23. Present

222 70 59
                                    

Sudah hampir tengah malam, Han masih fokus di depan laptop, mengutak-atik demo lagunya. Tiba-tiba ada aroma manis mirip wafer stoberi. Sumbernya semakin dekat saat Lino datang.

Catboy bersurai jingga kecokelatan itu menghembuskan kabut putih tebal dari mulut tepat di depan wajah Han, membuat laki-laki yang sedang serius itu tersedak asap dan terbatuk.

"Lo ngapain sih, Cing?!"

"Nge-vape," jawab Lino dengan tampang songong. Mungkin cuma dia satu-satunya kucing di dunia ini yang menghisap rokok elektrik. "Liat nih. Gue bisa ngeluarin lingkaran." Dihisap dalam rokok beraroma stoberi tersebut lalu dihembuskan. "Linkharaaan ...."

Han masih bergeming, tanpa ekspresi, membiarkan kepulan asap wangi itu menerpa wajah. Dia sempat berpikir dan hampir kagum kalau Lino memang bisa mengeluarkan kepulan berbentuk lingkaran seperti yang tengah viral.

Berharap lebih, dapatnya perih.

"Keluar segitiga juga bisa." Lino kembali menghisap rokok elektriknya, mengeluarkan asapnya lewat mulut. "Segithigaaa ...."

"Wah, keren," puji Han sebatas formalitas dengan senyum dipaksakan. "Udah? Balik sana ke habitat lo."

"Hm ...." Lino merangkul Han seraya menunduk, mendekat ke layar laptop, membaca tulisan yang tertera. "Kenapa lo nulis kreditnya gak pakai nama asli? Emang lo gak pengen terkenal?"

Han Jisung menggunakan nama J.ONE untuk kredit lagu ciptaannya.

"Dengan kayak gini, gue merasa lebih santai. Gak perlu terlalu peduli kritikan dunia luar, gak perlu berkompromi demi kepentingan umum, gak perlu menjilat siapa pun."

"Menjilat?" Lino mengerutkan kening, dibayangannya ungkapan konotasi tersebut sama seperti seekor kucing menjilati tubuhnya.

"Lo tidur duluan sana," perintah Han. "Besok jadwal lo bikin sarapan."

"Oke. Lo juga jangan kemalaman tidurnya," ucap Lino sembari menepuk pundak rekannya tersebut dan menuju kamar.

Beberapa jam kemudian, Han sudah merasa sangat pegal dan mengantuk. Dia sempat berjingkat saat cahaya kilat tiba-tiba menembus gorden ruang kerjanya. "Mau hujan, ya ...."

Setengah dua dini hari. Setelah berganti piyama, Han langsung merebahkan diri di atas kasur. Tak lupa menyalakan lampu tidur. Di luar, guntur mulai bersahutan disertai hujan deras.

Saat pemuda bersurai kelam itu baru saja hampir terlelap, pintu kamarnya terbuka dan terbentur keras ke dinding. Lino berlari masuk dan melompat ke kasur.

"Woi! Woi! Woi! Apaan, nih?!" protes Han sambil mendorong Lino yang tiba-tiba berbaring dan mendesak berada di sampingnya.

"Malam ini gue mau tidur sama lo!" Ditariknya selimut tebal, dicengkeram erat menutup seluruh badan.

"Lo gak bisa tidur di sini. Balik sana!" Han menarik kedua lengan Lino sampai pemuda berselimut itu terduduk.

"Gue mau tidur sini."

Kedua alis Han tersentak kala telinga kucing oren mendadak muncul dari kepala Lino, bergerak-gerak, merespon suara guntur.

"Keluar." Han menarik kain tebal bergambar Gojo Satoru yang membalut tubuh Lino. Tapi si catboy itu bergeming, menahan erat selimutnya dengan mata terus berkedip dan tampak bergetar, wajahnya tegang. Takut akan suara menggelegar petir di luar sana.

Han mengusik tatanan rambut. "Ya sudah. Tapi berubah dulu jadi kucing oren. Gue gak bisa tidur kalo satu ranjang sama wujud lo manusia gini."

"Tapi waktu itu lo bisa pulas banget tidurnya sambil meluk gue."

Ailurophile [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang