29. Accident

333 90 100
                                        

✧༺11.09.2024༻✧

"Gue pikir tadi Lino," ucap Han ketika mengetahui orang di depan pintunya adalah Bang Chan, mengembalikan jaket dan ponsel Lino yang tertinggal di tempat acara. "Kenapa bisa ada sama lo?"

"Tadi dia ikut gue ke ulang tahun temen. Tapi pulang duluan, gak pamit pula. Ntah mungkin setengah sadar karena mabuk?" terka Bang Chan.

"Mabuk? Kalian minum-minum?" Han terpejam dan mengernyitkan dahi, menghela napas lalu menatap laki-laki di hadapannya. "Dia alergi alkohol. Mode kucingnya muncul kalau minum itu dan dia ... belum pulang sampai sekarang."

"APA?!"

Han berdecak. "Dia alergi alkohol ... mode kucingnya—"

"Gak, gak gitu, Bro," sela Bang Chan tersenyum kikuk. "Maksud gue tadi  tuh, kaget. Bukannya gak denger sama yang lo ucapin."

Han meraih kunci mobil yang tergantung di samping pintu kamar. "Ayo cari dia."

****

Lino mengedarkan pandang ketika kurungan yang membawanya diletakkan di atas meja suatu ruangan tanpa sekat. Di tengahnya ada meja cukup besar dilengkapi peralatan laboratorium seperti gelas ukur, beaker, erlenmeyer, sentrifus, dan lainnya. Sementara di kedua sisi ruangan riuh dengan suara anjing dan kucing di dalam kandang bersahutan meminta makan.

Pria dengan topi dan masker yang menculik Lino membuka sebuah toples berisi makanan hewan, dilemparkan ke dalam kandang. Dia mengambil selembar foto dari saku jaket, menatap kucing oren yang baru didapatnya kemudian meletakkan potret kucing dengan kalkulator yang sempat viral itu ke meja lalu keluar ruangan.

Setelah menunggu dan dipastikan pria tadi telah pergi, Lino menggunakan cakarnya untuk membuka kaitan pengunci kandang. Butuh beberapa saat hingga akhirnya berhasil keluar dari kurungan, melompat, menapakkan kaki ke lantai, berubah ke wujud manusia dan segera kabur dari tempat pengap itu.

Lingkungan sekitar tempat Lino disekap sangat kumuh dan kotor. Hanya sedikit celah antara rumah satu dengan lainnya. Akses jalan cukup sempit, bisa dilalui oleh dua motor saja. Sempat terlihat dari sorot lampu mobil milik pria tadi berada di ujung luar gang, berlalu pergi.

Manusia jelmaan kucing oren itu benar-benar berpijak di daerah yang sangat asing. Saat bertanya ke orang sekitar, jarak dia berada sekarang cukup jauh dengan rumah dan kolam renang sebelumnya. Dia meminjam ponsel pemilik toko kelontong, mencoba menghubungi Han berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Tanpa alas kaki, dia terus berjalan tanpa arah menyusuri jalan sepi disertai anila yang menusuk kulit. Tak ada satu pun jua kendaraan lewat yang bisa dimintai tumpangan. "Gini ya, rasanya jadi kucing jalanan tak bertuan."

Rasa nyeri mulai menyeruak telapak kaki. Lino duduk belunjur di pinggir jalan, telapak tangannya menumpu di samping badan, mendongak memandang letup redup baswara yang terukir di langit malam.

"Gue gak mungkin berakhir jadi kucing gembel, 'kan? Hannie pasti nemuin gue," monolognya dengan penuh keyakinan.

...  tau tentang dia lebih dalam dari siapa pun, bersimpati, dan percaya dia sepenuhnya.

... per-ca-ya dia sepenuhnya ....

Lino tertegun ketika mengingat kalimat terakhir yang sebelumnya diucapkan Bang Chan. Percaya Han sepenuhnya. Meski dalam kemustahilan ini, dia masih yakin bahwa pemuda bersurai kelam itu akan menemukannya.

"Andai tadi gue gak ikut ajakan si Bangcat," keluhnya. Menyesal telah tergiur promosi ayam geprek yang berujung pada keterlantaran. "Dasar serigala berbulu tangkis!"

Ailurophile [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang