04

7.3K 376 36
                                    






Holla 🙋‍♀️ WP aku masih penuh dengan drama ga ada notif teman teman, adakah yang sama? Padahal ga ada ganti ganti pengaturan loh 😩

Btw karakter Nabila ini kalian bayanginnya siapa? Aku bayanginnya mirip mirip Laura Moane gitu lucuk lucuk gemes gitu atau kalau engga ya modela Iris Wullur lah, kalo Rinjani sebenernya aku bayanginnya itu sekelas Raline Syah sih kece bener kan kayak pantes aja gitu, kata aku sendiri 🙂 btw selamat membacaaaaa....

Oh iya lupa mamas belom up ya, tungguin aja ini lagi cari wangsit sabar ya... 💕







Dentuman keras musik dengan beat yang cepat membuat Dimas tampak tak nyaman namun berbeda sekali dengan gadis di sampingnya yang justru tersenyum penuh kemerdekaan mendengan DJ idolanya memainkan musik kebanggan mereka

"CICIIIII... SEBELAH SINI CIIIII... " Teriak salah satu rekan bila di meja mereka di bagian tengah Nabila berlari menuju rekan rekan sejawatnya itu

"Dapet jantan dari mana ni betina satu? " Heran Eva melihat tingkah Nabila yang sangat dekat dengan Dimas

Singkat cerita Nabila menjelaskan kepada teman temannya sesama awak kabin juga memperkenalkan Dimas pada mereka semua sementara Dimas sendiri tak menunjukan wajah yang bersahabat lantaran kurang nyaman dengan lokasi di sana

"Jadi dia yang lo kenal baru sehari itu mau jagain lo dari kita yang kenal lo bertahun tahun? Gila sih itu namanya" Bisik Eva di telinga Nabila membuat dara cantik itu tertawa

"Biarin aja dari pada ribut ribut di depan? Ntar dikira gua yang gila" Kata Nabila kembali berbisik di telinga Eva

"Turun ga ci? " Tawar Azkya junior Nabila

"Turun dong gasss" Nabila hendak bangkit dari tempat duduknya namun di tahan oleh tangan kuat Dimas

"Mau kemana? " Tanya laki laki itu memicing

"Ke toilet, ikut juga ke toilet? " Mata Nabila melotot memberi sinyal pada Dimas agar tetap berada di kursinya menunggu hingga Bila kembali

Lama waktu berselang Dimas mulai khawatir pasalnya dara cantik itu tak kunjung kembali kurang lebih hampir satu jam, apakah ke toilet butuh waktu se lama itu? Dimas melirik jam tangan di tangan kananya beberapa kali, ini sudah lewat tengah malam hampir dini hari sedangkan Dimas harus kembali ke Jakarta pagi pagi sekali menghadap sang pimpinan

Dari kejauhan tampak Nabila dan Eva berjalan sempoyongan di papah oleh Azkya satu satunya orang dengan kesadaran yang masih penuh diantara mereka bertiga

"Dimaaaassss... MasyaAllah lama kita ga ketemu ya? Apa kabar ganteng? " Nabila berlari duduk di pangkuan Dimas dan melingkarkan lengannya di leher membuat laki laki itu terkejut bukan main juga aroma khas alkhohol menguar kuat dari mulut Nabila membuat Dimas menyerit tak suka

Setelah berhasil menguasai dirinya Dimas segera menyalakan telefon genggamnya untuk merekam video kelakuan Nabila yang akan ia gunakan untuk menggoda gadis itu nanti

"Sehat sehat Alhamdulillah, jangan muntah ya Nabila" Ada sedikit marah dan khawatir yang terlihat jelas dari wajah Dimas melihat tingkah Nabila

"Oh gitu... Kamu kalo dari deket gini ganteng juga ya ternyata, mau jadi pacar aku ga? " Pertanyaan Nabila memancing senyum Dimas membuat laki laki itu mati matian menahannya agar Nabila tau bahwa yang ia lakukan bukanlah sebuah candaan

"Jangan begitu nanti kamu nyesel kalo udah sadar Nabila" Dimas memperingatkan betapa bahayanya perkataan Nabila barusan

"Ngapain nyesel? Aku suka punya pacar Paspampres" Wajah Nabila benar benar lucu dengan mata berkaca kaca, pipi merah merona dan senyum yang amat cerah menghiasi wajah cantiknya

"Saya bukan Paspampres Nabila" Suara Dimas semakin berat karna sibuk menahan tawanya di depan Nabila

"Lah? Terus yang jagain Pak De siapa? " Kening Nabila berkerut heran

"Pak de siapa? " Dimas membeo tak mengerti arah pembicaraan Bila

"Pak De Jokowi, masa gitu aja ga tau? Katanya Paspampres" Bila bahkan berani mencubit perut Dimas gemas

"Aduuhhh sakit tau... Lagian sejak kapan Pak Presiden itu Pak De kamu? Saya bukan Paspampres Nabila" Senyum yang sedari tadi di tahan Dimas akhirnya lolos juga, Nabila dengan kondisi mabuk sangat menggemaskan

"Kasian Pak De ga ada yang jagain" Wajah Nabila semakin memerah dan setetes air mata membasahi pipi bulatnya

"Ihh ngapain nangis? Ada yang jagain Nabila tapi bukan saya, Paspampres yang jagain" Dimas berusaha sabar sebisa mungkin

"Tadi katanya Paspampres, trus bukan, trus sekarang Paspampres tau ah aku pusing" Bukan mereda air mata Nabila justru semakin deras membuat Dimas kebingungan

Dara cantik itu menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Dimas dan menangis penuh pilu di sana

"Aku kangen ayah Dim... Tapi ga mau ketemu ayah, aku bukan anak baik kan? Ayah pasti marah tau adek mabuk mabukan gini kan? Adek takut ayah marah" Sekarang Dimas mengerti alasan Nabila menangis sepanjang hari, tak hanya kehilangan dirinya sebagai seorang awak kabin Nabila juga memiliki segudang permasalahan keluarga yang kompleks

"Keluarga kamu baik ga Dim?" Tanya Nabila tiba tiba

"Baik" Jawab Dimas sekenanya

"Kamu masih punya ayah ibu ga? " Tanya Nabila lagi

"Masih... Saya punya papa, mama sama satu kakak perempuan sudah menikah dia tinggal di Bandung" Dimas menjelaskan sedikit tentang keluarganya

"Ceritain dong Dim tentang keluarga kamu" Nabila kembali menghadap wajah tampan Dimas bersiap mendengarkan cerita keluarga Dimas

"Sekarang banget? " Tanya Dimas di jawab anggukan semangat Nabila

"Hmmm... Apa ya? Papa saya anggota tentara juga sudah purna tugas, trus mama saya anggota tentara juga sudah purna tugas juga, kalo kakak saya ibu rumah tangga biasa suaminya tentara juga anaknya ada dua lucu lucu" Dimas semakin bingung saat wajah cantik Nabila terlihat melamun, dalam jarak sedekat ini Dimas bahkan bisa mencium aroma strawberry dari rambut Nabila yang terurai juga merasakan tubuh gadis itu hangat mulai demam

"Kamu dem.. " Ucapan Dimas terputus terkejut mendengar suara Nabila

"Ayo kita menikah Dimas, kamu mau kan jadi suami aku? Aku ga ngerepotin kok orangnya, aku mandiri, aku bisa masak sedikit, bisa dandan cantik banget juga... Aku mau keluarga kamu Dim, aku pengen keluarga kamu" Nabila kembali memeluk Dimas dan menangis di sana

"Papa aku meninggal waktu aku masih bayi, trus mama nikah sama ayah tapi mama meninggal juga pas aku masih SD, aku cuman punya ayah sama mba Tara tapi mereka ga sayang aku... Mba Tara bilang aku ngabisin duit doang, Mba Tara bilang aku anak ga tau diuntung, Ayah bilang aku ga pernah berprestasi kayak Mba Tara... Aku capek Dimas... Aku pengen punya keluarga kayak orang orang yang bisa duduk di meja makan bareng bareng buat makan malam, aku cuma mau itu... Meja makan di rumah Ayah selalu ada yang pecah.. Piring, gelas, vas bunga semuanya di lempar kalo Ayah sama Mba Tara marah, aku takut Dimas" Tubuh rapuh itu bergetar penuh dengan isak tangis Nabila, Dimas yang sedari tadi diam kini memeluk erat tubuh Nabila seolah turut merasakan hancurnya hati wanita itu

"Trus kamu tinggal dimana? " Tanya Dimas hati hati

"Aku beli apart di BSD, ayah ga tau... Aku pulang kesana kalo lagi ga flight" Dimas bertanya tanya sedalam apa luka yang di tanggung Nabila selama ini

"Dengerin saya... Besok pagi pagi sekali saya harus kembali menghadap pimpinan, nanti kita bicarakan ini lagi ya... Janji ketemu saya lagi di Jakarta ya Nabila? Walau nanti kamu sadar sekalipun saya akan tetap memaksa, saya akan cari kamu" Hal yang terjadi selanjutnya membuat Dimas kehilangan akal sehatnya saat Nabila mencium bibirnya









Bersambung...










AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang