39

4.8K 257 22
                                    






Dimas tak mampu meninggalkan Nabila sama sekali tubuh istrinya itu terasa sangat panas walau sudah di tangani dokter, usai pingsan di parkiran salah satu tempat hiburan malam tadi Dimas dengan cepat membawa sang istri ke rumah sakit terdekat

Matahari sudah mulai terik namun Dimas belum memejamkan matanya sama sekali sejak semalam ia terus saja menggenggam erat tangan Nabila, kilasan pertikaian mereka semalam membuatnya ketakutan akan respon apa saja yang bisa Nabila tunjukan saat mulai siuman nanti

Dimas dengan telaten memakaikan kemejanya pada sang istri untuk menutupi pakaian terbuka Nabila walau kemejanya nampak terlalu besar untuk tubuh kecil itu, ia juga dengan hati hati membersihkan riasan dari wajah cantik sang istri hingga mata indah Nabila mulai terbuka, telapak tangan dan kaki Dimas terasa mulai dingin

Di luar dugaan Nabila bangun dan memeluk Dimas erat erat tanpa isak tangis dan tanpa sepatah katapun hanya sebuah pelukan yang Nabila butuhkan

"Sayang maaf saya.. " Nabila menggeleng ia sedang mengontrol emosinya ia tak mau pikiran dan ego menghalangi hatinya ia tak mau mendengar apapun

"Jangan ngomong apa apa" Nabila semakin mengeratkan pelukannya

"Saya harus tetap jelaskan, saya ga mau kamu salah paham.. Saya salah" Begitupun Dimas kalimat rintihan Nabila semalam adalah seluruh isi hati yang tak pernah ia dengar, ia bertekad menjaga dan membahagiakan istrinya namun entah kenapa selalu saja menyakiti istrinya

"Coba aku mau denger" Dimas merasa malu.. Ia selalu menyelesaikan masalah penuh dengan emosi jauh berbeda dengan sikap Nabila yang tetap tenang di setiap masalah

"Kemarin bukan cuma kamu.. Saya juga sakit hati perlakuan keluargamu kemarin keterlaluan saya minta Mas Awan pakai koneksinya buat skorsing Arta dari kampus" Nabila yang terkejut ingin melepaskan pelukannya namun di tahan oleh Dimas ia tau begitu Nabila mengetahui hal ini ia alan marah besar saat sesuatu terjadi pada kakak tirinya

"Saya minta maaf... Saya cuma mau dia tau posisinya dimana, dia ga akan pernah semena mena sama kamu lagi sekarang.. Sayang, maaf... kamu bukan adiknya lagi kamu istri saya, kamu bagian keluarga Wijaya kami bisa lakukan hal yang lebih dari itu andai kamu tau tapi karna kamu Kami semua sayang sama kamu dan sangat menghormati kamu kami cuma kasih teguran sedikit ke dia, saya mohon kali ini kamu ada di pihak kita" Dimas mau Nabila mengangkat tinggi kepalanya di hadapan seluruh keluarga mendiang sang ayah

Walau mereka semua turut andil membesarkan Nabila mereka juga andil dalam hancurnya Nabila dan demi apapun ia tak rela bahkan seorang ratu akan menjatuhkan mahkotanya apa bila ia menunduk bukan? Dimas ingin Nabila berdiri tegak, ia adalah gadis terhormat dan kesayangan seluruh keluarga Wijaya

"Trus Mbak Tara gimana? Sayang... Mbak Tara ga punya siapa siapa lagi kalau bukan aku, Mbak Tara selalu ada kapanpun aku butuh dia jadi tolong jangan terlalu keras sama Mbak Tara kasihani dia" Nabila mulai menangis, Dimas membuang wajahnya ke arah lain tak ingin menatap wajah sang istri yang mulai berderai air mata

"Tolong ngertiin saya juga... Saya mau istri saya bahagia hidup bersama saya, saya akan buat semua orang menghormati istri saya, saya akan kasih apapun yang kamu mau tapi saya ga bisa kabulkan permintaan kamu tentang keluarga kamu apapun itu.. Saya akan pakai cara saya sendiri" Dimas tak pernah main main tentang Nabila

"Tapi jangan Mbak Tara... Aku mohon" Cicitnya ia sakit, sedih dan luluh di saat bersamaan pria ini benar benar menjungkir balikkan kehidupan Nabila

Dimas tak ingin melanjutkan obrolan ini lagi, ia tak ingin Nabila memohon untuk hal tak penting seperti ini lagi ia menghapus air mata yang membasahi wajah cantik istrinya lalu memberi kecupan di kening indah itu

"Kamu boleh maki maki saya... Kamu boleh pukuli saya... Tapi jangan pernah kembali ke tempat itu lagi Nabila" Wajah cantik istrinya yang masih nampak sendu itu hanya mengangguk

"Ga mau minta maaf? " Dimas mencoba mengalihkan pikiran Nabila dari Tara bahkan manusia itu ada dalam pikiran istrinya saja ia tak rela

"Maaf" Cicit Nabila

"Ga denger" Suara Dimas tegas

"Maaf sayang... Jangan marah marah kamu ini gara gara siapa aku pergi kesana? Kamu udah rusak malam pengantin aku" Nabila cemberut dan menghapus air matanya kasar

"Saya sudah minta maaf tadi" Jawab Dimas tersenyum

"Ga usah sok ganteng senyam senyum, aku ga denger kamu minta maaf" Nabila menyingkirkan tangan Dimas dari pinggangnya namun pria itu justru mencium bibirnya

"Itu cara minta maaf yang bener" Bodohnya wajah Nabila merona

"Harusnya kemarin pas pakai lingerie itu foto trus kirimin ke saya, pasti saya langsung balik" Dimas mengedipkan sebelah matanya menggoda sang istri

"Aku udah nangis duluan" Nabila menundukkan wajahnya ia melihat cincin pernikahan mereka tersemat indah di jari sang suami

"Lain kali jangan pakai kata pelacur Sayang... Kamu istri saya, saya ga rela kamu pakai kata kata itu untuk diri kamu sendiri jangan di ulangi" Nabila hanya mengangguk

"Saya jadi penasaran kamu pakai kemarin, gimana kalau nanti? " Nabila tersenyum pria ini sepertinya memiliki beberapa kepribadian

"Aku sakit.. Ini tangannya diinfus" Nabila merengek menunjukan selang infus di tangannya

"Padahal saya mau berangkat, ga bisa puas dong nanti" Nabila mencubit perut Dimas gemas

"Selama kamu pergi nanti aku mau full kerja remote aja boleh ya sayang? " Tanya Nabila

"Boleh... Apapun yang kamu mau boleh" Dimas menyingkirkan anak rambut Nabila yang berantakan

"Trus soal Danu, aku ga nyaman kemana mana sama Danu boleh ga Danu di rumah aja? " Tanya Nabila lagi mencoba peruntungannya

"Danu kurang ajar sama kamu? " Tanya Dimas heran pasalnya ia mengenal Danu dan keluarga semenjak kecil saat orang tua Danu dulu bekerja pada keluarga mereka, usianya dan Danu yang hampir sepantaran membuat hubungan mereka sangat dekat sejak kecil

"Engga.. Ga nyaman aja" Nabila memainkan kancing baju Dimas

"Bisa aja sih Danu di rumah, kamu kerja di rumah kan ya udah Danu biarin di rumah aja nanti kalau Papa Mama butuh bisa minta tolong Danu juga" Jelas Dimas

"Ayo istirahat lagi.. Dokter bilang kamu kecapekan dan stress trus saya sengaja ga ngabarin Mama ga mungkin Mama kesini kamu masih bau alkohol begini" Omel Dimas pada sang istri lagi lagi Nabila hanya mengangguk

"Jangan mainin kancing Nabila! " Pekik Dimas saat tangan jahil Nabila berhasil membuka semua kancing kemejanya









Bersambung...












AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang