30

5.2K 270 21
                                    



Pagi pagi sekali Nabila telah siap dengan setelan kerjanya yang selalu ia simpan sebagai cadangan dalam mobil, jadwal sidangnya hari ini sekitar pukul 10.00 namun ia sudah siap jam 05.25 usai menunaikan ibadah sholat subuh ia berniat segera keluar dari rumah Dimas untuk menghindari tatap muka dengan pria itu ia benar benar marah dengan ucapan Dimas semalam yang menurutnya amat keterlaluan

Begitu mencapai halaman rumah besar itu Nabila justru bertemu sosok yang amat ingin ia hindari dan kurang ajarnya pria itu nampak amat tampan dengan kaos polos hijau army milik angkatan darat dan memakai sarung tengah memberi makan ikan

Nabila berusaha tak mengindahkannya ia berpura pura tak melihat Dimas sedangkan Dimas yang tau betul gadis itu tengah marah tentu saja takut Nabila akan meninggalkannya seperti yang lalu lalu

"Kenapa berangkat pagi banget? " Tanya Dimas memulai pembicaraan dan meletakkan toples berisi pakan ikan itu lalu mendekati Nabila

"Bukan urusan kamu" Jawabnya ketus, Dimas memeluknya gadis itu memberontak namun tenaga Dimas tentu lebih besar Nabila bahkan tindak memeluk balik punggung lebar Dimas

"Saya ga bermaksud begitu semalam, jujur saya cemburu kamu masih se sayang itu sama Dikta Bil" Dimas menarik nafasnya panjang

"Basi banget" Nabila mendorong Dimas namun lagi lagi tak berhasil

"Saya pikir tanpa harus bilang kamu sudah tau betapa cintanya saya sama kamu Nabila" Nabila berdebar entah apa yang di makan laki laki itu pagi ini hingga mulutnya mendadak menjadi amat manis tentu saja Nabila luluh

"Dulu sekali saya pernah bilang di chat kalau saya cinta sama kamu dan sampai sekarang ga berubah sedikitpun engga... Kamu adalah segalanya buat saya, menikah demi keselamatan kamu saja itu bohong... Saya takut kamu pergi lagi jadi saya lakukan semua cara yang bisa nahan kamu di samping saya termasuk pernikahan konyol yang selalu kita perdebatkan" Mata Nabila mulai berkaca kaca Dimas yang manis seperti ini berhasil membuatnya jatuh cinta berkali kali

"Maaf kalau lagi lagi saya nyakitin kamu, saya ga bermaksud begitu... Kehilangan kamu rasanya sama seperti kehilangan diri saya sendiri Nabila jadi tolong jangan lakukan itu lagi sekalipun kamu masih cinta sama Dikta saya mohon jangan pergi dari saya" Nabila membalas pelukan Dimas erat

"Terakhir aku ketemu Dikta aku bilang sama dia kalau aku mau kita temenan aja karna aku rasa aku berkhianat di belakang dia aku ga bisa bohong kalau aku masih ada hati sama kamu... Justru aku takut mungkin kamu yang masih ada hati sama Mbak Tara" Dimas mengurai pelukannya saat nama itu disebut, melihat mata Nabila yang mulai sembab astaga... Gadis itu amat lembut hingga mudah sekali menangis

"Ga pernah ada wanita lain selain kamu bahkan kalau itu Tara sekalipun" Ucapan Dimas mantap menatap mata bulat Bila membuat gadis itu lega luar biasa

"Semua cara saya lakuin supaya kamu kembali Nabila... Saya cari kamu sampai mau gila rasanya, bahkan saya sampai beli rumah ayah kamu berharap bisa ketemu Tara dan cari tau soal kamu lewat dia tapi rumah itu sudah bukan punya dia lagi waktu saya beli dan bodohnya saya ga sadar kalau saya se deket itu sama Tara tau gitu ngapain saya nunggu lama lama buat ketemu kamu" Dimas membenarkan anak rambut Nabila yang nampak sedikit berantakan, Nabila terkejut pria itu melangkah sangat jauh untuk mencarinya selama ini

"Sudahan ya marahnya" Dimas memberi kecupan singkat di bibir Nabila

"Beraninya!! " Pekik Nabila menutup mulutnya dengan kedua tangan

"Kebawa suasana pagi pagi udah romantisan kita" Dimas tersenyum lebar pagi itu amat indah baginya sepertinya

"Kalau gitu sekalian aja aku bilang ya Dim biar ga ada yang ganjel lagi diantara kita" Nabila nampak resah

"Apa? " Tanya Dimas

"Kemarin aku denger dari papa katanya kamu udah daftar jauh jauh hari buat sekolah militer di Amerika dan 2 minggu setelah kita nikah kamu berangkat emang bener? Kok kamu ga ada bilang apa apa? " Cecar Nabila penasaran

"Jadi gini ceritanya memang saya daftar sudah lama tapi hasil di terima atau enggaknya itu belum tau karna proses seleksinya kan panjang trus yang duluan keluar itu tanggal pernikahan kita ya masa saya tolak? Nikah sama kamu ga mungkin saya nolak gila apa... Trus baru kemarin siang dapet kabar kalau saya lolos seleksi dan berangkatnya ya dua minggu setelah kita nikah, saya sendiri bingung mau gimana ngomong ke kamu eh malah semalem berantem" Dimas membelai sayang kepala Nabila

"Berarti harus banget berangkat ya? " Tanya gadis itu lagi di angguki oleh Dimas

"Berapa lama? " Tanya Nabila lagi

"Ya tergantung... Paling cepat 6 bulan paling lama 6 tahun" Nabila menahan nafasnya terkejut, ia akan berpisah lagi dengan Dimas selama itu? 6 tahun??

"Yaa semoga nilainya bagus bagus biar cepet selesai sekolahnya" Imbuh Dimas lagi

"Oke gapapa... Demi masa depan bersama, tapi aku udah buat keputusan" Kali ini wajah Nabila terlihat amat tegas dan serius

"Apa lagi astaga" Dimas tak habis pikir gadis itu ada saja idenya

"Boleh ga Dim kita nanti kalau sudah menikah ga ngapa ngapain dulu? Kita pacaran dulu boleh kan? Ga lucu kalau misal kita ngapa ngapain trus aku hamil bagus kalau pendidikan kamu cuma 6 bulan kalau 6 tahun? Kamu balik kesini anak kamu manggil Om gimana? " Dimas tak kuasa menahan tawanya entah apa yang ada di kepala kecil gadis itu hingga ia terlihat amat menggemaskan

"Saya ga akan apa apain kamu kalau kamu belum siap, saya ikut apa kata kamu aja" Nabila menghembuskan nafasnya lega itu semua hanya alasan karna sebenarnya ia belum siap, Poor Dimas...

"Kamu ga kerja? Hampir jam 6 masih pake sarung belom mandi" Omel Nabila

"Istri saya marah gimana mau kerja? Saya tukar libur sama Syarif" Dimas mengecup kening Nabila

"Belum istri ya" Nabila protes

"Ini dari tadi saya yang cium mulu, ini saya ga dapat cium juga? " Dengan cepat Nabila mengecup pipi kiri Dimas

"Gitu dong, nanti kelar sidang kita ketemu Dikta ya... Saya anter, biar saya yang ngomong sama dia" Semalam Dimas segera menghubungi Dikta membuat janji temu bagaimanapun juga se cemburu cemburunya Dimas nyatanya Dikta adalah orang yang bisa diandalkan menjaga Nabila dengan baik selama hampir 2 tahun bahkan Dimas sendiri menemukan jejaknya saja susah sekali jadi Dimas merasa bahwa Dikta juga salah satu orang yang berperan penting dalam hubungan mereka

"Katanya ga boleh ada mantan di nikahan kita" Ledek Nabila jahil

"Dia temen saya, emang mantannya Dikta siapa? Saya ga kenal" Pria itu berlalu begitu saja dari hadapan Nabila masuk ke dalam rumah saat sifat jahil Nabila kembali maka gadis itu akan berubah menjadi menyebalkan







Bersambung...












AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang