05. Dimarahi

1.1K 149 4
                                    

Warn: cerita di bawah ini hanya fiktif belaka serta adanya tindakan dan kata-kata yang seharusnya tidak ditiru harap bijak dalam membaca.

❀❀❀

"Bel, minta kuteknya ya." Ujar Una padahal sudah dipakai duluan, kenapa baru meminta persetujuan?

Bella sendiri hanya mengangguk sebagai bentuk respon, jujur ia sedang pusing karena disuruh mencari materi untuk pertemuan besok. Belum lagi materinya harus benar-benar fresh atau bisa dibilang harus yang terbaru.

Tidak-tidak, masalah Bella bukan hanya itu. Melainkan, pada perintah Pak Jeffian yang menyuruhnya untuk mencari materi yang benar-benar akurat kalau bisa bukan dari google semata tapi harus dari jurnal, artikel atau e-book.

Belum lagi Pak Jeffian berpesan semua itu harus terakreditasi bagus, aduh. Makin pusing saja Bella karena harus memparafrase semua itu, karena tidak bisa ia semata-mata mengcopy isi jurnal milik orang lain.

"Hahh,,, pleasee gue pusing banget gila!!" Bella mengacak rambutnya saat ia baru selesai memparafrase setengah materi dari jurnal yang sudah didapat.

Risa sendiri meringis melihat Bella yang sepertinya kelihatan sangat tertekan "Bel, mending makan dulu. Gue udah pesen pizza nih!! Biasanya juga lo paling doyan makan."

Bella menoleh sejenak, kemudian menggeleng "Nanti aja Ris, masalahnya gue belum selesai ngerjain tugas Pak Jeffian."

Ya, kalau Bella sendiri sudah berkata seperti itu Risa tidak bisa berkata lagi.

"Lo emang belum selesai?" Tanya Lia yang baru saja selesai mewarnai kuku kakinya.

Bella menggeleng, lalu mulai kembali fokus mengerjakan karena deadline nanti malam.

Lia, Risa, dan Una merasa kasihan pada Bella hingga mereka memutuskan untuk membantu gadis pirang itu dalam memparafrase beberapa kalimat.

"Ini nama gue nanti sebut ya kalau Pak Jeffian tanya sumbernya dari mana." Ujar Una sambil terkekeh kecil.

"Yeuuu, dasar!! Gausah genit, takutnya Pak Jeffian udah beristri." Tukas Lia, meskipun sebenarnya ia menyayangkan hal tersebut.

Risa yang mendengar itu langsung memasang wajah bete, "Ishh Lia jangan mematahkan semangat kuliah gue dong!! Kalau Pak Jeffian udah nikah sedihnya tujuh hari tujuh malem nih gue."

Bella mengangkat satu alisnya, kenapa teman-temannya jadi seperti memperebutkan si dosen galak itu?Ah, bukan hanya dosen galak tapi juga menyebalkan.

"Lo pada suka sama Pak Jeffian?" Tanya Bella hati-hati.

"Ya sukalah!!!" Sahut ketiganya kompak, sampai Bella sendiri hampir jatuh kebelakang jika tangannya tidak menopang tubuh.

Lia tersenyum, "Bel, dengerin gue ya. Siapa sih yang gak suka Pak Jeffian, udah pinter dapet gelar professor padahal masih muda, kaya, plus satu yang paling penting ganteng."

"Nah!! Bener tuh, keliatan kalem, dewasa, tegas, berwibawa aduhh tipe gue banget Bella!!" Timpal Una dengan menggebu-gebu.

Bella yang mendengar itu merotasikan matanya, belum tau saja mereka kalau Pak Jeffian itu orangnya agak-agak. Yang mereka sebutkan tadi itu hanyalah gambaran luar belum gambaran dalam.

"Ishh udahlah fokus!! Ini dikit lagi beres nih." Ujar Bella sambil menunjuk laptop, dan akhirnya mereka kembali membantu Bella meski tetap ada obrolan diselingan mengerjakan tugas.

Professor Galak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang