33. Dibawah pohon

664 109 7
                                    

Warn : cerita di bawah ini hanya fiktif belaka serta adanya tindakan dan kata-kata yang seharusnya tidak ditiru harap bijak dalam membaca.

❀❀❀

Dari sekian banyak orang, kenapa dokter tersebut harus bilang gadis berambut pirang? Jeffian kan jadi berharap bahwa yang mengantarnya ke rumah sakit adalah Bella.

"Ini pak obatnya."

Jeffian terkejut, kemudian langsung tersenyum tatkala suster tersebut memberikan bungkus obat-obatan.

"Terima kasih." Ujarnya seraya memberikan sejumlah uang yang sudah diberitahukan sebelumnya.

Jeffian kemudian berjalan pelan, pikirannya masih kepada 'gadis pirang yang membawanya ke rumah sakit'. Jujur saja, ia penasaran sekali.

Pagi ini Jeffian memang sudah boleh pulang, makanya pria itu sudah menebus obat.

Baru saja hendak membuka layar ponselnya, pria itu justru melihat sosok Jisya yang berdiri tak jauh dari arahnya berdiri.

Terlihat gadis itu berjalan menghampirinya, dapat Jeffian lihat bibirnya tampak pucat pasi seperti orang sakit.

"Jeff?" Lirihnya pelan, ketika sudah ada dihadapan pria itu.

Jeffian menatap Jisya dengan perasaan campur aduk, ia kasihan melihat sosok gadis periang itu menjadi sosok yang mengerikan dengan badan yang tak lagi berisi dan bibirnya pucat pasi. Tapi, disamping itu ia masih marah atas segala hal yang telah dilakukan Jisya.

Jisya menatap putus asa sosok Jeffian, tak ada lagi binar persahabatan dibola mata pria itu, yang gadis itu lihat hanya sebuah kebencian mendalam.

"Mau apa lagi? Lo belum cukup puas buat hancurin gue?" Tanya Jeffian dengan skeptis.

Jisya tersenyum kecut, "Gue mau minta maaf, pleasee maafin gue."

"Gue tau, lo pasti susah buat maafin gue. Tapi, gue juga gak bisa hidup dalam bayang-bayang penyesalan." Lanjut gadis itu frustasi, nafasnya bahkan kian memburu.

Jeffian menghela nafas, kemudian menatap Jisya yang masih menatapnya dengan tatapan sendu nan putus asa "Gue maafin, tapi sorry Sya. Gue gak mau temenan sama lo lagi."

Usai berkata begitu Jeffian hendak pergi, namun lengannya ditahan oleh gadis itu.

Jeffian menoleh, "Apa?!" Ketusnya.

Bibir gadis itu bergetar, tak disangka justru airmatanya malah lolos begitu saja "Kenapa? Kenapa kita gak bisa temenan lagi? Gue bahkan udah minta maaf sama lo."

"Kesalahan lo fatal Sya, gue tau gue juga gak lebih buruk dari lo. Tapi, seenggaknya gue gak sebejad itu buat bikin nama Bella jelek sefakultas."

Jisya menggeleng, genggamannya melemah seiring dengan Jeffian yang tetap memilih pergi meninggalkan gadis itu "Gue pamit Sya, semoga lo ketemu sama orang yang lebih baik dari gue. Thank's for your time."

Dan beginilah akhir dari kisah Jisya dan juga Jeffian, keduanya berakhir dengan tidak baik. Gadis itu akhirnya berusaha untuk mengikhlaskan Jeffian, dirinya tidak akan pernah muncul lagi dalam hidup pria itu.

Professor Galak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang