34. Real Relationship

680 35 0
                                    

Motor itu berhenti di tempat asing dan begitu sepi. Sisi kanan kiri mereka hanya terdapat rerumputan dan pepohonan besar.

"Ini dimana?" tanya Argha. Enggan turun karena ia takut Zay akan meninggalkannya di tempat itu.

"Turun dulu." Argha menggeleng. Ia tak mengenali tempat itu. Wajar saja ia takut. Zay memberikan tangannya pada Argha. Menyuruh pemuda itu menggenggamnya agar percaya ia akan ikut bersamanya.

Hingga Argha menurut. Menggenggam erat tangan kiri Zay yang tengah menuruni motornya tak lupa mencabut kuncinya.

"Kita mau apa disini? Kok kayak hutan gitu?" tanya Argha menatap sekelilingnya. Ini sudah hampir gelap sepenuhnya.

"Tutup mata dulu."

"Hah?"

"Ada kejutan nanti. Makanya tutup mata dulu."

Argha menggeleng keras. Ia malah berpikir buruk pada Zay yang seperti ingin membohonginya.

"Astaga Kakak janji gak bakal ninggalin kamu disini. Kakak mau ngasih kejutan. Sumpah. Kakak bakal dipenggal Tommy kalo Kakak buat kamu ngilang disini." ujarnya meyakinkan. Argha menatap mata itu. Meyakinkan hatinya terlebih dahulu hingga ia akhirnya mengangguk dan memejamkan matanya.

Zay merogoh saku celananya. Mengambil seutas kain merah. Dengan cepat ia menutup mata Argha dengan kain itu.

"Kakak!"

"Kakak disini, Argha. Tenang, ya. Ayo." Zay menuntun tangan itu memasuki sesemakan semakin dalam. Hati Argha sudah was-was. Ke2 tangannya yang berkeringat menggenggam tangan Zay dengan begitu eratnya.

Berkali-kali Argha memanggilinya. Memastikan bahwa yang tengah menuntunnya adalah dirinya. Dan berkali-kali pula ia menenangkannya.

Hingga kiranya 8 menit mereka berjalan lalu Zay berhenti membuat Argha ikut berhenti.

"Nah udah sampe." ujarnya kini berdiri dibelakang Argha.

"Dimana?"

"Siap?" tanyanya dan Argha mengangguk cepat. Ia sungguh penasaran.

"1... 2... 3!"

Zay membuka kain itu. Argha dengan perlahan membuka matanya hingga bola mata cantiknya membelalak tak percaya.

Apa ini?

Apa ini surga?

Indah sekali.

Didepannya ada sebuah dekorasi out door yang begitu memanjakan mata. Dengan 2 kursi dan satu meja bundar ditengahnya terdapat lilin bertingkat. Puluhan bunga dalam pot diselingi banyak lilin sebagai penerangan mengelilingi meja dan kursi itu. Apalagi saat Argha melihat rumah villa yang lumayan besar tak jauh dari mereka. Dan 1 hal lagi yang membuat Argha begitu terpana.

Backgroundnya laut luas dan begitu bersih. Apa ini sebuah pulau? Pantas saja perjalanan mereka memakan waktu hampir 1 jam lebih. Tapi ini dimana? Kenapa begitu indah?

Zay terkekeh melihat wajah menggemaskan itu. Tangannya meraih tangan Argha. Mengajak si manis untuk duduk ditempat yang sudah disediakan.

Argha masih clingak-clinguk sekelilingnya. Masih terpesona. Sementara pemuda tampan didepannya hanya memfokuskan pandangannya pada dirinya yang begitu lucu dengan ekspresi cengonya.

"Kakak..."

"Hm?"

"Ini dimana?"

"Pulau. Ini milik Papa pribadi." ujarnya.

"Hah? S-serius?"

"Huum. Kenapa?"

"Cantik. Kakak buat ini?"

Posesif Boyfie (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang