57

4.4K 266 24
                                    


Lupa nambahin note wkwk jangan lupa pantengin terus ya ntar sore update si centil Diandra Djiwa S.

Follow dulu buat dapetin konten terupdate 🤗


"Mama.. " Nabila mendengar suara putranya yang sangat pelan itu

"Abang.. Abang dari mana aja? Mama Papa cariin Abang" Nabila sempat mengira Magika tengah tertidur namun kini mata pria kecil itu justru sangat terang tidak seperti saat bangun tidur

"Mama" Cicit Magika lagi

"Iya sayang? Abang mau apa? " Tanya Nabila melihat wajah bingung dan khawatir yang tercetak jelas di mata putranya

Walau kembar Magika dan Miracle sangat berbeda kepribadian Magika sangat dewasa, hati hati dan pemalu mirip sang Ayah sedangkan Miracle adalah Nabila versi mini yang centil, berisik, manja dan extrovert jika ada sesuatu yang tidak di sukai maka dengan gamblang Rachel akan bilang tidak suka atau bahkan menangis berbeda dengan Gika yang akan tetap diam walau ia tak suka maka dari itu tak jarang Nabila menaruh perhatian lebih pada Magika Bryan Wijaya

"Abang boleh mau apa aja.. Ada Mama, Abang mau apa? " Nabila masih melihat jelas mata bulat Gika bergerak ke kanan kiri menandakan kebingungan

"Papa.. Papa nanti kerja lagi jam berapa? " Nabila terdiam.. Apakah putranya takut sang Ayah tak akan kembali lagi?

"Abang mau Papa kerja lagi? " Nabila selalu bilang bahwa Ayah mereka pergi bekerja

Magika menggeleng dengan mata yang mulai berkaca kaca, astaga.. Sedalam apa tingkah orang dewasa menggores hati kecil Magika

"Kita tanya Papa? Abang belum ketemu Papa kan? " Gika memeluk leher ibunya erat erat

"Kalau nanti Abang ngomong sama Papa trus Papa malah pergi kerja lagi gimana? " Air mata Nabila luruh, gelombang penyesalan menerpanya bertubi tubi

Tak bisa menjawab Nabila hanya mengangkat tubuh kecil itu dan membawanya pada sang Ayah yang nampak sibuk dengan ponselnya di ruang keluarga dengan televisi menyala

"Papa" Suara serak Nabila mengalihkan perhatian Dimas, keningnya menyerit melihat Nabila yang masih saja sibuk menghapus air mata dengan Magika dalam gendongannya

"Abang bangun tidur? " Sapa Dimas menarik Gika dari gendongan sang istri namun tangan kecil putranya itu belum mau terlepas dari leher sang Ibu, Nabila mendudukkan dirinya di samping Dimas walau Magika masih belum mau menatap Ayahnya

"Papa berangkat kerja jam berapa? " Dimas masih belum mengerti arah pembicaraan ini tak ada jawaban Nabila meraih telefon genggam suaminya dan menulis sesuatu di sana

'Abang takut kamu pergi kerja lagi, apa ga bisa ambil cuti sehari? ' tulis Nabila, Dimas tersenyum hangat lalu mengelus punggung putranya dengan penuh kerinduan

"Papa hari ini ga kerja, Papa mau di rumah seharian.. Abang ga mau main sama Papa? Abang marah sama Papa ya? " Tanya Dimas hati hati

"Abang ga marah" Jawab Magika masih belum mau memandang sang Ayah

"Kalau kita pergi liburan berempat sama Dedek gimana? Abang mau ga? " Sepertinya ia harus berusaha keras mengambil hati putranya kali ini

"Kan nanti Papa kerja" Jawab Gika dengan suara ragu ragunya

"Abang liat Papa dong.. Gendong Papa mau ga? Kita ngobrol di depan? Biar Mama selesaikan goreng bakwan di belakang" Bujuk Dimas, Gika sempat melihat ke arah sang Ibu meminta persetujuan dan tentu saja Nabila setuju

Gika tak berkutik dalam gendongan sang Ayah dan menikmati di timang timang pria kecil itu hanya bersembunyi di ceruk leher Ayahnya sembari mendengarkan Dimas menelfon

"Ijin Jendral, saya mau minta ijin Bapak untuk ambil cuti beberapa hari ke depan.. Saya sudah periksa Jadwal Bapak kebetulan tidak ada jadwal kunjungan" Dimas sengaja menyalakan loud speaker ponselnya, putranya sangat cerdas ia hanya ingin Magika tau situasi di antara mereka dan tak takut takut lagi akan di tinggal hingga beberapa hari ke depan

"Oh iya iya gapapa ambil cuti aja tapi tumben ya Mayor Dimas ijin dadakan begini" Ucap Pak Prabowo cukup heran

"Ijin, putra putri saya ulang tahun Pak rencananya kami mau liburan mungkin ke Bali beberapa hari" Magika mulai keluar dari persembunyiannya penasaran dengan jawaban yang akan di berikan oleh Pak Prabowo

"Oh ya? Boleh boleh silahkan.. Nanti pulang liburan ketemu saya ya.. Saya kasih hadiah buat anak anak" Tentu Pak Prabowo pun ikut senang, walau tak pernah bercerita tentang ranah pribadinya bukan berarti beliau tak paham situasi rumah tangga sang ajudan yang sudah di anggap seperti putranya sendiri mulai dari tiba tiba turut menetap di rumahnya seperti beberapa ADC yang lain dan jarang sekali pulang ke rumah padahal jaraknya tak terlalu jauh, lalu terang terangan berpapasan dengan sang istri di beberapa acara namun tak pernah bertegur sapa

"Siap laksanakan, Komando" Dimas mencium sang putra yang akhirnya menunjukan senyumnya persis seperti Nabila dalam bentuk laki laki, kulitnya yang putih pucat, wajah yang bulat, rambut lebat juga senyumnya benar benar persis sang Ibu sedikit berbeda dengan adik kembarnya yang mewarisi mata elang tajam milik sang ayah

"Abang denger kan? Kita liburan.. Abang happy ga? " Dimas mengayun ayun tubuh kecil Gika dalam gendongannya, bocah itu nampak mengangguk walau masih ragu

"Maaf ya Bang, Papa pergi pergi kerjanya lama sekali.. Papa janji sama Abang sama Dedek, setelah liburan Nanti Papa akan lebih sering pulang ke rumah buat main sama Abang sama Dedek ya? Kita bisa jalan jalan bareng sama Dedek sama Mama mulai sekarang" Dimas merasa bersalah pada putranya

"Mama kalau pergi kerja cuma sebentar" Pernyataan dari bibir mungil Gika seolah bermakna ganda saat sang Ibu pergi bekerja hanya dari pagi hingga sore mengapa sang Ayah butuh waktu sangat lama hingga bertahun tahun untuk pergi bekerja?

"Maaf ya nak" Dimas mendekap hangat tubuh putranya

"Gimana kalau nanti malam kita pergi beli mainan buat Abang sama Dedek? Papa yang belikan sebagai hadiah dan ucapan terimakasih Papa karna Abang berhasil jagain Mama dan Dedek" Mendengar kata mainan Magika mengangguk semangat

"Ini ga mau kalah juga nih.. Mau ikut beli mainan juga kamu? Hmmm? kangen Papa juga?" Dimas melihat Bima mendekat ke arah kakinya, kura kura berukuran lebih dari 30 cm dengan usia hampir 7 tahun itu terlihat sangat sehat

"Bima suka makan kaktusnya Oma" Adu Gika pada sang Ayah hampir setiap minggu ia selalu mendengar Neneknya menggerutu tentang tanaman kaktus yang rusak akibat ulah Bima si sulcata

"Oh ya? Jangan Bim.. Di jual Oma kamu nanti, di tuker sama ayam kalkun gimana?" Hati Dimas menghangat mendengar tawa geli sang putra yang masih anteng dalam gendongannya

"Papa.. Abang sama Dedek punya kelinci di belakang 2 warna coklat sama putih, sama marmut 2 tapi satu sudah meninggal.. Yang meninggal warna hitam sama coklat yang masih hidup warna putih" Celoteh Magika, mewarisi hobby sang Ayah Magika dan Miracle seolah merubah rumah ini seperti kebun binatang pribadi

"Ayo kita lihat.. Papa mau lihat, Abang sama Dedek sudah kasih nama belum? " Tanya Dimas menciumi pipi Gika gemas

"Kelinci punya Abang namanya Toby, punya Dedek namanya Sisi.. Kalo marmut nya namanya Owa" Walau lengannya mulai pegal Dimas masih betah menggendong sang putra hitung hitung mengganti waktu yang telah ia lewatkan bertahun tahun

"Ayo Bim.. Ikut ke belakang ga Bim? " Dimas baru berjalan beberapa langkah dan berhenti membalik badannya melihat Bima yang masih istirahat di tempatnya tadi, mendengar obrolan absurd sang Ayah membuat Magika lagi lagi tertawa geli







Bersambung...







AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang