7. Catch

238 67 1
                                    

Han memandang sendu laki-laki dengan telinga kucing berwarna jingga di kepala, meringkuk di pojok bilik ATM. "Kenapa bisa begini?"

Kelopak mata Lino terkulai, berdiri dengan kepala tertunduk. "Gue tadi ke tempat yang bising. Di dalamnya ada banyak manusia, joget bareng terus nyetel musik kenceng banget sampai bisa misahin ruh dari jasad," jelasnya lalu menggenggam erat ujung bawah baju Han, meneruskan ucapannya dengan suara lebih kecil. "Terus gue minum air warna-warni, setelah itu ...."

"Lo minum-minuman beralkohol?" tanya Han.

Lino hanya mengangguk pelan. Menyesali perbuatannya.

Han melepaskan jaket, menutupkan ke kepala Lino. "Sudahlah. Ayo, pulang." Dilingkarkan lengannya di bahu Lino, mengamati sekitar dan setelah dirasa aman, digiringnya si catboy itu keluar dari ATM.

Sesampai di rumah, Lino segera berlutut, membungkuk dengan dahi menyentuh lantai, meminta maaf atas perbuatannya.

Han melipat tangan di depan dada. "Gue bilang apa tadi? Setelah kasih makan kucing di taman, langsung pulang. Kenapa lo malah berkeliaran?"

Lino bergeming, masih dengan posisi yang sama.

Han mendesah, kedua pundaknya turun, berjongkok di samping Lino. "Gak usah sok merasa bersalah begini. Besok pasti lo ulangin lagi, 'kan?"

Tidak ada respon. Han meletakkan jari telunjuk ke bahu Lino, mendorong pelan.

Ternyata si jelmaan kucing oren ketiduran.

Han menggeleng-geleng dengan tatapan datar. Diseretnya seonggok manusia yang terpejam itu ke karpet hambal di depan televisi, memasangkan bantal dan menyelimutinya.

"Cobaan hidup gue kok berat banget, ya? Jadi curiga bakal sukses di usia muda."

*****

Pagi ini adalah hari pertama Lino memulai pekerjaannya, membantu di toko Han Jisung.

Namun, sebenarnya dia hanya pura-pura sibuk ketika Han mengawasi, tapi jika pemilik toko buku tidak melihatnya, dia akan berkutat kembali dengan mainan Pop It elektrik milik anak tetangga sebelah yang diambil ketika sang bocah sedang lengah.

Dari pojok rak, Lino memicingkan mata. Ada pergerakan seorang remaja berseragam yang mencurigakan, mendekat ke meja kasir. Tidak ada yang berjaga di sana.

"A ... yen ...." eja Lino pada bet nama di seragam siswa itu.

Tak lama kemudian, dengan gerakan cepat, Ayen membuka laci, meraup beberapa uang dan berlari keluar.

Mulut Lino membulat, segera menghampiri laci, diperiksa uang yang hanya tinggal beberapa lembar lalu bergegas mengejar si pencuri.

Han hanya melihat ketika Lino menutup laci dan berlari keluar. Dihampiri meja kasir, dilihat uangnya tersisa sedikit.

"Sudah mulai belajar nyolong, hm?" Han menduga Lino yang mengambil uangnya. "Setiap hari kerjaannya main aja."

Lino mengedarkan pandang, mencari sosok remaja yang telah mencuri uang Han Jisung. Tanpa sadar dia telah mengikuti sampai masuk ke tempat hiburan arkade di Mall.

"Ha! Itu dia." Lino mengendap-endap, mengamati dari kejauhan ketika remaja yang sedaritadi diawasinya membelikan beberapa koin game menggunakan uang hasil curian, diberikan ke beberapa remaja yang tampak sebaya. "Kenapa ... anak itu mukanya kayak ketakutan? Apa mereka bukan teman?"

Lino berlutut, bersembunyi di balik mesin mainan pukul tikus, memantau pergerakan remaja korban pemalakan yang tak jauh darinya.

Atensi pemuda bersurai jingga tersebut teralihkan ketika mainan tikus tiba-tiba muncul dari lubang mesin. Matanya berkedip beberapa kali, diambil palu mainan di dekatnya, dipukulkan ke tikus-tikus karet itu.

Ailurophile [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang