36

4.9K 289 21
                                    





Dah lah gais capek aku bikin peraturan sehari upload 1x 😌 mulai sekarang aku upload sesuka hati aja lah ya

Tapi tetep kalian WAJIB Vote dan Komen 👍 trus jangan lupa baca BINAR DEWINTA juga ya 😉




Acara berlangsung penuh khitmad banyak tamu tamu mulai dari kalangan petinggi dan pejabat hingga rekan sesama militer dari Papa, Mama dan Dimas di tambah teman teman kabin crew Nabila

Nabila memang berhasil menghentikan tangisnya namun bukan berarti ia menikmati acara, ia sesekali melirik ke arah pintu masuk berharap ada setidaknya satu orang keluarganya yang datang memberinya selamat

"Dimas... Saya nyapa duluan habis ini masih ada acara... Semoga sakinah, mawadah, warahmah ya" Bapak Presiden Indonesia Joko Widodo memberi selamat kepada Asisten Ajudan andalannya yang melepas masa lajang itu

"Trimakasih banyak Bapak, Trimakasih sudah di sempatkan hadir" Dimas menyalami Pak Jokowi dan Ibu Iriana begitu juga Nabila yang memberikan senyuman terbaiknya

"Aduh ayune" Bu Iriana memuji wajah cantik Nabila yang sangat serasi bersanding dengan Dimas yang nampak gagah

"Dulu istri saya waktu muda juga begini loh cantik begini persis" Ucap Pak Jokowi

"Ngece" (Mengejek) Bu Iriana memukul pelan lengan Pak Jokowi membuat kedua mempelai itu tertawa, usai sesi foto bersama kedua orang nomor 1 di Indonesia itu pamit undur diri berganti dengan suara teman teman Nabila yang berisik

"Ciciiii... Happy ever after cantikku" Eva memeluk Nabila, bagi Eva Nabila adalah satu satunya pramugari senior yang tidak menakutkan

"Dimas betah betah ya sama ini jadi jadian" Kali ini sang kapten Ilham yang berbicara menggoda Nabila yang kembali menitihkan air mata karna terlalu rindu pada rekan rekan sejawatnya itu

"Udah sana bubar kalian semua... Jangan ngomong aneh aneh ada mertua gua" Nabila turut larut dalam kebersamaan mereka ia benar benar merindukan dirinya saat masih bisa terbang bebas

Usai seluruh prosesi acara megah itu Nabila, Dimas dan keluarga kembali ke kamar hotel yang telah di aiapkan untuk mereka beristirahat masing masing

"Kakak.. Soal yang tadi aku makasih banyak" Nabila kembali berkaca kaca menatap kakak iparnya itu, Dinar merentangkan tangan memeluk adik ipar satu satunya

Mereka tengah berada di lorong hotel bintang lima tempat berlangsungnya pesta resepsi pernikahan Dimas dan Nabila beberapa saat lalu

"Dimas bener... Kamu ga sendirian lagi Dek, kita semua juga keluarga kamu... Lain kali kakak sakit hati loh ya kalo ga di anggap keluarga begitu" Tak jauh berbeda Dinar juga turut berkaca kaca

Nabila adalah sosok sempurna tanpa celah ia luar biasa cantik, berpendidikan, lemah lembut dan keibuan namun amat tak beruntung soal keluarga ia hidup seorang diri menghadapi hari harinya yang berat

"Aku beruntung banget di pertemukan sama kalian semua" Nabila masih saja menangis hingga terisak

"Mama ikut peluk" Pratiwi yang datang dari arah belakang ikut memeluk Nabila dan Dinar

"Aku juga ikut"

"Aunty juga ikut"

"Mami juga ikut"

"Khusus cewek cewek ini yang peluk ya" Seluruh keluarga Dimas memeluknya entah kalimat apa lagi yang bisa Nabila ucapkan selain rasa syukur atas kehadiran mereka semua yang menerima Nabila dengan sangat baik

"Ayo Pa kita pelukan sendiri Pa" Dimas memeluk sang ayah

"Iya kita pelukan sendiri aja ga usah ajak mereka, sini Wan" Arif memanggil Irawan Habsy suami dari putri sulungnya untuk turut ikut menghibur Nabila berhasil membuat sebuah lengkungan indah di wajah cantik Nabila yang masih mengenakan gaun pernikahannya tadi

Sesampainya di kamar hotel tempat mereka bermalam Dimas nampak sibuk membereskan tempat tidur mereka yang di taburi banyak kelopak mawar khas pengantin baru di sisi sisi tempat tidur

"Ini apaan sih" Ia mulai menggerutu dengan banyaknya kelopak bunga di sana, ia melihat Nabila tengah sibuk dengan telefon genggam di tangannya

"Sayang, ga mau bersihin makeup dulu? " Dimas mendekat matanya menangkap nama Tara tertera pada ponsel sang istri nampaknya wanita itu mengirim banyak pesan untuk saudara tirinya namun tak ada satupun yang mendapat jawaban

"Sayang... Duduk sini sebentar deh" Nabila menepuk tempat kosong sofa di sampingnya meminta Dimas duduk di sana

"Kamu bener bener ga ada perasaan atau hubungan apa apa sama Mbak Tara kan? " Tanya Nabila yang nampak resah

"Ga ada sayangkuuu... Kalau memang ada apa apa pasti mama tau kan? Buktinya mama ga tau apa apa... Saya pernah jatuh cinta sama perempuan belum seminggu kenal aja mama udah saya suruh nemenin dia di rumah sakit" Ia mengerling nakal pada Nabila untuk mengembalikan mood istrinya itu

"Kenapa Mbak Tara ga bisa di hubungi ya? Dia gapapa kan? " Dimas menyerit istrinya bahkan masih memikirkan kondisi Tara yang jelas jelas melukainya berkali kali

"Sayang coba pinjem handphone kamu kali aja kalau pake nomor kamu dia mau angkat" Dimas memandang wajah khawatir Nabila hatinya sedikit sakit melihat Nabila kembali harus mengkhawatirkan hal hal yang tak penting baginya

"Badan kamu mulai hangat ayo bersih bersih dulu trus istirahat" Dimas hendak membawa wanita itu berdiri namun di tolak oleh Nabila

"Enggak telfon Mbak Tara dulu... Sebentar aja sayang" Nabila merengek ia memegang ujung jas yang Dimas kenakan wajah memelas itu membuat Dimas tak tega

Jujur saja sejak awal mengetahui segala kebusukan keluarga Nabila ia sudah tidak suka, mereka terlalu tega pada gadis se lemah Nabila

"Kita telfon 1 x tapi abis itu janji kamu langsung istirahat ya? 1 x aja ya" Dimas berusaha mengendalikan dirinya yang hampir meledak di depan Nabila

"Syarat tambahan kamu harus ceritain semua perlakuan mereka ke saya dan ga ada yang di tutup tutupi oke? " Dengan cepat Nabila mengangguk

Dimas mengambil benda pipih itu dari saku jasnya dan menelepon Tara sembari mengelus wajah mulus Nabila dengan tangan kanannya

"Hallo" Mata Nabila membulat saat panggilan telefon itu terhubung, sesaat Nabila tak bisa menghentikan suara riuh di kepalanya tentang hubungan Tara dan Dimas hingga tanpa disadari air mata Nabila luruh, hatinya terasa tersayat membayangkan kedekatan sang suami dan kakak tirinya

"Mbak Tara.. Ini Bila" Dimas benci saat air mata Nabila mulai turun untuk keluarga yang bahkan tak pantas di sebut keluarga

"Lo baik baik aja kan? Gue khawatir lo ga bisa di hubungi.. Lo dimana seka.. " Ucapan Nabila terputus saat Tara berbicara

"Lo mau pamer soal lo berhasil dapetin Dimas? Lo seneng bisa nempel di keluarganya kayak lintah? Bagus deh akhirnya ada yang mungut lo dari jalanan" Dimas mengeratkan rahangnya marah saat mendengar ucapan tajam Tara pada istrinya dari telefon yang loud speaker itu

"Ga gitu gue... " Nabila berusaha menjelaskan namun lagi lagi terpotong

"Jangan hubungi gue lagi, kalimat gue mana yang lo gak ngerti hah!? Orang munafik model lo gue ga mau kenal lagi... Oh ya bilang sama laki lo ga usah jadi sok pahlawan dengan beli rumah bokap gue... Asal lo tau... " Kini kalimat Tara yang terpotong saat Dimas mematikan sambungan teleponnya sepihak

"Sudah ya? Dia masih hidup, masih sehat bisa caci maki kamu kayak gitu tandanya dia sehat tapi gila... Udah sana bersih bersih gih cantik... Saya ke kamar mama dulu ambilkan plester penurun panas kamu" Dimas keluar kamar, ia berdiri cukup lama di depan kamarnya untuk menetralkan deru nafas yang mulai memburu akibat emosi pada kakak tiri istrinya, Dimas berjanji akan membalas setiap rasa sakit yang Nabila dapatkan dari keluarganya, Dimas akan membalas semua perlakuan mereka pada Nabila

"Kakak aku belom selesai ngomong Dimas! " Sentak Nabila pada sang suami

"Apa yang mau di bicarakan? Dia ga bisa di ajak bicara baik baik sayang" Entah terbuat dari apa hati istrinya Dimas sendiripun nelangsa membayangkan betapa menderitanya Nabila hidup dalam keluarga yang memperlakukannya bak sampah, Dimas keluar kamar begitu saja tak kuasa melihat tangis Nabila yang mulai deras












Bersambung...








AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang