Hari ini senin. Remaja cantik itu sudah siap dengan seragamnya. Bahkan ia sudah mengenakan topi dan hoodie hitam dino merah. Berbeda dengan remaja puber tampan yang masih asik menjelajahi mimpinya. Bahkan ia tertidur tanpa atasan.
Argha mendekati kasur itu. Sudah berapa kali ia membangunkan Zay. Tapi tak ada hasil. Ia menghela napasnya. Sekali lagi.
Ia menggoyangkan lengan itu, "Kakak. Wake up. Kakak harus sekolah."
Hening. Zay tak bergeming sedikit pun. Hingga muncul ide di otak pintar Argha. Ia mengingat ucapan Zay pagi itu. Lalu ia menunduk dan...
Cup.
Dan berhasil. Argha tersenyum kala melihat mata tajam itu terbuka perlahan.
"Wake up. Wake up."
"Hmm."
"Aku mau ke Mama. Udah di panggil tadi. Kakak mandi. Nanti terlambat."
"Iya, yang." Suara serak itu akhirnya keluar membuat Argha yakin Zay tak akan tidur kembali. Lalu ia keluar. Menghampiri Esta yang tengah menyiapkan meja makan di bantu Bibi.
"Hei, sayang. Pagi, nak."
"Pagi, Ma."
"Aduhh sayangnya Mama udah cantik aja. Pasti pacar Argha itu masih tidur ya?"
"Kakak? Udah bangun, Ma."
"Hum? Udah bangun? Tumben mau bangun pagi. Biasanya Mama bangunin jam 6 dia baru bangun jam 8 nak."
"Mama harus cup cup Kakak dulu baru bangun."
Esta terkesiap, "Cup cup?"
"Iya. Kata Kakak setiap pagi harus cup cup. Tadi Argha bangunin Kakak sebelum Argha mandi. Tapi Kakak gak bangun bangun. Terus Argha cup, langsung bangun deh." ceritanya membuat Esta tersenyum. Dia senang mendengar Argha banyak bicara seperti itu. Ia bahkan antusias menceritakan hal yang seharusnya tak ia ceritakan.
"Wah gitu ya?" Ke2nya menoleh pada Varen yang masih berantakan. Remaja itu menarik kursi dan duduk. Sepertinya baru bangun.
"Ma, tiap pagi Abang mau dibangunin Argha ya. Gha kalo bangunin gw cup cup juga ya?"
"Emang gak papa?"
"Tapi kalo Argha cup cup orang lain selain Zay, jangan dibibir ya, sayang. Di pipi aja." kata Esta. Dia tau niat busuk si sulung.
"Kakak gak cemburu, Ma?" tanya polosnya.
"Kalo ke Mama pasti ga. Tapi kalo ke Abang atau ke yang lainnya pasti marah."
"Kakak serem kalo marah, Ma. Abang nanti di cup cup Mama aja ya." wajah Varen memburam kecut.
"Haha!! Kesian! Makanya cari pacar, bang!" pria random lainnya datang. Sang kepala keluarga yang sudah rapi dengan setelan kantornya.
"Apasih?! Ikut-ikutan aja!" Kesal Varen.
"Iya tuh, Bang. Adikmu itu loh udah ada Argha. Kamu kapan bawa calon ke Mama?" Esta ikut memanasi Varen.
"Sabar, Ma. Lagi nyari juga. Lagian Abang mah lagi sibuk skripsian dulu. Ga sempet mikirin pacar."
"Padahal Abang ganteng." ke3nya menatap Argha intens. Bayi itu bicara dengan wajah cute nya membuat diabetes di pagi hari.
"Kyuhh! Di puji si cantik. Duhhh ginjal Abang ga sehat, Ma!"
"Ginjal ginjal! Jantung!"
"Eh iya, jantung. Gw sama Zay gantengan siapa, Gha?" tanya Varen seraya mengambil jeruk dan mengupasnya.
"Eum? Gantengan..."
"Gw lah anjing! Muka buluk spek pulu pulu kek lu mana bisa bersaing sama muka sempurna kek gw!" yang bersangkutan menyela ucapan Argha. Zay duduk disamping Argha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfie (BXB)
Teen FictionArgha Ravindra. Remaja dengan gelapnya takdir dihidupnya. Sakit dan luka menjadi makanannya sehari-hari. Hanya berbekal janji manis yang kakeknya ucapkan membuatnya harus bertahan hidup karena ia yakin yang kakeknya bilang akan terjadi nantinya. Sel...