Pagi ini Nabila mengambil kursus baking selain untuk menyibukkan diri Nabila juga berencana membawa kue pertamanya itu untuk di berikan pada orang yang amat special juga Artara Fahmidina kakak satu satunya yang ia punya sembari berharap kelancaran hubungan sang kakak dengan pujaan hatinya
Hazelnut chocolate cake adalah menu pilihan Nabila mengingat Tara sangat menyukai coklat, gadis itu nampak fokus menghias kue agar terlihat lebih rapih dan cantik
Usai kue buatannya selesai Nabila segera bergegas ke lokasi acara di temani sang kekasih Dikta yang sengaja menyempatkan diri bertemu dengan Tara tentu saja sesuai permintaan Nabila ingin mengenalkan kakak satu satunya itu pada sang kekasih karna Nabila tau Tara adalah salah satu penggemar Dikta juga seperti dirinya
"Cakep banget sih La" Dikta meneliti penampilan Nabila yang hari ini benar benar terlihat sempurna
"Iya dong... 2 tahun loh aku ga ketemu Mbak Tara, dan aku happy banget karna kali ini dia yang ngajak ketemu duluan biasanya kalo aku ngajak ketemu dia ga pernah mau Masta" Dikta memandang wajah cantik itu penuh kagum"Ini tu apa sih? Pacarnya dia wisuda gitu? " Tanya Dikta lagi
"Katanya bukan pacar baru deket doang cuman karna ya... Momennya kan wisuda ya pasti si cowoknya bawa keluarganya dong nah mbak Tara mau kenalan sama mereka sekalian kenalin aku juga gitu, happy banget" Senyum tak luntur dari wajah dara cantik itu bahkan sejak semalam ia tak bisa tidur karna terlalu bersemangat ingin bertemu kakak tirinya
"Bukan pacar tapi ngebet kenalan keluarga? Aneh juga ya dia" Nabila menatap tajam Dikta yang menyuarakan isi kepalanya barusan
Nabila turun dari mobil diikuti Dikta di belakangnya, mereka berdua memasuki venue mencari Tara yang tiba tiba tidak bisa di hubungi
Hingga dari kejauhan Nabila menangkap sosok Tara yang melambaikan tangan ke arahnya, di hadapan Tara ada seorang laki laki yang berdiri memunggungi Nabila menggunakan setelan berwarna hijau army dengan tubuh tegap khas abdi negara, gadis itu sama sekali tak menaruh curiga
"Kangen banget gue sama lo mbak" Suara lembut Nabila membuat Dimas melonjak kaget dan dengan cepat berbalik badan membuat keduanya membeku
Tatapan mata yang tak pernah berubah, tubuh tegap yang selalu Nabila rindukan kini berdiri di sana lebih dari satu tahun semenjak pertemuan tak sengaja mereka di area tenis waktu itu dan laki laki yang berdiri di hadapannya ini nampak jauh berbeda
"Dek kenalin ini Dimas" Lagi lagi Dimas terkejut, 2 tahun ia mencari keberadaan Nabila seperti orang gila justru kunci utamanya ada di hadapannya selama ini
"Nabila" Dara cantik itu mengulurkan tangannya wajah terkejut mereka berdua tak bisa di sembunyikan membuat Dikta yang amat peka dengan situasi menyeritkan keningnya heran
"Kalian sudah kenal? " Tanya Dikta melihat situasi dingin diantara keduanya
"Engga" Elak Nabila
"Kenal, dia perempuan yang saya tunggu selama ini Arta, yang sering saya ceritain" Mereka menjawab bersamaan dan tentu saja jawaban Dimas mengejutkan bagi Tara sementara pandangan mata Dimas menatap lurus ke mata bulat Nabila
Tara mengikuti Dimas kemanapun selama 2 tahun terakhir berharap suatu hari Dimas akan melihatnya sebagai seorang wanita yang menaruh hati padanya bukan sebagai seorang teman namun justru sang adik tiri lah yang menjadi tambatan hati seorang pria yang ia idam idamkan
"Weiisss weiiissss... Situasi apa ini bro" Dikta menarik mundur tubuh Nabila ke belakang tubuh tingginya dan berdiri tepat di depan Dimas menuntut penjelasan
"Saya dan Nabila sudah mengenal jauh sebelum anda jadi biar saya selesaikan urusan saya dengan Nabila" Tatapan mata Dimas penuh intimidasi namun sama sekali tak membuat Dikta menciut
Sementara Nabila menggenggam erat sisi baju yang Dikta kenakan ia tak lagi khawatir pada Dimas justru Tara menjadi orang yang paling ia takuti saat ini, tanpa sengaja ia menghancurkan hati kakak tirinya laku bagaimana bisa ia dan tara akan hidup seperti keluarga yang ada dalam benaknya selama ini
"Lo bisa ngomong kan? " Kilat marah tercetak jelas di wajah Tara
"Mbak Tara.. " Kalimat Nabila terputus saat mendengar suara Dimas
"Biar saya yang jelaskan, kita cari tempat yang lebih tenang" Dimas tak bisa melepaskan pandangannya dari Nabila
Gadis itu mulai menangis membuat Dikta memeluknya erat dan mencium puncak kepala gadis itu membuat Dimas geram
Mereka berempat duduk di sebuah taman dengan meja melingkar, Tara duduk tepat bersebrangan dengan adik tirinya sementara Dikta terus saja menggenggam tangan kiri Nabila
Keberadaan mereka berempat menarik perhatian beberapa orang yang menjadi penggemar Dikta
"Mbak Tara... Demi Allah gue ga tau kalo yang lo maksud itu dia" Tara tetap diam dengan tatapan tajam pada adiknya itu
"Muka dua banget sih lo, asal lo tau gue nyesel udah nyoba deket sama lo" Nabila menggigit bibirnya dan menggenggam erat tangan Dikta
"Ta biar saya yang ngomong.. Saya sama.. " Ucapan Dimas terputus saat Tara tiba tiba bangkit
" Lo manfaatin gue buat nyari tau dimana Nabila kan? Selama ini lo cuma pura pura ga tau aja kan? " Tara benar benar marah
"Duduk dulu" Dimas memegang tangan Tara menuntunnya kembali duduk entah mengapa rasanya hati Nabila tercubit melihat itu
"Kalau saya tau kamu adalah kakaknya Nabila ga mungkin saya nunggu selama ini buat ketemu dia, dan andai saya tau kakak tiri yang Nabila maksud itu kamu mungkin kamu sudah jadi mantan narapidana sekarang... Saya masih ingat jelas wajah babak belur Nabila di tangan kamu" Dimas memberi penekanan pada setiap kalimatnya andai ia tau lebih cepat maka ia tak akan pernah membiarkan Nabila pergi terlalu jauh seperti ini
Dikta menatap Nabila, ia bingung dengan situasi ini namun akhirnya teka teki besar yang ada di kepalanya satu persatu mulai tersusun namun menimbulkan tanda tanya baru, sebesar apa masalah yang Nabila sembunyikan darinya?
Tara menghentakkan lengannya keras namun tak berhasil, cengkraman Dimas jauh lebih kuat dari tenaganya yang tak seberapa
"Gue jahat sama dia? Perempuan ga tau di untung itu emang pantes dapetin itu... Perempuan ga tau malu, dia pembawa sial di keluarga gue asal lo tau!! bokap gue sekarat cuman karna nungguin dia.. Egois banget padahal kalo bukan karna bokap dia udah gelandangan" Bukan kali pertama Nabila mendengar kalimat kalimat tajam kakaknya namun selalu berhasil melukai hatinya
"Mbak Taraa.. " Nabila tersedu ketika omongan Tara mulai melebar kemana mana hingga menyangkut pautkan sang ayah
"Kenapa? Biar semua orang tau betapa busuknya lo" Genggaman tangan Dimas di lengan Tara semakin erat pria itu tak kuasa mendengar kata kata kasar yang Tara lontarkan untuk Nabila
"Aaa... Aaa sakit Dimas!! " Pekik Tara
"Dim tolong lepasin" Nabila menggapai lengan Dimas dan berhasil membuat laki laki itu melepaskan cekalannya pada Tara
"Gue jijik sama lo, ini terakhir kita ketemu gue ga mau liat lo lagi" Tara bangkit dan meninggalkan mereka dan Nabila turut bangkit namun berjalan ke arah sebaliknya, jika Tara pergi dari sana maka tak ada lagi yang akan mereka bicarakan
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...