34. Penyelamat

616 117 12
                                    

Warn: cerita di bawah hanya fiktif belaka serta adanya tindakan dan kata-kata yang seharusnya tidak ditiru harap bijak dalam membaca.

❀❀❀

Mulut itu berdecak malas, "Kenapa disaat-saat terakhir lo baru bilang gabisa sih anjir!!"

"Ya sorry, gue kan gatau kalau misalnya nyokap ngajak pergi ke luar."

Bella merotasikan matanya, malas berargumen jika sudah begini "Yaudah deh, gue lanjut jalan sendiri aja dah tanggung juga ini di mall."

Dari seberang Lia meringis karena merasa tak enak "Sorry ya Bel, nanti besok gue traktir dah."

"Hm."

Bella mematikan telponnya, ia kemudian menghela nafas. Jika memutuskan pulang pun rasanya sayang saja mengingat dirinya sudah ada di dalam mall.

Jika bertanya soal kesal atau tidak? Tentu saja jawabannya kesal, meskipun Lia adalah sahabatnya. Tapi, membatalkan janji secara tiba-tiba itu menurut Bella tak bisa dibenarkan.

Akhirnya gadis itu memilih melangkah menuju toko souvenir, kebetulan dirinya ingin membeli sesuatu untuk Risa yang sebentar lagi akan berulang tahun.

"Lucu banget, tapi warnanya gak sesuai." Gumam gadis itu, lalu mengembalikan gantungan beruang itu pada tempatnya.

"Mohon maaf ada yang bisa saya bantu mbak?"

Bella menoleh dan tersenyum "Saya lagi nyari sesuatu buat temen, kebetulan bentar lagi dia ulang tahun."

Pegawai itu tersenyum seraya mengangguk "Kalau boleh tau temen mbaknya cowok atau cewek ya?"

"Cewek."

"Oh, saya kasih saran ini aja mba. Lucu juga ada musik nya." Ujar pegawai wanita tersebut sembari menunjuk salah satu musik box.

Bella mengambil musik box tersebut, memutarnya kemudian tersenyum saat alunan musik tersebut mengalun merdu.

"Waw bagus, aku ambil ini aja deh." Ujar Bella sembari menyerahkan musik box tersebut untuk ditotal.

Seusai ke toko souvenir, gadis pirang itu berjalan-jalan. Nampak bingung ingin ke toko apa, sampai matanya melotot terkejut ketika seseorang menggenggam tangannya tiba-tiba.

❀❀❀

"Iya Pak, terima kasih atas jamuannya." Jeffian menjabat tangan kolega ayahnya.

"Waduh, anakmu ini sangat dewasa sekali ya pak Edwin."

Edwin–ayah dari Jeffian itu tersenyum bangga sembari menepuk bahu putranya "Iya, saya juga bangga melihat Jeffian yang tumbuh semakin dewasa."

"Oh iya, saya dengar kamu itu seorang dosen di universitas Bina Negara?" Tanya sang kolega.

Jeffian mengangguk, "Iya, kebetulan saya ngajar jadi dosen fakultas hukum disana."

Pria paruh baya itu kemudian bertepuk tangan pelan "Waw, masih muda sudah cerdas, dapat gelar profesor, belum lagi seorang dosen yang mapan dan tampan. Jadi ingin saya jodohkan dengan anak saya."

Professor Galak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang