Seluruh tim kuasa hukum bakal calon presiden terpilih RI 2024 di kumpulkan di kediaman Bapak Prabowo di Hambalang - Bogor
Menghadapi tahun politik tentu saja semua komponen team tengah berusaha semaksimal mungkin dalam strategi pemenangan Paslon 2 dengan ciri khas warna biru itu
Nabila duduk di antara pengacara pengacara hebat lainnya, sesekali nampak sibuk dengan ponsel di tangannya untuk mengontrol kedua buah hatinya saat memasuki jam pulang sekolah
Dimas memperhatikannya dari jauh, wajah yang selalu ia rindukan.. Jika di tanya apa hal romantis yang pernah Dimas lakukan jawabannya hanya 1 menikah, kenapa? Dulu.. Ia menikahi Nabila mendadak saat hari sudah mulai petang, lalu menikah lagi sah secara agama dan negara tak cukup di situ selama masa perpisahan mereka ini Dimas selalu mengucapkan ijab qobul untuk nama yang sama setiap 3 bulan sekali selama bertahun tahun
Wanita itu, Nabila Dian Kartika adalah wanita yang ia nikahi berkali kali dalam hidup mereka yang singkat ini hanya Nabila nama yang ia ucapkan dengan sangat yakin dalam ijab qobul satu kali tarikan nafasnya, hanya Nabila wanita yang membuatnya berjanji pada Allah untuk hidup menua berdua walau keadaannya kini susah
Sepanjang acara selain mengawasi Bapak Prabowo, Dimas juga mengawasi sang istri yang kini nampak lebih kurus dengan mata yang terlihat sedikit bengkak, apakah istrinya cukup tidur? Apa istrinya kerepotan dengan kedua buah hati mereka? Apa.. Apa Nabila baru saja menangis? Dimas khawatir
Tiba tiba Dimas melihat Nabila berlari ke arah toilet sambil menutup mulutnya dengan cepat Dimas menyusul ia menunggu sang istri tepat di depan pintu toilet, setelah beberapa saat Nabila keluar dari toilet dan cukup terkejut
"Kamu kenapa? " Sapaan Dimas setelah empat tahun mereka berpisah, Nabila tak menjawab ia lebih memilih menatap netra hitam nan tajam milik suaminya, Astagaa... Nabila merindukan pria ini
"Nabila" Dimas mendekat menyentuh telapak tangan istrinya dan lagi lagi terkejut istrinya demam dan tetap pergi bekerja? Seolah mengerti arti dari kerutan penuh tanya di kening sang suami Nabila akhirnya mengungkapkan alasan utamanya
"Aku ga bisa lewatin kesempatan buat ketemu kamu kayak gini" Ada pedang tak kasat mata menusuk dada Dimas, ia juga menahan rindunya setengah mati hingga hari ini, tak ada satupun wanita yang berhasil menarik perhatiannya selain Nabila istrinya
Dimas termangu sebelum melihat se tetes darah kembali turun melalui hidung Nabila, dara cantik itu mimisan hingga Dimas memekik panik ia mengeluarkan sapu tangan dari kantongnya dan membersihkan darah yang masih mengucur itu sementara Nabila tak bergeming bahkan untuk berkedip pun ia takut, ia takut ini hanya ilusinya saja suaminya tak nampak nyata
"Hidung kamu.. " Suara Dimas mulai serak dengan mata berkaca kaca, Nabila adalah segala yang ia punya
"Ini kamu kan? " Nabila menyentuh pipi kanan suaminya, se tetes air mata membasahi wajah tampan itu
"Kita ke rumah sakit" Putus Dimas cepat, ia khawatir setengah mati Nabila tak pernah mimisan di hadapannya seperti ini
Setelah ijin dan berpamitan pada Pak Prabowo dan rekan yang lain Dimas membawa Nabila menuju mobilnya bergegas ke rumah sakit terdekat
"Aku gapapa" Cicit Nabila
"Kamu selalu bilang begitu" Dimas tak ingin lagi percaya, Nabila duduk di dekatnya namun terasa amat jauh darinya
Dokter yang memeriksa Nabila menyatakan bahwa kondisi ibu dua anak itu baik hanya terlalu stress membuatnya mudah mimisan dan demam meski begitu Dimas masih saja khawatir
"Kan aku bilang aku gapapa" Dimas membekap hangat tubuh yang lama ia rindukan, Dimas menciumi puncak kepala Nabila penuh kerinduan
"Aku khawatir" Gumam Dimas, demi apapun ia panik melihat darah mengucur dari hidung mancung istrinya tadi
"Bohong... Kalau khawatir kamu pasti pulang, nyatanya kamu ga pernah pulang" Dimas hendak melepas pelukannya namun Nabila justru mengeratkan tangannya di pinggang Dimas
"Anak kita sudah besar... Abang bilang kado ulang tahunnya mau makan malam sama kamu, apa kamu se marah itu sama aku?" Nafas Nabila mulai memburu, mengingat keegoisannya menghancurkan hati kedua buah hati mereka
"Maaf" Nabila menyukai posisi ini, ia bisa mendengar detak jantung Dimas yang bertalu dan itu membuatnya tenang seolah ia kembali utuh tak kurang apapun hingga se tetes air mata sang suami membasahi wajahnya membuat Nabila mendongak
"Maaf karna saya pecundang.. Maaf karna saya brengsek.. Maaf karna menyeret kamu ke pernikahan ini" Nabila tersentuh prianya sangat gagah, berani, tegas dan kompetitif namun kali ini terlihat sangat rapuh di hadapannya
"Kamu adalah segalanya di dunia yang saya mau" Dimas masih terisak, memeluk Nabila adalah hal yang ia rindukan bertahun tahun lamanya
"Pembohong" Nabila turut menitihkan air mata dalam dekap hangat suaminya
"Kamu biarin aku sendirian, kamu lupain aku gitu aja" Cicit Nabila pilu
"Siapa bilang? Biar saya robek mulutnya" Melupakannya? Tak semenit pun pikiran Dimas lepas dari istri dan kedua buah hati mereka
"Cincin kamu dimana? Kenapa kamu ga ceraiin aku aja biar aku nikah lagi anak anak aku ga perlu nanya nanya Bapaknya kemana" Walau kalimatnya pedas namun Nabila justru mengeratkan pelukannya, tubuh hangat sang suami yang selalu ia rindukan
Dimas membawa tangan sang istri menuju dadanya yang masih terlapisi kemeja, Nabila merasakan dog tag sang suami dan sesuatu yang aneh? Terasa ada benda bulat seperti yang ia kenal
"Ga pernah ada cerita saya lupain istri saya yang cantiknya ga ketulungan gini" Wajah Nabila bersemu merah mendengar gombalan yang sudah lama tak ia dengar lagi
Nabila sedikit terkejut saat Dimas mengambil senjata api yang tersimpan di bagian belakang tubuhnya meletakkan senjata itu di tangan sang istri dan mengarahkannya di dagu Dimas
"Saya pernah bilang.. Menceraikan kamu sama artinya dengan mencabut nyawa saya jadi mending kamu tembak aja biar kamu bisa cepat nikah lagi" Dimas berniat bercanda dan mencairkan suasana namun Nabila justru tercengang dengan tangan yang bergetar takut kalau jarinya tanpa sengaja menarik pelatuk di sana
"Jangan pernah ngomong gitu lagi sama saya" Dimas memegang kedua sisi wajah istrinya dan memberi kecupan di hidung mancung Nabila
Ibu dua anak itu masih terkejut dengan senjata di tangannya membuat air matanya turun, Dimas mengambil lagi senjatanya seketika Nabila memeluk pinggang suaminya erat erat
"Kita pulang ya" Tiga kata yang Nabila tunggu setelah sekian lama, kalimat yang biasa saja bagi sebagian orang namun sangat berarti bagi Nabila
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...