Mata cantik itu begitu terpana menatap kedepannya. Mulutnya terbuka takjub. Melihat bagaimana indahnya tempat yang kini ia singgahi. Banyak dan berisiknya orang-orang tak membuatnya terganggu. Ini sangat-sangat luar biasa.
"Ayo."
Argha menatap tangannya yang digandeng Zay untuk memasuki pasar malam itu. Ini masih pukul 17.30 tapi tempatnya sudah sangat ramai.
Zay sebenarnya tak suka tempat-tempat begini. Ia lebih suka berisiknya bar. Menurutnya ini itu tempat bermain anak-anak. Tapi karena ia pastikan Argha tak pernah melihat tempat bermain seperti ini, jadi ia ajak saja. Itu juga atas saran Kenzo.
"Wahh."
Zay menatap kesampingnya. Menatap bagaimana cantik ciptaan Tuhan.
"Mau main apa?" tanyanya menghentikan langkahnya ditengah-tengah lapangan. Setidaknya mampu untuk Argha melihat semua permainan itu.
"Boleh?"
"Hm."
Hari ini saja tolong. Biarkan Argha merasakan rasa senang untuk hatinya yang remuk itu. Ia butuh.
Tangan cantik itu menunjuk sesuatu. Zay mengikuti arah tunjuknya. Sepertinya Argha penasaran dengan bianglala.
"Ayo."
Zay membawa Argha untuk membeli karcis. Setelah mendapatkannya, ia memberikan ke2nya pada si pengendali kincir besar itu.
Tak lama biang lalalnya berhenti. Penjaganya membukakan pintu masuk dan Zay menarik Argha untuk memasukinya. Setelah ke2nya duduk aman, pintu tertutup dan dikunci lalu dengan perlahan benda itu kembali berputar.
Zay diam saja. Membiarkan Argha menikmati waktu bermainnya. Argha bisa melihat seluruh lapangan saat sangkar mereka berada paling atas. Sementara yang didepannya justru hanya melihat kearahnya dengan ponsel yang tak berhenti merekamnya tanpa sepengetahuannya.
3 kali putaran lalu mereka turun. Bisa Zay lihat bagaimana bahagianya Argha karena remaja itu dari tadi tak melunturkan senyum manisnya yang sangat jarang dilihat orang. Jujur saja Argha jauh lebih manis jika tersenyum. Apalagi tertawa.
Banyak kali mereka bermain. Sampai jam menunjukkan pukul 8 malam. Tapi sepertinya Argha belum puas bermain. Tidak. Ini sudah lewat makan malam. Dari tadi Esta juga menelepon Zay bertanya apakah Argha sudah makan atau belum. Soalnya harus meminum obatnya. Ya waktu sore tadi Zay bilang pada Esta akan mengajak Argha bermain, Esta tak melupakan untuk mengingatkan Zay membawa obat Argha.
Argha baru selesai bermain pancingan balita. Ia merengut kesal karena sedari tadi magnet pancing itu tak mengambil 1 bebek pun. Hingga tangannya ditarik Zay untuk berdiri. Zay mengambil pancingan itu dan memberikan kepada pemiliknya.
"K-kemana?" tanya Argha saat Zay mengajaknya keluar lapangan.
"Makan."
"Eh ta-tapi..."
"Ga nurut?"
Argha menunduk dan mengangguk. Membiarkan Zay menariknya menuju mobil dan mereka pergi ke sebuah restoran. Dan lagi lagi baru pertama kalinya Argha menginjakkan kakinya di tempat-tempat mahal itu.
Zay memesan beberapa makanan dan jus buah karena ia tau jika ia bertanya pada Argha apa yang ia mau, pasti remaja itu tak tau apa-apa.
Mata Argha bergerilya indah. Menatap sekelilingnya yang sangat mewah dan banyak orang dari kalangan atas yang tengah makan sambil bercengkrama seru. Argha bahkan tak tau makanan-makanan (aneh) yang mereka makan.
Tak lama pesanan Zay datang. Ia membeli nasi goreng kimchi, salmon balut yuzu, dan ayam bakar. Tak lupa jus stroberi, air putih juga wine miliknya.
Argha mengernyit melihat makanan-makanan didepannya. Apa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfie (BXB)
Novela JuvenilArgha Ravindra. Remaja dengan gelapnya takdir dihidupnya. Sakit dan luka menjadi makanannya sehari-hari. Hanya berbekal janji manis yang kakeknya ucapkan membuatnya harus bertahan hidup karena ia yakin yang kakeknya bilang akan terjadi nantinya. Sel...