35. Mine

797 31 0
                                    

"Kak... Kakak!"

Zay abai. Ia turun dari motornya dan dengan tak epiknya membuka pintu itu karena ia yakin tak dikunci. Dan benar saja. Tapi ia berpapasan dengan Tommy yang menatapnya bingung. Pria itu nampak rapi dengan setelan jas nya. Sudah siang apa ia baru akan pergi bekerja?

"Loh Kak Tommy mau kemana?" tanya Argha sebelum Tommy menyelah Zay.

"Kerja, Dek."

"Katanya libur tadi."

"Ada meeting dadakan. Maleman mungkin ya Kakak pulang. Adek nanti makan malem sendiri dulu ya." ujarnya seraya mengusap kepala Argha.

"Yaudah Kakak nanti jangan lupa makan juga ya."

"Iya. Dan lo kenapa? Jelek banget mukanya?" Tommy menatap Zay yang nampak tak baik-baik saja. Dari wajahnya masih tampan, hanya saja ekspresinya yang seperti tengah emosi dengan alis yang menukik tajam.

"Gak."

"Dih. Yaudah lah ga penting. Adek baik-baik ya dirumah. Dan lo jangan macem-macem in adek gw."

"Hm."

Setelahnya Tommy pun pergi karena ia dikejar waktu juga. Setelah memastikan Tommy berangkat, Argha mengejar Zay yang kini duduk diam di sofa ruang tamu. Ia duduk disampingnya.

"Kakak aku beneran ga ngapa-ngapain. Tadi cuma baca buku sambil nunggu Kakak selesai kelas. Terus tiba-tiba Kak Ino dateng duduk disamping aku." jelasnya.

"Kenapa harus senyum gitu?" tanya Zay datar.

"Ya masa aku cemberut pas disapa gitu, Kak?!"

"Kamu bisa langsung pergi, kan?"

"Astaga iya aku minta maaf. Gak lagi-lagi. Nanti kalo ada Kak Ino aku pergi. Udah ya. Kakak udahan marahnya."

Tiba-tiba Zay menarik badan Argha membuat pemuda itu terkejut saat ia jatuh ke sofa dan ditindih begitu saja.

"Kakak gak suka kamu deket sama Ino Ino itu. Dia suka sama kamu. Kamu cuma punya Kakak. Ngerti, kan?!"

"N-ngerti..."

"Kalo sampe besok Kakak liat kamu sama dia, Kakak pukul dia!"

"I-iya. Jangan."

"Kenapa? Kamu suka sama dia? Hm? Pahlawanmu itu, hm?" Argha menggeleng cepat. Ia salah kata. Seharusnya kata iya sudah cukup untuk meredakan emosi Zay.

"Listen to this, baby. A hero will harm you to protect the world. But I do not. I will burn this earth for you. Ngerti, kan?"

Wajah Argha sudah memerah. Bibirnya mengerucut lucu. Air matanya mulai merembes membasaki pelipisnya.

"Gak usah nangis."

"Hiks... Ta-takut..."

"Kamu cuma perlu ada disamping Kakak dan ngertiin apa yang Kakak gak suka maka kamu aman, Argha. Kakak bisa kelepasan kalo marah." ujarnya seraya tangan besarnya mengelus halus pipi Argha yang gemetar dibawahnya.

"Open your mouth. My lips are dry."

Argha menurut saja. Zay segera merunduk dan mulai menjamah bibir manis itu.

Sudah terhitung hampir 6 bulan setelah Argha kembali. Menurut Esta dan keluarganya, Zay jauh lebih baik dari sebelumnya. Pemuda 24 tahun itu selalu semangat bekerja dan kuliahnya. Sering mengajak Argha ke rumah utama untuk menginap dan bermain bersama Mia.

Argha memang pembawa pengaruh baik terbesar untuk Zay. Hadirnya mampu membuat Zay menjadi hidup kembali. Yang sebelumnya nampak seperti raga hidup tapi tanpa nyawa. Bahkan Zay sering tertawa jika bersamanya.

Posesif Boyfie (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang