Nabila menyambut pagi harinya dengan muntah di sertai nyeri kepala yang hebat, sudah cukup lama Nabila kehilangan kontrol atas dirinya seperti semalam
Nabila bukan type gadis yang suka minuman beralkohol hanya saja semalam ia mengijinkan dirinya sejenak melupakan semua suara berisik dalam kepalanya
Setelah di rasa mualnya mulai mereda Nabila segera membersihkan diri dan benar saja tubuhnya sedikit demam, dahinya menyerit saat melihat sebuah sticky notes tertempel di layar telefon genggamnya
'Telefon pak ilham cepet cepet kalo udah baca pesan ini, jangan tanya aneh aneh eva lagi di udara ya telfon pak ilham aja yg lagi free, baiiii ... Tertanda Eva gemoy' begitulah yang tertulis di sticky notes berwarna kuning tersebut, dengan malas Nabila mengambil handphonenya menghubungi sang kapten
"Assalamualaikum bapak" Sapa Nabila dengan suara seraknya
"Waalaikumsalam ndoro ayu... Sudah sadar otak kecil kau nak? " Kata Pak Ilham di sebrang sana
"Baru bangun tidur bapak ih... Ada apa? " Tanya Nabila sambil menguap
"Dengerin ya saya ngomong baik baik nih ya... Jangan kau ulangi lah mabok mabok kau nak, semalam kau buat ulah itu lamar anak orang kau bikin malu" Ucap Ilham
"Apa sih bapak ga jelas pagi pagi" Kata Nabila malas
"Eh semalem kau nangis nangis sambil peluk si Dimas ya... Sadar kau perempuan, semalam kau nangis nangis minta jadi istrinya ha... Tak ingat kau rupanya? Bahaya kali loh nak kalau kau mabuk lagi laki orang kau ajak kawen aduuu... Ani ani betul" Nabila mencoba mengingat ingat kelakuannya semalam namun gagal ia tak mengingat apapun
"Bapak ga jelas ah udah aku cari sarapan dulu, Wassalamualaikum" Nabila menutup sepihak sambungan telefon tersebut dengan sangat tidak sopan
Lagi lagi Nabila heran melihat sebuah kemeja lengan panjang berwarna navi di yang berada di meja kaca kamar hotel tempatnya menginap ia mendekat dan mengangkat kemeja itu
Terlalu lebar untuk ukuran tubuhnya juga teman teman pramugari yang lain sedangkan tam mungkin sang kapten maupun co pilot masuk ke kamarnya lantaran 2 orang laki laki itu sangat menjaga diri dan pandangannya lalu kiranya kemeja siapa ini?
Sebuah panggilan telefon membuyarkan lamunan Nabila ternyata panggilan dari nomor yang tidak dikenal
"Hallo" Sapa seorang laki laki di seberang sana
"Hallo" Jawab Nabila masih heran
"Sudah bangun? " Tanya laki laki itu sontak Nabila menjauhkan telefon genggamnya untuk melihat si penelfon
"Siapa ya? " Tanya Nabila lagi setelah kembali duduk di tempat tidur
"Sudah ketebak pasti lupa, saya Dimas calon suami kamu" Ucap Dimas sambil tertawa membayangkan reaksi wajah Nabila, seketika kesadaran Nabila bagai di siram air dingin ternyata yang di katakan kaptennya benar soal dia Yang meracau semalam
"Ga jelas banget" Dengan cepat Nabila mematikan sambungan telefon itu namun Dimas tak menyerah ia menghubungi Nabila beberapa kali sengaja untuk membuat gadis itu risih
"Apa lagi Astagfirullah aku mau cari sarapan sama obat" Cerocos Nabila saat panggilan Dimas ke 4
"Masih demam ya? Ga usah kemana mana saya kirim aja makanan sama obatnya" Ucap Dimas di seberang sana
"Ga usah aku punya uang" Lagi lagi Nabila menutup sambungan telefon itu, namun tak lama telefon genggam Nabila kembali berdering menandakan sebuah panggilan masuk kembali
"Apa lagi Dimas Astagfirullah, stop ya ini terakhir aku bisa beli makan dan beli obat sendiri" Ucap Nabila dengan cepat tanpa memberi jeda
"Dek... Ini ayah, adek sakit? " Nyali Nabila mendadak menciut, ia tak bisa menjawab apapun mendadak Nabila kehilangan kemampuan bicaranya yang sangat hebat
"Adek pulanglah nak... Ayah kangen sekali sama adek" Kata sang ayah di seberang sana, selama ini Nabila jarang sekali menjawab panggilan telefon dari keluarganya untuk melindungi kewarasannya sendiri
Tanpa jawaban Nabila mematikan panggilan telefon itu, kembali berbaring di tempat tidur sambil memijit pelipisnya berharap bisa mengurangi pusing yang mendera
Setelah dirasa pening kepalanya mulai mereda Nabila bangkit untuk segera mengisi perutnya, Nabila tampak cantik dengan pakaian cukup terbuka berwarna hitam tanpa lengan memamerkan pundaknya yang cerah dan bawahan bermotif floral dengan warna senada
Begitu sampai di lobby hotel Nabila di hentikan oleh resepsionis yang mengatakan ada titipan untuk Nabila atas nama Dimas dan Nabila menerimanya dengan senang hati lalu kembali ke kamarnya lagi urusan balas budi biar ia pikirkan nanti
'Kenapa suara ayah serak? Apa ayah habis nangis? Apa ayah sakit?' begitulah isi kepala Nabila sembari menikmati makanannya lagi lagi telefon genggam Nabila berbunyi menandakan sebuah pesan masuk dari Dimas yabg mengirim sebuah video dengan durasi cukup panjang
"Dim... Tolong lah Dim nikahin aku Dim, habis itu kamu mau tugas kemana mana gapapa yang penting aku punya keluarga Dimassss... Kamu tau aku kayak anak kucing pinggir jalan ga punya keluarga Dimas" Tangis Nabila dalam pelukan Dimas
"Nak... Sudah ayo turun, malu kali kau besok pagi" Ucap Ilham berusaha menjauhkan Nabila dari Dimas
"Apa sih Bapak ga boleh pegang pegang ya!! Ga sopan itu pelecehan" Nabila berteriak dan menghempaskan tangan Ilham kuat kuat
"Pelecehan pelecehan... Aduuuhhh Mas Dimas maaf ya, Nabila itu jarang sekali mabuk selama saya kenal dia 7 tahun baru mungkin 2-3 kali dia mabuk begini kayaknya saking sedihnya gara gara penerbangan terakhir hari ini" Ilham menjelaskan situasinya pada Dimas namun Dimas jauh lebih sadar apa yang terjadi pada Nabila
"Iya pak saya maklum, nanti biar saya yang antar Nabila ke hotel" Ucap Dimas
"Biar sama Eva sekalian nanti pak Dimas, bukan saya ga percaya pak Dimas ya maaf tapi saya ga percaya ini perempuan" Pak Ilham sambil menoyor kepala Nabila pelan
"Apaaa!!" Nabila protes kepalanya di dorong oleh Ilham namun tersenyum penuh kemenangan saat tangan Dimas turut mengelus kepalanya dan membenarkan sedikit anak rambutnya yang berantakan
"Cintakuuu... Hmmm... Manis banget sih kamu, aku boleh cium gak? " Dimas melihat Nabila dari jarak yang sangat dekat membuatnya gemas setengah mati pada gadis yang tengah duduk anteng di pangkuannya ini
"Ngapain ijin? Dari tadi udah nyosor ya lu" Ilham kembali bersuara
"Itu bapak tua siapa ya? Kamu kenal dia sayang? " Tanya Nabila pada Dimas membuat tawa Dimas meledak sedangkan Ilham menatap Nabila tak percaya
Nabila menatap layar ponselnya tak percaya lalu dengan cepat Nabila segera menghubungi nomor telefon tersebut meminta penjelasan
"Iya sayang? " Dimas menggoda Nabila
"Iiihhhh maksud lu apa ya? Ga gelas banget sumpah" Nabila bersungut sungut berhasil di jahili oleh Dimas
"Saya ngirim bukti bahwa kamu udah lamar saya, jadi kapan kita resmikan? " Dimas senyam senyum sendiri membayangkan wajah marah Nabila yang sangat menggemaskan
"Diem ya ... ngapain di resmikan emang jalan tol" Nabila mulai kesal dengan obrolan Dimas yang berputar putar
"Oh iya Bil, saya lupa ngomong nih kalo saya suka sekali perempuan yang lemah lembut, pinter masak dan cantik... Yaaa walau kamu lumayan cantik tapi kamu ga lemah lembut kamu harus berusaha keras kalau mau jadi istri saya" Nabila tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar laki laki itu sangat percaya diri sekali
"Lumayan kata lu? Eh... Denger ya Dim.. " Ucapan Nabila terpotong saat Dimas mengatakan hal yang tak kalah mengejutkannya bagi Nabila
"Sssstttt... Kemeja saya semalem saya taruh meja, belajar nyuci ya cantik kalau mau jadi istri" Sepihak Dimas mematikan sambungan teleponnya membuat Nabila berguling guling di atas ranjang saking kesalnya
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...