Matahari terbenam yang indah untuk Nabila, bersama terbenamnya matahari turut terbenam juga mimpi mimpi indah Nabila selama ini karir yang ia bangun dan kehidupan di atas langitnya semuanya harus ia lepaskan, Bila menghembuskan nafasnya kasar dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya
Banyak pertanyaan dalam kepala cantiknya namun Bila mulai mengerti walau Tuhan meninggalkannya sendiri tak lantas membuatnya menyerah dan kecil hati, 7 tahun yang sangat luar biasa bagi Bila menjelajahi luasnya angkasa, banyak tempat di berbagai negara menjadi lokasi favoritnya dengan segudang cerita dan hari ini Bila akan memulai awal baru yang berbeda... Bila akan kembali bekerja keras selama sisa hidupnya untuk membayar kebebasannya selama 7 tahun belakangan
Sebagai anak tiri yang di didik sangat baik dari sekolah dasar hingga magister Bila sangat tahu diri, ia akan mengabdikan sisa usianya membayar hutang budi pada sang ayah dan seluruh keluarga lainnya yang telah membiarkan Bila berteduh dari derasnya hujan di rumah mereka, juga membiarkan Bila mengisi perut laparnya dengan memakan makanan mereka
'Mama Papa tau? Aku takut.. Aku takut ga cukup baik buat ayah, aku takut ketemu Mba Tara, aku takut ga bisa bayar hutang budi ke ayah... Ma.. Pa.. Aku sendirian, Aku ga bisa terbang lagi sekarang ga bisa deket sama Mama Papa lagi gapapa kan? Tolong temui Bila sekali aja.. Aku janji ga akan ngerengek kayak anak kecil gini lagi, aku ga tau mau kemana setelah ini... Aku takut... ' batin Nabila menjerit merasakan kesakitan yang selama ini ia tahan
Sejak kecil Bila tau bahwa ia selalu di sisihkan, bukan putri kandung sang ayah tentu membuat Bila berbeda tak hanya di mata sang ayah bahkan seluruh keluarga turut menyisihkan Bila karna tidak mengalir darah yang sama
Tanpa suara pundak kecil itu bergetar melepaskan lara yang menghimpit jiwa, Bila menenggelamkan wajahnya di tengah lutut yang di tekuk... Bila tak se kuat yang mereka pikirkan selama ini, tawa canda juga cerianya hanya topeng semata menutupi rapuh dan sepinya hati Nabila
Dimas masih di sana, melihat betapa rapuhnya Nabila membuat Dimas ingin merengkuh tubuh mungil itu namun apa daya mereka baru saja mengenal siang tadi tak mungkin laki laki asing dapat menyentuh dan memeluk Bila begitu saja
Dimas mengelus puncak kepala itu berharap dapat menenangkan tangis Bila, gadis cantik itu sudah terlalu banyak menangis untuk satu hari ini bukan
"Nanti cari kerja lagi Bil... Semangat dong" Dimas berusaha menghibur
"Bisa diem ga? " Suara serak Bila terdengar berbeda, sarat akan penuh kesakitan lebih dari sekedar kehilangan sebuah pekerjaan semata membuat Dimas terdiam seketika
Setelah tangisnya mereda Bila bangkit dari duduknya membersihkan badannya dari pasir pantai yang menempel membuat Dimas juga ikut bangkit
Tanpa kata Nabila pergi begitu saja meninggalkan Dimas yang masih terpaku menatap langkah Bila yang kian menjauh pergi
Ada sedikit rasa ingin tau tentang gadis itu setelah mendengar announcement di pesawat siang tadi berhasil menarik perhatiannya walau sempat bertanya tanya dan mengira ngira manakah sosok awak kabin yang tengah di perbincangkan akhirnya suara isak lirih dari salah seorang wanita membuat Dimas mengalihkan perhatiannya
Wajah ayu yang sendu itu tertutup masker berwarna putih namun Dimas masih dapat melihat jelas betapa menawannya sepasang mata yang indah itu
Terdengar berlebihan namun tak pernah Dimas bayangkan tertarik pada gadis yang ia temui di udara juga gadis yang ia jumpai dalam perjalanannya, sejauh ini hanya Nabila yang pertama... Pertama kali yang mampu membuat Dimas penasaran setengah mati, mampu mengalahkan gengsi Dimas dan membuatnya menunggu di terminal kedatangan hanya Nabila Dian Kartika
*****
'Adek dimana? Ayah kangen, pulanglah nak'
Isi pesan yang dikirimkan sang ayah pada Nabila, gadis cantik itu termenung menatap pesan itu lama tanpa berniat membalasnya
Hatinya bimbang, walau tak ada hubungan darah Nabila harus mengakui bahwa ia juga merindukan ayahnya yang telah bersusah payah membesarkan Nabila dan Tara seorang diri tanpa menikah lagi setelah ibu Nabila berpulang
Dengan cepat Nabila mengambil tasnya, tanpa membersihkan diri dan berganti baju Nabila bergegas pergi ke salah satu club terbesar di Bali setelah membuat janji dengan awak kabin crew yang lain untuk merayakan last flight Nabila
Lagi dan lagi Nabila berpapasan dengan Dimas di lobby hotel tengah sibuk dengan ponsel yang menempel di telinganya, dan bagian yang lucu adalah Dimas mengikuti langkah kaki Nabila hingga area depan hotel menunggu jemputan taksi online yang telah ia pesan
Begitu taksi online yang Nabila pesan telah tiba ia masuk kedalam mobil itu namun belum sempat mobilnya berjalan Dimas yang tengah sibuk menelepon seseorang di seberang sana turut masuk dalam mobil tentu saja Nabila melayangkan protesnya
"Lu apa apaan sih gila ya? " Mata indah itu terbelalak melihat tingkah Dimas, tak mendapat jawaban Bila mendorong pundak Dimas berharap bisa menyingkirkan laki laki aneh itu
"Siap Bapak, besok saya segera menghadap Terimakasih Komando... Ini kamu ngapain sih Nabilaaa... " Tak hanya Nabila Dimaspun protes merasakan tubuhnya di dorong cukup kuat ke arah luar oleh Nabila usai menutup panggilan teleponnya
"Eh yang ada gue yang tanya ya, lu ngapain ikut masuk segala" Nabila mulai kesal
"Saya ikut kamu aja, cari makan kan? Kebetulan pas banget saya laper sekalian aja" Ucap Dimas ngotot membenarkan duduknya
"Waahhh... Wahhh lu bener bener ya... " Perkataan Nabila terputus saat sang supir bertanya
"Kita jalan sekarang atau gimana kak? " Tanya supir taksi online itu
"Jalan aja deh bli, stress saya lama lama" Nabila cemberut menatap keluar jendela menikmati indahnya Bali di malam hari sementara Dimas menatap wajah cantik Nabila dan mengamatinya dari dekat
Dalam waktu satu hari ini saja banyak sekali ekspresi yang telah Nabila tunjukan mulai dari menangis haru, tersenyum senang, menangis sedih, marah hingga cemberut seperti ini fan semua itu tak ada satupun yang membuat Dimas merasa terganggu justru sangat menyukainya
Dimas menyerit saat mobil yang mereka tumpangi tiba di salah satu beach club tersohor di Bali, ia menatap Nabila penuh tanya meminta penjelasan
"Bli makasih ya, hati hati" Nabila turun dari mobil diikuti Dimas di belakangnya
"Tunggu Bil... Ngapain kita kesini?" Tanya Dimas mencekal tangan kanan Nabila
"Kalo gue sih party ya... Kalo lu ya terserah mau bantuin kang parkir juga boleh baiii" Baru beberapa langkah Nabil kembali berhenti saat merasakan seseorang memegang tangannya dan berjalan beriringan di sampingnya
"Lu... Waaahh... Sakit ni orang bener bener" Nabila ternganga melihat tingkah menyebalkan Dimas
"Saya ikut kamu aja deh, kan bisa jagain kamu juga" Ucap Dimas menatap mata wajah lucu Nabila
"Serah lu deh ya... Tapi awas ya di dalem ga boleh rewel ya? Ga ada orang jual kinderjoy di dalem" Bukan Dimas lagi yang menarik Nabila namun justru Nabila lah yang menarik tangan Dimas untuk mengikuti langkah panjangnya persis seperti sepasang ibu dan anak
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...