Argha perlahan membuka matanya yang terasa berat itu. Dia mengerang membuat Zay yang memangku kepalanya langsung menunduk melihat wajah pucat Argha.
"Za... Zay?"
"Iya ini gue. udah jangan banyak gerak. Kita lagi menuju rumah sakit." Mendengar kata rumah sakit, Argha langsung bangun duduk tanpa mempedulikan kepalanya yang berdenyut sakit.
"Ak... aku mau pulang aja." Kata Argha.
"Lo harus ke rumah sakit. Udah lo diem aja."
"Ak... aku gak mau ke rumah sakit. Zay ... aku mau pulang..." rengek Argha. Zay jadi bingung sendiri. Kenapa dengan Argha? Apa dia punya trauma dengan rumah sakit? Batin Zay.
"Oke." Argha tersenyum miris karena Zay menurutinya kali ini. Dia menatap keluar jendela dengan sesekali meringis karena sakit yang ia rasa kembali terasa.
15 menit kemudian...
"Berhenti didepan, Pak." Pak Sopir mengangguk dan menghentikan mobil taxi nya tepat didepan gerbang besar berwarna putih itu.
"Za... Zay? Ini bukan..."
"Udah jangan bawel lo!" Zay membayar ongkos taxi nya lalu turun. Dia membukakan pintu Argha dan tanpa aba-aba langsung mengangkat tubuh mungil itu membuat Argha menjerit kaget.
"Zay aku bisa jalan sendiri." Kata Argha. Tapi sayangnya Zay menulikan telinganya dan langsung masuk ke rumah yang bak istana itu.
Para pembantu terheran-heran melihat tuan muda mereka membawa seorang remaja ke kamarnya. Mereka takut tuan muda mereka menculik seseorang.
"Ma! Mama!!" Zay memanggil-manggil Mamanya sebelum membuka pintu kamarnya. Esta yang memang kamarnya ada disebelah kamar Varen itu pun keluar. Dia kaget saat melihat putra bungsunya menggendong seorang remaja. Dia langsung menghampiri Zay yang sedang menurunkan Argha di kasur king size miliknya.
"Zay dia siapa??"
"Mama tolong obatin dia, ya? Dia butuh pertolongan!"
"Yaudah Mama panggil dokter Raf..."
"Jangan Tante!" cegah Argha membuat kedua orang didepannya mengerutkan keningnya bingung.
"Aku udah gak papa kok, Zay, Tante. Aku mau pulang aja." Kata Argha.
"Nurut!" tegas Zay mendorong kembali Argha yang hendak berdiri.
"Yaudah Mama aja yang ngasih pertolongan. Sana kamu keluar!"
"Kenapa Zay gak bo..."
"Cepet keluar, Zay!!" bentak Esta lalu mendorong paksa Zay. Setelah Zay kaluar, Esta mengunci pintu kamar Zay.
"Ayo, nak. Mama bantu mandi. Astaga kenapa jadi seperti ini, sih?" Esta hendak menuntun Argha ke kamar mandi. Tapi tiba-tiba saja Argha ambruk pingsan. Untungnya jatuhnya diatas kasur.
Esta panik. Dia merogoh sakunya dan langsung menelepon Dokter Rafi. Dokter pribadi keluarganya. Dia tidak peduli dengan penolakan Argha. Tapi yang terpenting sekarang adalah Argha selamat.
Tak lama kemudian, dokter Rafi pun datang dan langsung masuk kedalam kamar Zay setelah Esta membuka pintu dan kembali menguncinya.
"Ah, dokter. Tolong periksa remaja ini." Kata Esta menunjuk pada Argha yang masih pingsan. Tapi tadi Esta masih sempat mengelap tubuh Argha dan menggantikan seragam kotornya dengan baju milik Zay. Tapi dia merasa takut saat menyentuh rambut Argha. Makanya dia jadi sepanik ini.
15 menit dokter Rafi mengecek keadaan Argha. Tapi detik berikutnya dia langsung panik.
"Maaf nyonya. Tapi remaja ini harus segera dibawa ke rumah sakit. Keadaannya memburuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfie (BXB)
Teen FictionArgha Ravindra. Remaja dengan gelapnya takdir dihidupnya. Sakit dan luka menjadi makanannya sehari-hari. Hanya berbekal janji manis yang kakeknya ucapkan membuatnya harus bertahan hidup karena ia yakin yang kakeknya bilang akan terjadi nantinya. Sel...