24. Ribut

696 131 23
                                    

Warn: cerita di bawah ini hanya fiktif belaka serta adanya tindakan dan kata-kata yang seharusnya tidak ditiru harap bijak dalam membaca.

❀❀❀

Semenjak kejadian itu, sepertinya Jisya memang benar-benar berniat menghancurkan hubungannya dengan Jeffian.

Buktinya gadis itu gencar sekali mendekati Jeffian, entah hanya untuk meminta bantuan, makan bersama atau hal lain yang bisa dijadikan sebuah alasan.

Dan tentunya itu mengganggu Bella. Apalagi sekarang tinggal lima hari lagi dan ia sudah tidak akan menjabat sebagai asdos karena memang masa kontraknya sudah habis.

"Shh,,"

Kaleng dingin itu menempel tepat dipipinya, menoleh karena ingin tau. Tapi, justru lelaki itu sudah tertawa kecil seraya meletakkan kaleng dingin tadi diatas meja.

"Dingin tau kak."

"Sorry, sorry, abisnya lo serius banget ngelamunnya. Emang lagi ngelamunin apa sih?" Tanya lelaki itu sambil menopang dagu.

Bella menghela napas, tak mungkin kan ia bilang pada Doy bahwa kekasihnya adalah dosen. Tapi, ia juga butuh saran agar hubungannya tetap aman.

"Kak." Panggil gadis itu pelan.

Doy hanya berdehem, sambil menaikan alisnya tanpa menjawab. Ia yakin gadis itu juga mengerti maksudnya.

Bella memainkan sedotan yang ada dalam minumannya, "Kak kalau gue bilang gue udah ada pacar, lo percaya?"

Tiba-tiba raut wajah itu berubah sendu, dapat Bella lihat Doy tak seantusias tadi saat pertama.

Mata lelaki itu menatap Bella dalam "Siapa Bel?" Tanyanya dengan suara tercekat.

"Pak Jeffian kah?" Tebak lelaki itu yang membuat senyum tipis itu terbit di bibir sang gadis, membuat Doy yakin bahwa tebakannya benar.

Doy tersenyum getir, rupanya ia sudah kalah. Tapi, kenapa baru sekarang gadis dihadapannya ini bicara? Jika saja Bella mau bicara di awal mungkin ia tak akan sesakit ini.

"Kak? Lo kenapa?" Bella bertanya tatkala ia melihat raut wajah Doy yang terlihat kecewa.

Doy memandang Bella lalu tersenyum, "Bel, gue tahu banget kalau ini kedengeran kurang ajar. Tapi, gue cuma pengen lo tau kalau gue itu sebenernya udah suka sama lo dari pertama lo masih maba."

Ah, terkejut? Tentu saja, Bella sendiri tak pernah berpikir bahwa Doy menganggapnya lebih dari seorang adik tingkat. Ia kira kebaikan Doy selama ini hanya sebagai kebaikan antar kakak terhadap adik rupanya itu semua bukan.

Bella menggigit bibirnya bingung "Kak, gue gak pernah tau. Sorry bangett!"

"Gapapa Bel, karena gue rasa itu bukan salah lo. Salah gue juga terlalu pengecut dan takut kalau seandainya gue ungkapin perasaan ke lo."

Bella sedih. Iya, karena bagaimanapun perasaan Doy sudah tersimpan lama untuknya. Tapi, ia justru tak bisa membalas perasaan lelaki itu karena sudah ada lelaki lain yang ia balas perasaannya.

"Bel, gausah sedih dan marah sama diri lo sendiri. Disini gue yang emang salah, dan gue cuma mau tanya satu hal sama lo."

Doy menatap Bella, memegang tangan gadis itu "Lo bahagia sama Jeffian?"

Professor Galak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang