58

4.3K 281 7
                                    






Dimas terbangun dengan tubuh luar biasa segar terasa seperti ia baru saja berbuka puasa setelah bertahun tahun lamanya, ia melihat ke samping sang istri masih tertidur dengan posisi tertelungkup memperlihatkan punggung polos Nabila

"Kayaknya kita ga jadi ke Bali" Bisik Dimas di telinga Nabila membuat ibu dua anak itu mengerjap menyesuaikan cahaya matahari yang menyapa pagi mereka

"Kamu yang janjiin anak anak" Suara serak khas bangun tidur Nabila yang sudah lama Dimas rindukan

"Saya mau seharian disini aja sama kamu" Nabila mendorong wajah suaminya yang kian mendekat, ia segera bangkit dan membawa selimut bersamanya ke kamar mandi

"Lima menit lagi Rachel bakalan teriak karna bangun di kamar sana.. Jadi kamu mending susulin kesana sebelum ngamuk" Kamar si kembar dan kamar Nabila Dimas memang di pisah namun semenjak di tinggal Dimas Nabila sering membawa kedua buah hatinya untuk tidur bersama hingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan

"Saya mau disini sama kamu aja" Dimas yang tadinya sudah duduk justru kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur

"Paa.. " Nabila memperingatkan dari dalam kamar mandi sebelum teriakan lebih kencang dan melengking merusak mpmen manis mereka

"Mama.. Huaaaaa.. Mamaaa.. " Miracle Briel Wijaya si kecil yang centil dan manja pada ibunya tak pernah mau di tinggal barang sedikitpun selama matanya masih melihat sang ibu

Semalam mereka masuk kamar dan tidur ber 4 dengan posisi Gika dan Rachel di tengah di apit oleh kedua orang tua mereka di kanan dan kiri lalu tengah malam kedua anak kembar itu di pindahkan kembali ke kamar mereka agar Dimas dan Nabila bisa saling melepas rindu, jadi kehebohan seperti ini tentu sudah dapat di prediksi oleh Nabila

"Mama.. Bukaaa!! " Tangan kecilnya menggedor gedor pintu tak lama pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok sang Ayah

"Mamaaa... Huaaaa... " Rachel menangis melesak masuk ke dalam kamar mencari ibunya tanpa mengindahkan Dimas yang masih berdiri di depan pintu

"Papa belum pergi kerja? " Gika sedikit heran

"Kita hari ini mau berangkat ke Bali, kan kita mau liburan" Dimas mengangkat sang putra dalam gendongannya

"Mama mandi Dek!! " Teriak Nabila tak kalah kencang

Sementara itu Pratiwi dan Arif yang mendengar kehebohan pagi ini turut masuk ke dalam kamar Nabila Dimas

"Ngalah dikit sama anaknya gitu loh Dek" Omel Pratiwi mengangkat Rachel dalam gendongannya

"Ini udah ngalah Oma,  kalo ga ngalah ga di bukain pintu" Pratiwi menatap putra bungsunya sengit

Singkat cerita mereka semua bergegas bersiap segera berangkat menuju bandara untuk bertolak menuju pulau Dewata Bali selama 3 hari dua malam

"Oma.. Oma ga usah sedih, kita perginya cuma sebentar kok.. Besok kalau Abang sudah pulang, Oma pergi sendiri sama Abang ya berdua aja ya" Gika memeluk sang Nenek dan menepuk nepuk punggungnya seolah menenangkan Pratiwi yang pura pura menangis sedih padahal dalam hati wanita paruh baya itu turut bahagia atas berkumpulnya kembali keluarga kecil putranya

Nabila melihat pemandangan itu dengan hati terenyuh putranya memiliki hati yang hangat dan sangat manis, mudah tersentuh dan perasa seperti Nabila juga bermulut manis seperti sang Ayah

"Huhuhu... Oma sedih sekali ga di ajak.. Huhuhu" Pratiwi mencari cari cucu perempuannya namun yang di dapatkan justru di luar prediksi

"Oma nangis karna ga pernah di ajakin ke Bali ya? " Mulut centil Rachel itu pun juga persis perpaduan ceplas ceplos Nabila dan mulut tajam Dimas

"Ayo telat ini nanti" Dimas mulai lelah mendengar kedua buah hatinya berpamitan sejak 15 menit yang lalu tak kunjung usai

"Tunggu Pa.. Oma masih sedih" Gika masih memeluk Neneknya, Nabila hanya berdiri di sana mengelus sayang rambut putra kesayangannya

"Opa juga sedih di tinggal Dedek sama Abang.. Huhu.. Huhuhuhu.." Arif ikut mengerjai kedua cucunya

"Opa kenapa ikut ikutan? Ga pantes Opa nangis begitu" Mendadak wajah Arif berubah datar mendapat celetukan pedas dari mulut cucu perempuannya, kedua anak kembar itu benar benar berbeda kepribadian

Selama perjalanan di dalam mobil menuju bandara Magika hanya fokus melihat arah samping kanannya sedangkan Miracle sibuk menggelar konser tunggal

"Kiriiii... Kanannn... Kulihat saja, banyak pohon cemaraaaa haaaa.. " Suaranya lantang dan melengking membuat Dimas terus saja tersenyum dengan tingkah lucu putrinya

"Mama.. Mama.." Panggil Magika cepat pada sang Ibu

"Iya sayang? Abang mau apa? " Mobil yang mereka tumpangi berhenti di lampu merah

"Mama bawa uang? Abang mau beli koran boleh kan Ma? Buruan nanti lampunya hijau Mama" Nabila tau bukan koran yang ingin di beli putranya namun melihat seorang anak berusia 7-8 tahun membawa tumpukan koran di tangannya, dengan terburu buru Nabila mengeluarkan selembar uang pecahan seratus ribu dan memberikannya di tangan Magika

"Kakaaaakkk!!! Kakakkk!!! Sebelah Sini" Teriak Magika membuka kaca jendela mobilnya membuat sosok yang di maksud itu mendekat

"Aku mau beli 1 buat Opa baca di rumah" Tangan kecilnya menyerahkan uang itu, Dimas terus mengawasinya dari kaca kemudi melihat bagaimana hasil didikan Nabila itu terlihat sangat indah dan luar biasa

"Kembaliannya buat Kakak beli roti kata Mama.. Hati hati ya Kak kerjanya.. Ayo buruan balik ke pinggir nanti bahaya kalau di tengah tengah Kak" Mata Dimas berkaca kaca melihat interaksi Magika dengan anak penjual koran itu, ia menggenggam tangan istrinya dan menciuminya berkali kali sebagai ucapan syukur dan terimakasi telah membesarkan kedua buah hatinya dengan sangat baik

"Dedek punya ini... Ini Abang kasih Kakak aja jusnya" Nabila selalu membiasakan diri membawa camilan atau makanan ringan di mobil dengan tujuan agar putra putrinya tak bosan selama perjalanan namun tak jarang juga mereka memberikan makanan yang mereka punya untuk orang lain seperti ini

"Ini Kakak, hati hati ya Kakak" Lampu merah telah berganti hijau yang artinya mereka harus segera melanjutkan perjalanan, se tetes air mata penuh haru membasahi pipi Dimas lagi lagi rasa bersalah atas istrinya memenuhi dada

"Naaa.. Ini nanti buat oleh oleh Opa" Nabila terkikik geli, kemanapun mereka pergi oleh oleh untuk sang Kakek selalu koran walau terkadang di berikan sudah lewat dari tanggal koran yang tertera sehingga informasi yang di dapat sudah tak akurat meski begitu si kembar selalu ingat bahwa rutinitas pagi Opa mereka adalah membaca koran di halaman di temani kicau burung dan secangkir kopi

"Masa Opa oleh olehnya koran mulu Dek" Celetuk Nabila

"Iya.. Gapapa.. Opa kan ga bagus makan manis Mama, kemarin gigi Opa lepas 1" Walau cerewet Rachel juga sangat perhatian pada laki lami kesayangannya itu

"Masa sih? Kok Mama ga tau ya? " Nabila justru tak tau menau perihal hal kecil tersebut

"Iya.. Soalnya ga sengaja kena kepala Dedek pas Dedek jump jump" Dimas yang masih di selimuti keharuan mendadak tertawa mendengar penuturan tanpa dosa dari putri kecilnya








Bersambung...










AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang