Hembusan angin sore membuat rambut tebal itu bergoyang pelan. Lagi-lagi ia menghembuskan napas beratnya. Menunduk menatap kakinya yang diam.
"Tuan muda. Ayo masuk udah mau malem." bibi menghampirinya. Mengelus pundaknya dan kembali membujuknya. Ia sudah pulang sekolah sebelum jam makan siang. Dan sejak jam itu, ia hanya duduk di teras rumahnya. Bahkan ia menolak berganti pakaian atau mandi. Bibi sudah menelepon Argha dan Zay puluhan kali jika si kecil menginginkan mereka pulang. Tapi mereka sama sekali tak menanggapi panggilannya. Pesan pun hanya sampai, tak dibaca.
"Bintang mau nunggu Mommy sama Daddy, Bibi."
Bibi tersenyum maklum. Sedari kecil, Bintang selalu terbiasa dengan hadirnya Argha. Meski Zay selalu sibuk dengan pekerjaannya, tapi ada Argha yang selalu menjaganya di rumah dan mengajaknya bermain.
Sejak 3 minggu kemarin. Saat ulang tahunnya yang ke 6, Argha mulai kembali bekerja di rumah sakit. Zay selalu marah tak mengizinkan, tapi Argha tetap kukuh dengan niatnya. Bahkan mereka seperti lupa ada anak kecil diantara perdebatan mereka.
Lalu ke2nya selalu sibuk. Mereka akan pergi pagi buta membuat Bintang harus berangkat ke tk nya diantar Bibi atau paman supir. Dan mereka akan pulang jika ia sudah terlelap karena lelah menunggu.
Jika sabtu minggu, ke2nya akan sibuk dengan laptop masing-masing. Esta dan Surya selalu berkunjung jika akhir pekan. Mengajaknya jalan-jalan atau menginap. Waktu Bintang dengan ke2 orang tuanya terkuras habis dengan kesibukan masing-masing.
"Nanti Mommy sama Daddy bakal pulang bawain Tuan Muda mainan baru. Mommy berpesan agar Tuan muda bisa jadi anak yang baik."
"Bintang gak nakal, Bibi. Bintang cuma mau tidur dan denger Mommy nyanyi lagi sebelum Bintang nyenyak. Mommy sama Daddy sibuk terus ya, Bibi?" ujarnya sedih.
"Masuk dulu, yuk. Tuan muda harus ganti baju dan makan malam. Nanti Bibi usahain buat minta kabar Mommy sama Daddy."
Bintang diam sejenak. Tapi kemudian mengangguk. Bibi tersenyum hangat. Meraih tangan mungil itu dan mengajaknya untuk masuk kedalam.
Pukul 9 malam, sebuah mobil akhirnya pulang. Keluarlah 2 manusia berjas hitam dan putih yang menghela napas lelah mereka.
"Selamat datang, Den." sambut Bibi yang memang menunggu kedatangan sang tuan rumah.
"Makasih, Bi. Bintang tidur?"
"Sudah, Den. Tadi sempat menangis setelah makan malam. Mungkin karena lelah, Tuan muda ketiduran, Den. Maaf Den tapi Tuan Muda memaksa tidur di kamar aden. " ceritanya singkat. Ingin sekali ia memberi pengertian untuk orang tua si kecil itu bahwa putra mereka membutuhkan sedikit waktu mereka. Tapi ia rasa tak ada hak untuk bicara. Tugasnya hanya menjaga rumah dan si kecil.
"Makasih, Bi."
"Sama-sama, Den."
"Argha keatas dulu ya, Bi. Bibi istirahatlah."
"Baik, Den."
Argha menyusul Zay yang sudah naik terlebih dahulu. Saat membuka pintu, ia melihat Zay yang tengah mengganti bajunya. Selain itu, ia melihat putra kecilnya yang terlelap di kasur mereka dengan boneka dino merah yang ia peluk.
Bintang mempunyai kamar sendiri. Mungkin karena ingin menunggu kepulangan mereka, jadinya ia tidur di kamar mereka.
"Dad? Gak istirahat?" Tanyanya seraya mengambil piyama di lemarinya. Menatap sang suami yang duduk dikursi kerjanya dengan tab ditangannya.
"Selesein kerja dulu."
Argha menggumam. Dengan cepat mengganti pakaiannya. Tak lupa mencuci wajah tangan dan kakinya juga gosok gigi. Lalu ia menghampiri kasurnya. Menatap mata bulat yang tertutup dan sembab itu. Wajahnya sangat merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfie (BXB)
Teen FictionArgha Ravindra. Remaja dengan gelapnya takdir dihidupnya. Sakit dan luka menjadi makanannya sehari-hari. Hanya berbekal janji manis yang kakeknya ucapkan membuatnya harus bertahan hidup karena ia yakin yang kakeknya bilang akan terjadi nantinya. Sel...