujui. Keduanya pun kembali pada tujuan utama yakni datang ke tempat yang sebelumnya dikirimkan Ayen.
"Coba lo ingat-ingat lagi, ada gak dari ciri khas orang itu yang beda dari orang lain?" tanya Han sambil menggesekkan alas sandalnya ke sudut pembatas jalan karena tadi tidak sengaja menginjak pisang busuk yang dibuang sembarangan ke jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailurophile [END]
Fanfiction"Apa kalau semua manusia mati mereka dimakamkan?" tanya Lino. Han membersihkan dedaunan yang berjatuhan di atas makam. "Ya, supaya sanak keluarga bisa datang untuk kasih penghormatan dan doa." "Bunga juga, ya?" "Hu-um. Tapi kalau orangnya suka maka...