Pukul 2 siang, Zay sampai di rumah sakit. Ia sudah hafal ruangan dokter Rafi. Jadi tanpa bertanya, ia langsung pergi kesana. Mendapati Kenzo yang menunggunya didepan pintu.
"Akhirnya dateng juga lu. Argha dari tadi maksa balik. Didalem lagi dibujuk dokter Rafi lagi."
"Oke. Lo balik ke sekolah?"
"Iya lah. Tas gw masih disana."
"Bawain tas Argha. Nanti gw ambil nanti malem di markas."
"Oke."
Setelah Kenzo pergi, baru Zay masuk. Melihat bagaimana Argha berusaha turun tapi ditahan sama dokter Rafi.
"Zay. Sepertinya Argha udah ga betah di rumah sakit."
"Iya. Zay bawa pulang aja, Om."
"Baiklah. Hati-hati ya. Lukanya masih punya efek samping."
"Tapi ga ada yang lain kan, Om? Cuma bocor?"
"Iya. Hanya itu."
"Yaudah, Om."
"Salam buat nyonya Esta dan Tuan Surya, Zay."
"Siap, Om."
Zay meraih tangan Argha kemudian membantunya turun. Dan membawanya keluar setelah mengucapkan terimakasih pada dokter Rafi.
Setelah sampai di dalam mobil, Zay mencopot jaket yang melekat ditubuhnya karena gerah.
"K-kak...?"
"Hm." sahutnya seraya menyalakan mobilnya dan keluar dari parkiran.
"K-kakak luka? Kakak berdarah."
Zay menunduk sekilas. Ck ia melupakan sesuatu.
"Nggak."
"Ta-tapi itu darah."
Jelas sangat terlihat karena memang Zay menggunakan kaos berwarna putih bermotif. Dibagian depannya dipenuhi darah yang sepertinya terciprat.
"Bukan darah gw."
"H-ha-hah? D-da-darah sia-siapa?"
"Yang tadi buat lu luka."
Deg.
'Kak Zay membunuh Kak Nita?'
"K-ke-kenapa?"
"Makek nanya. Ya karena dia buat lu luka. Gw bakal habisin siapapun yang bikin pacar gw luka."
Kejam. Sungguh.
"J-jangan..."
"Why?"
"Ka-kakak jangan bu-bunuh orang lagi. J-jangan lagi."
"Kenapa? Lagian mereka yang salah kok." Santai sekali mulut itu bicara.
"A-aku takut."
Siapa yang tak takut memiliki kekasih psikopat seperti Zay. Jika bisa memilih pun Argha lebih baik tak mengenal Zay.
"Lu aman. Ga usah ngerasa takut selama lu sama gw."
Justru itu. Justru itu yang membuat Argha takut adalah ketika bersamanya. Apa dia tak menyadarinya?
Hening lama hingga akhirnya Argha tersadar.
"K-kakak berhenti!"
Zay menepikan mobilnya. Menatap Argha yang berusaha membuka pintu.
"Mau kemana?"
"I-itu itu temen-temen kerja aku. Aku mau pamit ngundurin diri."
Zay menatap arah tunjuk Argha dimana banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang tengah sibuk menyapu jalanan yang penuh daun-daun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfie (BXB)
Teen FictionArgha Ravindra. Remaja dengan gelapnya takdir dihidupnya. Sakit dan luka menjadi makanannya sehari-hari. Hanya berbekal janji manis yang kakeknya ucapkan membuatnya harus bertahan hidup karena ia yakin yang kakeknya bilang akan terjadi nantinya. Sel...