28. Termenung

851 124 24
                                    

Warn: cerita di bawah ini hanya fiktif belaka serta adanya tindakan dan kata-kata yang seharusnya tidak ditiru harap bijak dalam membaca.

❀❀❀

Sudah tiga hari Bella tak sadarkan diri, kini memasuki hari keempat gadis itu mulai bisa membuka matanya secara perlahan.

Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit rumah sakit dan lampunya yang menyilaukan.

"Bel, astaga akhirnya lo bangun juga!!" Ucapan itu terlontar disertai dengan pelukan.

Bukannya tersenyum, justru gadis itu menatap kosong langit-langit "Kenapa gue masih hidup?"

Lia melepas pelukan itu, lalu menatap sahabatnya dengan tatapan sedih "Karena masih banyak yang sayang sama lo, makanya lo masih dikasih hidup."

Bella tersenyum tipis "Dia gak dateng?" Tanyanya lirih.

'Dia' yang dimaksud Bella tentu saja Jeffian, sepertinya gadis itu benar-benar menyukai dosen tersebut.

Lia menghela nafas "Pak Jeff, dia sebenernya kesini tiap hari. Cuma gitu, orang tua lo gak mau dia sampe jenguk lo."

"Bagus deh, gue juga gak suka dijenguk dia." Ucap Bella sarkas, ia sudah muak dengan Jeffian. Pria itu selalu menyakitinya, bahkan membuat ia hampir mati.

Lia mengusap punggung gadis pirang itu pelan "Udah, gausah dipikirin. Mending lo istirahat supaya tubuh lo bisa pulih kayak sedia kala."

Bella mengangguk, kemudian ia memilih memejamkan matanya kembali dan berusaha tidur.

❀❀❀

"Jisya pleasee berhenti ikutin gue."

"Kenapa? Bukannya lo selalu ngebolehin gue ikut kemanapun?" Tanya Jisya dengan nada kesal.

Jeffian menggeleng "Itu dulu, jauh sebelum gue tau niat lo deketin gue."

Gadis itu kemudian melipat tangannya didada dan menatap Jeffian "Terus? Ciuman kita waktu itu lo anggep apa?"

"Itu kesalahan, kesalahan terbodoh yang pernah gue lakuin sama lo."

Usai berkata, Jeffian pergi keluar dari ruangannya. Lagi-lagi meninggalkan Jisya sendiri. Sementara gadis itu, sepertinya sudah mencak-mencak tak jelas.

"Oke kalau itu mau lo Jeff, gue juga bisa berbuat yang lebih jahat." Gumam Jisya seraya mengepal tangannya.

Tujuan Jeffian saat ini adalah taman belakang kampus. Suasananya yang cukup sepi, namun nyaman itu bisa membantu merelaksasikan pikiran Jeffian.

"Maafin saya Bella." Lirih Jeffian, pria itu menatap kosong kearah depan. Tak ada hal yang membuatnya tertarik lagi, selain bertemu sang kekasih.

"Pak Jeff?" Panggil seseorang yang membuat pria itu langsung menoleh ke arah sumber suara.

Doy berjalan mendekati pria itu kemudian secara tiba-tiba langsung meninju wajah dosennya tersebut.

Bughh,,,

Jeffian sendiri tak melawan, ia tahu betul apa yang menyebabkan lelaki ini meninjunya secara tiba-tiba.

Professor Galak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang