▪︎ 10. Heni dan Miss Kun ▪︎

61 21 0
                                    

Untung bukan Miss Kin🤭

Happy reading, jan lupa voment juseyoo😃

***

"Gus, nanti abis magrib jangan lupa!"

Aku mengacungkan jempol ke arah Irwan, mengiyakan bahwa nanti kami akan nongkrong di Udayana. Bukan tanpa alasan, tetapi ada pembahasan penting mengenai tugas mata kuliah biologi dasar.

"Tak jemput kah? Biar nanti saya nginep aja di asramamu," katanya sebelum aku benar-benar memperbaiki duduk hadap depan.

"Jangan dah, nanti saya bawa motor sendiri. Lagian abis magrib biasanya gerbang belakang tutup, jadi kudu lewat gerbang depan," sahutku sedikit was-was jika Irwan kekeuh menginap di asrama.

Aku takut jika Gio tidak mengizinkan orang lain masuk ke kamar itu.

"Oh, oke deh. Gak perlu muter-muter," kata Irwan sambil mengangguk-angguk kecil.

Setelah mengatakan itu, Irwan kembali duduk ke tempatnya. Sementara aku kembali menghadap depan, mulai mengeluarkan alat tulis sebelum pak Imran datang. Tak sengaja mataku melihat ke arah Heni yang sibuk dengan bukunya.

Aku melongokkan kepala, mencoba melihat apa yang sedang dicoret-coret oleh Heni. Mulutku membulat kala sebuah gambar wajah dengan di sebelahnya ada gambar tengkoraknya. Sepertinya gadis ini tengah menyicil hafalan untuk bagian kepala.

Yap, tugas lagi tugas lagi. Memang semester 1 ini kalau tidak tugas, ya praktik. Akan tetapi, belum ada seruan dari laboran untuk praktikum. Biasanya praktikum itu terjadwal sesuai keinginan prodi.

"Apa!"

Aku mendecih saat Heni bersuara ketus. Ia segera menyembunyikan gambarnya, menuntupnya dengan buku di pangkuannya.

"Kamu jago gambar juga ya," kataku, entah kenapa lain di hati lain di mulut. Padahal aku hampir kesal dengan wajah garangnya, tetapi begitu teringat gambarannya yang detail membuat aku terkagum-kagum dengan tangan lentik gadis itu.

"Dari dulu keleus!" sahutnya yang kembali membangkitkan rasa kesalku. Agak menyesal telah memberinya pujian. Eh, ternyata dia memang meroket.

Aku melengos, tak minat menanggapi Heni lebih lanjut. Namun, justru gadis itu yang mulai bertanya-tanya.

"Kenapa?" tanyaku balik saat ia membahas tentang tugas mata kuliah Bahasa Inggris Untuk Biologi. Di mana faktanya aku dan dia satu kelompok bersama dengan Argan.

"Lha, malah nanya kenapa. Ya, kerjainlah!"

Aku menatapnya datar, malah ngegas buset. Apa iya, semua cewek memang begini? Perasaan saat melihat cewek lain, terlihat sekali lemah lembutnya, tetapi Heni ini agak lain.

Wajahnya yang cantik, tapi galak itu mengundang emosi yang membara. Terkadang aku kepikiran, siapa gerangan cowok yang tidak beruntung itu bersanding dengan gadis sadis ini?

"Heh, kamu mikir apaan? Jangan bilang, di otakmu itu isinya yang gak-gak," tegur Heni membuat lamunanku buyar.

Aku mendelik, enak saja aku disamakan dengan teman kelas yang lain. Yang jika jam kosong perkuliahan, mereka memanfaatkan waktu untuk mojok menonton film dewasa di belakang kelas. Ups, ini rahasia ya, harap jangan disebar.

"Gak lah. Meski tampang saya gini, ginjal saya masih utuh loh. Gak sampai saya gadain," jawabku asal.

"Serah!"

Aku terkekeh melihat wajahnya yang memerah menahan marah. Ia tak menanggapiku lagi, memilih kembali sibuk pada gambarannya. Sementara aku beranjak dari duduk. Berniat memantau kedatangan pak Imran yang tumben sekali tidak tepat waktu.

Penunggu Kamar Pojok Asrama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang