52

4K 248 17
                                    




Binar Dewinta udah masuk Chap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Binar Dewinta udah masuk Chap. 23 gais 😉 siapa yang belom baca?

Kisahnya tentang balas dendam hingga pernikahan seorang Kapolsek dengan Mahasiswa magang 🫰

Jangan lupa pencet bintangnya dulu sebelum baca, follow buat dapetin info terupdate dan Komen buat booster mood Mince biar sering update 🥹 karna Mince kurang motivasi






Nafas Dimas masih terengah setelah berlari secepat yang ia bisa dari parkiran rumah sakit menuju unit gawat darurat tempat sang putra di tangani

"Gimana Magika? " Tanyanya begitu melihat sang istri dan segera memeluknya, ia tanpa sengaja melakukan sebuah kesalahan meninggalkan telefon genggamnya di meja makan setelah menemani Pak Prabowo makan siang tadi, ia melanjutkan pekerjaan tanpa ingat ponsel yang di khususkan untuk keluarga dan kerabat dekat itu tertinggal di sana

Akibatnya fatal, ia tau kabar sang buah hati dari orang lain terlebih parah 'Dhani', ia marah pada keteledorannya sendiri

"Dokter bilang Gika kena demam berdarah" Cicit Nabila, Dimas telah menjelaskan secara singkat alasan kenapa ia tak mengangkat telefon genggamnya sejak tadi namun Nabila tetap saja marah

"Sayang maaf saya tadi teledor" Sesal Dimas takut Nabila akan marah besar

"Saya kirimin copy rekaman cctv nya ke handphone kamu barusan, bukti kalau saya bener bener lupa maaf ya" Dimas tau ini bukan hal yang dapat di benarkan, cctv dari kediaman seorang Menteri? Bukan kah harusnya itu rahasia? Demi Nabila ia meminta ijin pada Bapak Menteri Pertahanan itu untuk meminta copy cctv yang membuktikan ia berkata yang sebenarnya

Nabila hanya mengangguk walau ia kesal setengah mati namun mengingat keterangan Dhani tadi bahwa Dimas masih di kediaman Bapak dan sedang melakukan pekerjaan di ruang kerjanya tentu saja Nabila harus berhenti khawatir bukan?

"Mah.. " Sapa Dimas pada sang ibu yang baru saja bergabung usai menemui perawat

"Dari mana aja di telfon ga bisa dek? Mama sama Nabila panik" Omel Pratiwi melihat putra bungsunya yang baru saja tiba

"Maaf Ma tadi handphonenya ketinggalan di meja jadi ga liat ada telfon" Jelas Dimas takut kalau kalau dua wanita yang menduduki posisi nomor satu dan dua dalam prioritasnya ini tiba tiba mengamuk

"Kamu nih.. " Rupanya tak hanya Nabila, Pratiwi pun kesal

"Cuci tangan dulu sayang baru ketemu Gika" Perintah Nabila pasalnya si kecil terus saja merengek dan baru tertidur usai lelah menangis

Dimas menurut, ia mencuci tangan dan membasuh wajahnya tak lupa melepas kemejanya menyisakan kaos putih polos yang di gunakan sebagai dalaman, tangan besar Dimas menggenggam tangan kecil Magika yang terasa hangat

Ayah dari si kembar itu melihat wajah putranya nampak sembab dan merah menandakan terlalu banyak menangis, Dimas mengelus kepala Magika dan menciumnya dengan hati hati

"Rachel di rumah? " Tanya Dimas pada sang istri

"Iya.. Tadi panik jadi cepet cepet aja tinggalin dia, ga bagus juga rumah sakit buat anak kecil" Ucap Nabila sedikit bersyukur saat meninggalkan rumah tadi si kecil Miracle tidak membuat drama tambahan yang membuat kepalanya semakin pusing saja

"Maaf ya.. Kamu istirahat aja biar saya yang jaga Gika" Nabila mengangguk tubuhnya lelah sekali, ibu dua anak itu memeluk sang mertua

"Mama makasih ya... Bila ga tau kalau ga ada Mama gimana, Bila ga bisa apa apa sendirian" Tanpa Pratiwi Nabila pasti sangat kerepotan

"Sama sama Nak.. Mama ga bisa bantu apa apa cuma jagain cucu aja, maaf ya Mama teledor Gika jadi sakit" Nabila menggeleng, segala sesuatu sudah di atur sesuai waktu Allah termasuk sakit dan sembuhnya si buah hati

Keesokan harinya Arif membawa cucu perempuannya untuk bertemu saudara dan kedua orang tuanya di rumah sakit, walau semalam Rachel berhasil tidur tanda rewel namun pagi ini kebalikannya sejak membuka mata bayi delapan bulan itu merengek mencari saudara kembarnya

"Rachel cariin Mama atau Gika? " Goda Nabila pada sang putri yang masih tetap merengek dalam gendongannya

Bayi kecil itu menggapai gapaikan tangan mungilnya pada dang ayah meminta gendong, rupanya Miracle lebih rindu sang ayah dari pada ibunya

"Sayangnya Papa... Rachel bobok sama Mbak ya semalam ya? Gika bobok disini dulu ya" Dimas mengambil alih gendongan Rachel dan menimang bayi itu dengan hati hati

Melihat si saudara kembar di gendong sang ayah Magika pun iri, merengek minta di gendong akhirnya Dimas pasrah menggendong Rachel di tangan kanan sedangkan Gika di tangan kirinya

"Ada gunanya juga Papa nge gym ya" Ledek Nabila melihat sang suami yang kerepotan dengan kedua bayinya juga selang infus yang masih menempel di tangan kiri Gika

"Ini Mamanya juga kalau mau gendong bisa di belakang" Goda Dimas pada sang istri

"Gede banget lengan kamu sayang ya Allah" Nabila masih saja kerap takjub pada tubuh atletis sang suami

"Halah.. Kayak ga pernah liat aja" Celetuk Dimas menimang nimang dua bocah di tangannya

"Jangan dulu di jadiin adiknya lagi ya.. Tunggu SD dulu" Arif memberi peringatan melihat kerepotan kedua orang tua baru mengurus kedua buah hati mereka

"Enggak Pa udah dua ini aja.. Kapok Dimas juga" Jawab Dimas menciumi pipi Rachel dan Gika bergantian

"Kok gitu sih? " Umumnya suami selalu ingin memiliki anak lebih banyak dari pada istri namun dalam kasus Dimas dan Nabila justru terbalik

Dara cantik itu nampak tak trauma sama sekali padahal bisa di bilang kehamilan pertama Nabila lalu sungguh membuatnya kewalahan setengah mati di tengah repot nya Dimas bersekolah ke luar negeri bahkan saat melahirkan pun Nabila memiliki resiko lebih tinggi dari pada wanita lain

"Ya gapapa sayang.. Kita bisa fokus sama Gika sama Rachel kan? " Kalimat tak setuju dari sang istri membuat Dimas siaga, salah menjawab sedikit saja Dimas bisa merusak mood Nabila, ia di omeli habis habisan oleh kedua orang tuanya jika itu terjadi

"Tapi aku mau ngerasain hamil lagi sayang... Kemarin hamil ga ada kamu, aku mau hamil lagi nanti tapi tunggu anak anak agak besar" Nabila melingkarkan tangannya di pinggang sang suami

"Kita omongin nanti lagi ya.. Anak anak masih kecil, kalau nanti kamu hamil trus kembar lagi makin kerepotan kita nanti sayang" Bukan takut istri, Dimas hanya merasa Nabila sudah melakukan terlalu banyak hal dalam hubungan mereka bahkan memberinya keturunan tentu saja itu adalah hal yang tak pernah bisa ternilai harganya maka dari itu setiap permintaan Nabila, Dimas selalu berusaha keras untuk mewujudkannya namun permintaan kali ini tak akan pernah ia wujudkan.. Biarlah akan menjadi urusannya di kemudian hari, ia tak pernah bisa menghilangkan bayang bayang wajah pucat Nabila di rumah sakit usai melahirkan kedua anak kembarnya.. Dimas juga masih ingat betul setiap ucapan dokter waktu itu yang menyatakan kemungkinan sang istri selamat sangat kecil tentu saja Dimas tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi
















Bersambung...









AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang