8. Ibu or Mama

934 49 0
                                    

Kaki itu menaiki tangga dengan diikuti bibi yang membawa nampan berisi bubur dan susu. Saat sampai didepan pintu putih paling ujung, ia langsung membukanya tanpa permisi.

"Selamat pa...gi, sayang. Loh?" Esta menghampiri kasur putranya. Melihat 2 makhluk yang masih ada diatasnya.

"Pagi, Tante. Eum maafin Argha, Tante. Zay gak mau lepas." Argha menatap Esta meminta bantuan agar bisa melepaskan remaja bongsor yang memeluknya begitu erat.

"Huh anak ini bener-bener ya. Zay bangun! Kasihan Argha susah napas, Zay! ZAY ARKHANTARA!!"

"Aduh duh duh... Apa, Ma?!" Zay terbangun kala telinganya tertarik kuat.

"Apa Ma apa Ma! Lepasin Argha!"

"Ck iya iya. Kenapa sih pagi-pagi juga?"

"Mending kamu mandi sana Zay. Itu ada Kenzo sama Mahen dibawah nungguin. Katanya ada perlu."

Dengan enggan Zay menggumam kemudian turun dari kasurnya tanpa minat menuju kamar mandi. Paginya yang nyaman terusik dengan cepat.

"Taro aja Bi nggak papa." Ujar Esta. Bibi mengangguk dan meletakkan nampan itu diatas meja nakas kemudian keluar. Esta duduk dipinggiran kasur. Mengusap pipi tirus itu sejenak.

"Maafin Zay ya."

"Gak papa kok, Tante."

"Jangan panggil Tante ah. Mama aja biar enak ya."

"B-baik, Mama." Agak sedikit getaran aneh pada hati dan jantungnya saat ia mengucapkan panggilan yang menurutnya sakral itu. Matanya berkaca-kaca tapi bibirnya menyunggingkan tipis senyum manisnya.

"Makasih, Mama."

"Are you oke? Kenapa, sayang? Ada yang sakit?" Argha menggeleng lalu menunduk. Dua tetes air matanya jatuh begitu saja. Esta yang panik langsung membawa remaja itu ke pelukannya yang hangat. Argha rasa akan melayang saking bahagianya.

"Stt kenapa, nak? Bilang sama Mama."

Argha diam. Hingga Zay keluar dari kamar mandi. Remaja itu menatap ke2nya dengan kening mengerut.

"Turun sana, Zay. Mama udah buatin sarapan. Ajak Kenzo sama Mahen makan juga ya." Zay menatap Argha intens. Seolah bertanya 'dia kenapa?'

"Argha gak papa. Mama mau suapin Argha. Kamu makan dulu." Zay menggumam kemudian mengambil ponselnya dan keluar. Setelah dirasa aman, Esta kembali fokus pada Argha.

"Sayang kenapa? Ada yang sakit? Bilang sama Mama, nak."

Argha memundurkan badannya. Menggusap matanya agar menghentikan air matanya.

"Argha gak papa, Ma. Cuma lagi rindu Ibu aja."

Esta tersenyum maklum. Ia belum tau seluk beluk keluarga Argha. Tapi ia juga tak mau menyinggungnya. Pasti akan membuat sakit remaja ini.

"Dimanapun Ibu Argha berada. Semoga beliau dalam keadaan baik-baik aja."

"Iya, Ma. Semoga aja."

"Yaudah makan dulu yuk. Kamu harus minum obat biar cepet sembuh. Habis makan ada dokter Rafi yang mau tukar kantong infusan."

"Nanti siang Argha mau pulang ya, Ma."

"Loh kenapa, sayang? Kamu belum pulih."

"Argha harus kerja, Ma."

"No. Nggak, sayang. Mama ga ngizinin kamu pulang. Pulih dulu baru boleh."

"Tapi, Ma..."

"Stt... Dengerin Mama ya. Kan nanti kalau tiba-tiba Zay tau kondisi kamu, gimana?"

Posesif Boyfie (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang