Nabila melamun dalam apartemen miliknya dengan seluruh lampu yang ia biarkan tetap padam, pikirannya berkelana mengingat setiap momen yang ia lalui bersama Dimas akhir akhir ini
Laki laki yang baru saja ia kenal dalam hitungan hari namun dapat mencuri hatinya lalu menghancurkannya tanpa sisa, bukan salah Dimas... Nabila saja yang terlalu menutup mata dan tak menaruh curiga
Ia bahkan percaya pada Dimas melebihi rasa percayanya pada Tara, saat pertama kali melihat kerusakan kantornya Bila sempat berfikir itu adalah ulah sang kakak tiri yang masih saja mengganggunya
Namun ia salah besar, benar kata orang apa yang paling kau cintai akan menyumbang rasa sakit yang tak pernah tertandingi itulah yang tengah di rasakan Nabila sekarang
Ia mengabaikan setiap telefon dan pesan yang Dimas kirimkan, ia tau pria itu sedang panik karna tak mendapat kabar Nabila sama sekali hari ini baik dari Nabila sendiri maupun orang suruhannya
Bel apartemen Nabila berbunyi diikuti ketukan di luar sana yang tak lama berubah menjadi gedoran gedoran keras
"Bil... Saya tau kamu di dalam buka pintunya" Lihatlah pria itu sampai di depan pintu apartemennya bahkan Bila tak pernah menyebutkan dimana alamatnya dengan jelas, entah sejauh apa laki laki itu tau tentang dirinya yang ia tau saat ini ia sangat muak dengan peran yang tengah Dimas mainkan
Nabila terus saja memencet tombol dial untuk menghubungi Tara berharap wanita itu tak terlalu bersedih di luar sana sendirian
"Mbak Tara" Nabila langsung menangis saat Tara mengangkat sambungan teleponnya
"Berisik banget sih lo" Omel Tara pada adiknya itu
"Ayo kita berantem tiap hari mbak asal jangan tinggalin gue... Kita cuman punya satu sama lain sekarang, walau lo muak liat muka gue ayo kita tetep ketemu tiap hari" Nabila menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana
Samar samar Tara mendengar gedoran dan teriakan Dimas di balik pintu
"Lo dimana? Ada apa ini Nabila! " Pekik Tara khawatir
"Ayah bilang gue harus jadi pemberani tapi gue ga bisa... Gue takut" Cicit Nabila di sela tangisnya
Sungguh ia kecewa pada Dimas ia juga sangat takut terhadap laki laki itu sekarang, entah apa yang ada di pikirannya hingga amat terobsesi pada sosok Nabila
"Gue telfon security apartemen lo" Walau tak sedarah Tara selalu berusaha menghindarkan adiknya dari mala petaka
"Saya akan tetap disini sampai kamu keluar dan dengerin penjelasan saya" Ucap Dimas kencang di depan pintu apartemen Nabila yang tertutup rapat
"Jangan keluar atau gue gebukin lo ntar" Ancam Tara di sebrang sana, Nabila tertawa sumbang bahkan ancaman Tara saat ini terdengar se indah ungkapan cinta baginya
"Mbak... Gue pikir... Gue pikir gue udah ketemu rumah, gue bahkan sempet mikir oh itu jodoh gue dan gue lagi nunggu first move dia... Mimpi gue kelewat indah sampe rasanya sakit banget pas di paksa bangun" Tak ada tanggapan dari Tara
"Gue ga bisa mikir apa apa sekarang, gue ga tau mau percaya siapa lagi selain lo" Nabila kembali diam beberapa saat sambil memandang jari jari kakinya
"Dek... Gue tau pramugari sebenernya bukan cita cita lo, terbang bukan mimpi lo selama ini... Terbang adalah cara lo lari dari semua masalah lo dan menghibur diri" Nabila diam, Tara terlalu tau apa yang ia rasakan
"Kalo kali ini lo mau balik jadi awak kabin lagi silahkan... Jaga diri baik baik, ga harus jadi pengacara buat bela banyak orang... Lagian gue yakin walau lo terbang kemana mana lo pasti masih bisa handle tuh firma, jangan main main sama firma itu dek staf staf di sana menggantungkan nafkah untuk keluarga mereka di firma ayah tapi lagi lagi gue bilang lo boleh kalau mau tetep terbang" Nabila kian merasa sesak hingga memukul mukul dadanya berharap dapat mengurangi sesak itu
"Gue ga bisa janji kita balik kayak dulu lagi... Gimanapun juga aneh rasanya kita tinggal bareng tanpa ayah lagi, gue ga bisa jagain lo kayak waktu kita kecil... Ayah bener lo harus berani tapi lo juga harus pake otak, kalo menurut lo, lo mampu lawan dia ya silahkan... Kalo mau sembunyi ya gapapa itu bukan pengecut itu cara lo buat menyelamatkan diri dan itu gapapa banget dek" Tara tak mau Bila bertahan hanya karna permintaan mendiang ayahnya, Tara sendiri yakin siapa yang akan peduli pada permintaan itu jika keselamatan Nabila adalah taruhannya
"Sakit banget mbak Tara" Nabila dan Tara tak lagi menggunakan kata kata, mereka benar benar berbicara dari hati ke hati kali ini dan mungkin ini juga pertama kali dalam hidup mereka berdua berbicara layaknya adik kakak kandung
*****
Dua hari setelah itu Nabila telah mampu kembali menguasai dirinya dan kali ini memilih untuk bersikap tegas pada Dimas, ia meminta bertemu dengan Dimas di sebuah restoran sekalian mengajaknya untuk makan siang, ya ... Makan siang kalian tak salah baca
Tak ada sepatah katapun keluar dari bibir mereka berdua, Nabila setengah mati menahan ketakutannya berhadapan dengan pria di hadapannya ini sementara Dimas terdiam juga menahan ketakutannya ia takut Nabila akan marah besar dan meninggalkannya
"Kamu ga suka? " Tanya Nabila melihat Dimas sama sekali tak menyentuh ramennya
"Nabila saya.. "
"Makan dulu" Dua kata Nabila membungkam Dimas, pria 28 tahun itu berkeringat dingin membayangkan amarah Nabila
Dimas makan dengan cepat tanpa melirik Nabila sedikitpun
"Kamu tau... Kamu adalah laki laki pertama yang bikin aku begitu terbuka Dim entah kenapa aku ngerasa selama ada kamu aku akan selalu baik walau dunia di bawah kaki aku ini runtuh sekalipun, aku buka semua kekurangan dan kelemahanku gitu aja tanpa takut apapun ke kamu seolah olah aku dateng ke kamu tanpa sepatu dan kaki penuh luka ku, aku percaya kamu lebih dari aku percaya saudari aku sendiri Dimas... Lalu aku dengar berita mengejutkan kemarin" Dimas tak mampu lagi melanjutkan makannya ketakutannya tadi sekarang terlihat amat nyata
"Aku ga mau tau lagi alasannya apa... Aku ga butuh lagi penjelasannya bagaimana... Aku ga mau denger apa apa, sebelum ini kita ga pernah kenal jadi aku berharap ke depan juga kita ga saling kenal seperti sebelumnya" Dimas menggeleng ia meraih tangan Nabila di atas meja namun dengan cepat di tepis oleh dara cantik itu
"Nabila... Saya cuma mau lindungi kamu dari orang orang yang bisa nyakitin kamu, saya harap selama ada saya ga akan ada orang yang akan berani nyentuh kamu, saya ga mau kamu terluka dan masuk rumah sakit lagi kayak waktu itu cuma itu... Saya tau saya salah tolong maafkan saya, kali ini saya ga akan minta orang buat ikutin kamu diam diam lagi" Nabila tertawa
"Sepertinya kamu udah tau betul apa yang aku maksud" Nabila menatap tajam mata yang menjadi favoritnya itu
"Ya? " Dimas terpancing permainan kalimat Nabila hingga pria itu dengan lugas mengatakan letak kesalahannya begitu saja
"Kita ga pernah ada hubungan apa apa Dim, jadi berhenti disini atau aku lapor polisi" Nabila pergi dari tempat itu ia tak ingin berlama lama menatap wajah Dimas ia tak ingin luluh hanya karna amat merindukan laki laki itu
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...