Tangan aku gatel mau up part yg ini gais 😩 nangis bareng yok 😭
Hari yang di tunggu akhirnya datang juga, setelah menyelesaikan pendidikan dan mendapat gelar Top Ranger Dimas segera kembali ke tanah air ia sempat memberi kabar pada sang ibu pada H-1 kemarin namun ia meminta untuk tidak memberi tahukan pada istrinya
Sampai di rumah pukul 5 subuh Dimas tak langsung menemui Nabila ia lebih dulu bertemu kedua orang tuanya dan mendengar tentang apa saja yang istri cantiknya itu alami selama ia pendidikan kemarin
"Ini jadinya Mama yang bilang ya... Sebentar lagi kamu jadi ayah, cuma selang berapa hari setelah kamu pergi kemarin Nabila terus aja ga enak badan sampe Mama Papa khawatir ia gampang pingsan sama mimisan jadi kita bawa ke rumah sakit, dokter bilang Nabila hamil bayinya kembar" Kening Pratiwi berkerut tak ada ekspresi apapun dari putra bungsunya
Sementara di kepala Dimas hanya terdengar kalimat 'sebentar lagi kamu jadi ayah' setelah itu ia tak mendengar apapun nafasnya tertahan beberapa saat, tangan dan kakinya terasa dingin
"Mama serius? " Tanya Dimas pada kedua orang tuanya, baik Arif dan Pratiwi kompak mengangguk
"Dengerin lagi... Kondisi bayi kalian sehat tapi Nabila enggak... Sistem imunnya memang buruk dari sebelum hamil di tambah sekarang hamil dan 2 bayi Dek... Nabila sangat kesusahan, kapan hari dokter minta Bila buat tidak melanjutkan kehamilannya" Telinga Dimas berdengung... Apa lagi ini? Bahagia dan duka yang datang bersamaan?
"Dokter bilang kemungkinan berhasil hingga bayi kalian lahir cukup bulan hanya kurang dari 65% dan kemungkinan prematur 70% bahkan kemungkinan persalinan normal maupun sesar dokter tidak berani menjamin... Dek... Bila sekarang gampang sekali kedinginan, AC kamar kamu ga pernah nyala sama sekali dia juga selalu pakai baju tebal, dia susah sekali tidur sampe tekanan darahnya terus tinggi di tambah lagi demam... Nabila jauh lebih gampang demam sekarang" Ini salahnya... Apapun yang terjadi pada sang istri adalah kesalahannya, andai waktu itu ia menuruti permintaan awal Nabila untuk menunda malam pengantin mereka mungkin hasilnya akan jauh berbeda bukan? Andai ia lebih peka terhadap Nabila dan memberinya lebih banyak kabar mungkin itu akan sangat membantu istrinya memperbaiki jam tidurnya
Setelah sedikit berbincang dengan kedua orang tuanya Dimas bergegas membersihkan diri dan membaringkan tubuh lelahnya memeluk sang istri yang masih lelap di jam setengah tujuh pagi
Dimas menangis saat meletakkan telapak tangannya di perut buncit sang istri, ia merasakan gerakan gerakan kecil di sana lalu apakah ia sanggup merelakannya? Hatinya terus saja meneriakkan kata maaf pada Nabila yang berjuang melewati ini sendirian
Nabila menggeliat mengangkat wajahnya hingga Dimas dapat melihat dengan jelas wajah yang sangat ia rindukan setiap malamnya pipi yang ranum, hidung yang mancung, bulu mata yang lentik Dimas merindukan semuanya ia juga melihat se tetes air mata turun membasahi sisi wajah sang istri
Dimas seolah tertampar... Ia selalu menggampangkan memberi kabar pada sang istri, ia selalu memprioritaskan menelfon Pratiwi walau tujuannya juga ingin mendengar kondisi Nabila andai ia tau bahwa yang Nabila butuhkan hanya dirinya, hanya suaranya... Dimas merutuki dirinya ribuan kali atas tindakan bodohnya pada Nabila dan kedua bayi mereka
Nabila mulai terisak... Dalam tidurnya sekalipun istrinya terisak, rasanya Dimas ingin memukuli dirinya sendiri seberapa dalam rindu yang Bila rasakan hingga mampu terisak dalam tidurnya?
"Ssstttt" Dimas mengelus kening Bila berusaha membuatnya tetap tenang 'tengah malem Bila nangis gara gara Mbok Sri ga sengaja cuci kaos kamu... Bila bilang karna bajunya di cuci 2x jadi bau badan kamu udah ilang, dia nangis sampe pagi walau udah Mama temani tidur... Mbok Sri juga sampe ikut nangis saking takutnya' perkataan Pratiwi terus saja berputar di kepala Dimas seperti rangkaian kaset rusak
Mata bulat itu terbuka, hidungnya memerah dan wajah penuh air mata, Dimas merapikan anak rambut Nabila yang terlihat berantakan
"Aku kangen kamu... Aku mau denger suara kamu, satu kali aja... Tolong" Nabila terisak dan memohon sebelum kembali menutup matanya, Dimas mengalihkan pandangannya ke arah lain istrinya mengigau air mata Dimas ikut luruh ia telah membuat dosa besar pada istrinya Dimas lalu memeluk tubuh Nabila dan membawa wanita itu dalam pelukannya
Jam setengah sepuluh pagi Dimas kembali mendengar suara isak tangis Nabila membuatnya seketika membuka mata, ia sempat tertidur sebentar... Ia melihat Nabila menatapnya jemari lentiknya yang bergetar terulur untuk menyentuh wajahnya, Dimas dapat merasakan betapa dinginnya tangan Nabila walau ia sudah mengenakan pakaian tebal
"Kamu pulang? " Oh astagaaa... Suara serak itu seolah mampu mencabut nyawa Dimas, hatinya sangat sakit mendengar suara serak dan lemah Nabila
"Saya pulang... Maaf sayang" Dimas mengeratkan pelukannya dan menghujani Nabila dengan ciuman
"Aku kangen" Dua kata dari istrinya mampu meluluhlantakkan hati seorang Dimas Akbar Wijaya
"Maaf sayang" Mendadak Dimas tak mampu berkata kata, selama perjalanan di pesawat Dimas telah merangkai skenario indah di kepalanya ia akan menunjukan betapa hebatnya ia meraih gelar ranger miliknya namun setelah melihat betapa malangnya sang istri Dimas mendadak malu pada semua tindakannya
"Kamu gapapa kan? Sehat kan? Ada yang luka? " Nabila bahkan masih memikirkannya... Dimas kembali menangis tak ada kata yang mampu menggambarkan sosok Nabila dengan indah
Nabila mengambil tangan kanan Dimas lalu meletakkannya di atas perut buncitnya, Dimas masih menangis namun Nabila tersenyum
"Kamu sebentar lagi jadi Papa" Nabila berdebar dengan alasan tak jelas, ia hanya merasa hal buruk sedang ada di sekitar mereka
"Sayang... Badan kamu ga kuat, mungkin belum rejeki kita" Hati Dimas serasa terhimpit batu besar
"Jangan bilang begitu... Kamu mau jadi ayah, kamu mau bunuh anak anak kamu? Mereka sehat sayang... Dokter bilang mereka normal tanpa cacat" Nabila bangkit ia ingin sang suami menyambut kehamilan pertamanya dengan suka cita namun apa yang ia dapatkan?
"Saya ga bisa kehilangan kamu Nabila" Dimas menggenggam tangan kecil Nabila yang terasa dingin
"Aku lebih baik kehilangan nyawa aku dari pada aku harus bunuh anak anak aku Dimas" Saat Nabila menyebut namanya Dimas tau sang istri kecewa dengan jawaban yang keluar dari mulut brengseknya
Bila bisa melawan semua orang, tapi Dimas? Suami sekaligus ayah dari kedua bayinya justru menginginkan ia merelakan bayi kembarnya?
Andai ia membunuh kedua bayinya lalu apa yang berubah? Apakah ia akan semakin sehat? Atau justru ia akan semakin sekarat? Yang jelas dengan alasan apapun Nabila tak bisa mengambil nyawa kedua bayinya demi untuk menyambung nyawanya sendiri
Andai itu terjadi maka Nabila tak akan pernah lagi melihat indahnya matahari
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...