38. Double Weding

746 42 1
                                    

3 hari ini Tommy dirawat Argha. Pria itu demam tinggi dan kerap kali mengigau. Ia terlalu risau dengan keadaan kantornya. Argha selalu tak mengizinkannya pergi atau mengecek pekerjaannya dari rumah. Pemuda itu ingin ia sembuh terlebih dahulu.

Dan siang itu demamnya mereda. Kepalanya juga sudah mendingan. Wajahnya sudah kembali berseri. Tak seperti sebelumnya yang begitu pucat dan lesu. Argha merawatnya dengan sangat baik.

Kini Tommy tengah menonton tv dengan cemilan yang ia pangku. 

"Dek!"

Argha yang tengah berjalan menuju dapur itu berhenti dan menjawab panggilan Tommy, "Apa?"

"Mau kemana?" tanyanya saat melihat Argha mengalungkan handuk dilehernya. Sepertinya mau mandi. Jika mandi siang berarti Argha ada kegiatan.

"Kerja. Ada 17 pasien nungguin Argha."

"Gila banyak bet! Terus kenapa kamu keluar bawa handuk gitu?"

"Mau ngambil sabun. Di kamar mandi habis."

"Ouh."

Argha segera melanjutkan niatnya. Didapur itu ada ruangan kecil yang berisi stok barang-barang kecil rumah mereka. Seperti peralatan mandi, minyak sayur, peralatan kebersihan rumah dan lain sebagainya. Argha mengambil sabun dan sampo lalu kembali ke kamarnya untuk mandi.

Tak lama Tommy mendengar bel rumahnya berbunyi. Ia berjalan malas menuju pintu dan membukanya. Mengernyit melihat Zay berdiri tampan didepannya.

"Bos macam apa siang gini masih koloran?" kata pertama Zay saat melihat penampilan Tommy yang memang hanya memakai kaos kutang putih dan celana kolor hijau.

"Gw masih cuti lah."

Zay berdecak kemudian masuk begitu saja membuat Tommy merotasikan bola matanya malas dan menyusul Zay ke ruang tamu setelah menutup pintunya kembali.

Zay meletakkan beberapa berkas yang ia bawa diatas meja membuat Tommy bingung, "Ga ada ya lo cuti-cuti lagi. Siang ini mending lo ke kantor buat handle karyawan. Tugas gw udah kelar."

Dengan cepat Tommy mengambil berkas-berkas itu dan membacanya dengan sangat teliti.

Apa?!

Tidak mungkin!

Proyek barunya melesat jauh. Bahkan tengah dalam pembangunan?! Ini gila!

"G-gimana bisa?" tanyanya.

"Gw gak tidur 2 harian buat proyek lo, jing! Yakali ga ada hasil." ujarnya bangga. Ia sudah bekerja keras bersama 2 temannya di 2 perusahaan selama Tommy cuti sakit.

"Gila. Thanks banget."

"Gw butuh bayaran, sih."

Tommy akhirnya bungah dengan hasil kerja Zay. Masalahnya kelar sudah. Ia hanya perlu memantau pembangunan proyek dan karyawannya. Semuanya sudah diurus oleh Zay.

"Bayaran? Apa?"

"Lo percaya kan gw sayang banget sama Argha? Lo percaya kan gw bakal jagain dia sampe kapanpun itu?" tanya Zay tiba-tiba membuat Tommy menatapnya aneh. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba ia menanyai soal Argha?

"Kenapa?"

"Gw mau nikahin Argha."

"H-Hah?!"

"Gw butuh effort tinggi buat perusahaan lo. Dan gw mau bayarannya itu restu lo buat gw sama Argha."

"Kenapa tiba-tiba?"

"Dah lama gw mau lamar Argha. Cuma gw masih inget kalo Argha gak mau ngelangkahin lo duluan. Karena minggu depan lo mau nikah, jadi gw juga mau nikahin Argha."

Posesif Boyfie (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang