51

4K 261 11
                                    


Yang cuman baca doang ga follow, vote dan komen semoga kalian baik baik aja ya 🤗 soalnya aku doain kalian kalo ga bintitan ya cantengan 😉




Nabila benar benar fokus menyelesaikan beberapa berkas di mejanya, di beri koneksi kepada para senior dan pengacara pengacara kondang Indonesia tentu saja Nabila tak mau kalah. Jujur saja beberapa minggu lalu saat di undang menghadiri rapat bersama kuasa hukum Bapak Menteri Pertahanan Prabowo Subiyanto, Nabila merasa dirinya sangatlah kecil diantara sederet nama nama hebat mulai dari Hotman Paris, Yusril Ihza Mahendra, OC Kaligis, Otto Hasibuan dan masih banyak yang lainnya

Lagi lagi yang membuat Nabila terharu adalah beliau, Bapak Prabowo benar benar memperhatikannya hingga mengajaknya duduk satu meja bersama nama nama hebat tersebut

"Anak saya ini masih butuh banyak belajar dari Bapak Bapak sekalian, mohon bantuannya" Kalimat yang di ucapkan Bapak Prabowo membuat Nabila ingin menangis ia bertekad akan bekerja sangat keras dan cekatan agar tak mencoreng citra dan kredibilitas beliau

"Ibu, maaf ini Aden badannya panas mau di bawa ke rumah sakit sama Bu Pratiwi juga" Dengan cepat Nabila menyambar tasnya yang tergeletak di atas meja usai menerima panggilan telefon dari salah satu suster yang mengasuh putra putri kembarnya

"Arya.. Saya harus pulang sekarang, berkas berkas yang penting nanti kirim email ke saya sisanya taruh meja ya" Nabila memberi arahan sebelum meninggalkan kantornya

Sejak kemarin memang kondisi si buah hati sepertinya tidak terlalu baik, ini pertama kali suhu badan Magika tak turun sejak semalam biasanya walau usai imunisasi sekalipun demamnya tak akan bertahan lama seperti kali ini tentu saja Nabila panik

Nabila menghubungi nomor telefon sang suami berkali kali namun tak ada jawaban, mungkin sedang sibuk pikirnya sembari memacu mobil yang ia tumpangi melaju ke arah kediaman mereka

Setibanya di rumah Nabila dengan cepat mencuci tangannya dan segera mengambil alih Magika dari gendongan sang mertua

"Kita langsung ke rumah sakit aja nak, mama takut kenapa kenapa" Nabila mengangguk menatap wajah tampan sang putra yang merengek dalam gendongannya

"Rachel gapapa lisa? " Tanya Nabila pada pengasuh sang putri

"Baik baik aja Bu tadi minum susunya juga banyak" Nabila mencium pipi bulat Miracle Briel Wijaya

"Mama dari lagi nyari apa? Kita ke rumah sakit sekarang? " Tanya Nabila melihat Pratiwi yang nampak sibuk kesana kemari memegang ponselnya

"Mama ini loh telfon Dimas kok ga di angkat angkat ya" Wajah Pratiwi mulai nampak emosi

"Udah gapapa Ma mungkin masih sibuk lagi sama Bapak, kita pergi sama Danu aja Ma" Kali ini Magika Bryan Wijaya jauh lebih penting ketimbang kabar dari Dimas Akbar Wijaya

Sepanjang perjalanan Nabila terus saja memeluk putra kecilnya, meletakkan kepala kecil itu di pundaknya posisi gendong seperti ini adalah favorit Gika ia selalu lebih tenang jika di gendong dengan posisi ini

"Pindahin sakitnya ke Mama nak.. Gika jangan sakit, Gika ga boleh sakit biar Mama aja.. Pindahin semua sakitnya ke Mama" Walau nampak tenang Nabila sebagai ibu baru juga sangat kalut

"Jagoan Mama.. Kesayangan Mama.. Sebentar lagi kita sampai rumah sakit, sabar ya sayang" Telapak tangannya masih terasa panas saat ia memeriksa suhu tubuh sang putra

Sesampainya di rumah sakit Magika kecil di tangani dengan cepat oleh dokter dokter yang bertugas, Nabila menangis saat melihat tangan putranya yang masih amat kecil itu harus di tusuk oleh jarum infus yang terlihat sangat besar untuk tangan Magika

Bayi itu menangis kencang membuat Nabila yang cengeng tak kuasa menahan air matanya, Nabila bahkan terduduk di lantai saking tak teganya melihat Gika yang berhadapan dengan jarum jarum yang melukai kulit mulusnya

"Dimas ini dimana sih.. Dari tadi ga bisa di hubungi" Gerutu Pratiwi, bagaimanapun juga wanita paruh baya itu panik beliau juga tak tega melihat sang cucu harus diinfus lantaran kondisinya yang lemas di tambah Nabila sang menantu yang juga terlihat amat terguncang Pratiwi jadi bingung mana yang harus di tenangkan terlebih dahulu Magika atau Nabila

Setelah drama infus dan pengambilan sampel darah si kecil akhirnya tertidur akibat terlalu lelah menangis, Magika memeluk sang ibu erat erat seolah tak mau di tinggal sama sekali

Telefon genggam Nabila berdering menandakan sebuah panggilan masuk dari Dhani

"Siang Mbak Nabila" Sapa Dhani di seberang sana begitu sambungan telefon mereka terhubung

"Siang Mas Dhani, ada yang bisa saya bantu? " Tanya Nabila pelan berusaha tak membangunkan Magika

"Ini saya mau bikin janji temu buat besok makan siang sama Bapak, bisa ya? " Tanya Dhani lagi menyampaikan maksud dan tujuannya

"Hmmm mohon maaf Mas Dhani kayaknya ga bisa, kalau reschedule minggu depan aja gimana? " Tawar Nabila

"Coba nanti saya periksa jadwal Bapak minggu depan, tapi alasan nya kenapa ya Mbak kalau boleh tau" Tanya Dhani lagi

"Hmm bukan apa apa, ini anak saya baru masuk rumah sakit tadi hasil tesnya demam berdarah jadi mungkin beberapa hari ke depan harus di rawat di rumah sakit dulu" Jelas Nabila, melihat tangan kecil Magika tertusuk jarum infus yang di beri alas agar tak terlalu banyak di gerakkan membuat hati Nabila terasa seperti tercubit

"Oh.. Maaf maaf Mbak saya ga tau, semoga cepat sembuh ya" Ucap Dhani sungkan

"Iya Mas terimakasih" Jawab Nabila sekenanya

"Kalau begitu saya buatkan jadwal ulang ya nanti saya kabari lagi ya Mbak" Dhani hampir saja menutup telefon genggamnya andai tak mendengar kalimat lanjutan Nabila

"Iya Mas... Oh iya Mas Dhani, mau tanya suami saya apa masih sama Bapak ya? Dari siang tadi di hubungi soalnya ga bisa" Nabila mengigit ujung kukunya, permintaannya memang bukan hal besar namun menyadari sang suami tak dapat di hubungi sementara putra mereka kesakitan di rumah sakit membuat Nabila terpancing emosi

"Iya Mbak.. Tapi ga lagi sama Bapak sih, ini Bapak lagi nonton bola di rumah Pak Dimas nya dimana saya belum lihat lagi, nanti saya kabari ya" Nabila sedikit lega

"Sudah ada kabar dari Dimas nak? Apa kata temennya?" Tanya Pratiwi penasaran

"Dimas masih sama Bapak Ma" Nabila berfikir cepat.. Jika Bapak saja tengah bersantai menonton siaran bola lantas mengapa mengangkat satu panggilan darinya saja Dimas tak sempat?

"Ya tapi kan angkat telfon aja bisa.. Aduuuhh itu anak ya udah jadi Bapak masih aja kelakuannya ga berubah berubah" Nabila menatap Pratiwi nelangsa.. Sebagai istri seorang abdi negara Nabila paham bahwa nomor satu prioritas suaminya adalah bangsa dan negara namun perkataan Pratiwi juga menyadarkannya bahwa sepanjang perjalanan mereka selama ini sepertinya hanya Nabila yang berjuang sekuat tenaga sedangkan Dimas masih menikmati hari harinya tanpa berubah sedikitpun










Bersambung...











AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang