31. Last Option

630 41 1
                                    

"A...Argha!!!"

Haikal dan Putra langsung berlari dan menubruk orang yang sedari tadi mereka cari. Bahkan hingga mereka terlentang ditanah. Tentu saja aksi mereka menjadi tontonan publik dimana disana memang ramai.

"Hiks..."

Kalian tak salah dengar. Ke2nya memang menangis. Tak peduli image dan tak peduli sekitarnya. Saking rindunya dengan sosok yang kini ada dalam dekapan ke2nya.

"Hei... What's wrong with you?"

???!

Apa Argha tak mengerti betapa remuknya perasaan 2 orang temannya itu disaat berita kematiannya sudah berlalu 7 tahun silam? Bahkan mereka melihat bagaimana pemakaman dirinya dilakukan hingga sakit karena terlalu mendalami kepergiannya?

Dan sekarang sosok itu justru ada disini. Bahkan dipeluknya? Apa kalian akan menyangka jika orang yang kalian percaya sudah tiada kini ada didepan mata kalian dengan raga utuh?

Tangan halus itu mengusap rambut ke2nya. Mengajak mereka berdiri. Karena sungguh ditindih 2 orang gembul itu berat. Apalagi tubuhnya yang memang kecil.

Argha membawa ke2nya untuk duduk sebentar. Seharusnya ia ada kelas jam ini, tapi sepertinya ia akan absen untuk sekarang.

Lama terdiam. Bahkan Argha diam saat ia ditatap intens 2 makhluk lucu didepannya. Ia tak menyangka wajah Haikal dan Putra bisa sedikit berbeda dari terakhir dia lihat. Haikal itu dulu mempunyai rahang yang tegas dan suara yang tinggi. Dilihat dari kelakuannya malah ia mengira Haikal itu tipikal orang yang tak bisa menangis. Tapi apa ini? Haikal kini mempunyai pipi yang gembil dan bibir halus. Kulitnya begitu cerah dan rambutnya yang semakin tebal. Eskpresinya lain dari biasanya. Apalagi dalam keadaan menangis seperti itu. Menggemaskan.

Putra juga sama. Justru kini Argha melihat sisi Putra yang lain. Dulu jika ia disamping pemuda itu, ia bisa merasakan sisi dominan yang luar biasa. Tapi kini wajahnya begitu manis dengan gigi gingsul dan wajah mulus.

Argha kaget saat tangannya ditarik 2"nya dan diletakkan dimasing-masing pipi mereka.

"Tampar, Gha. Tampar biar kita percaya lo bukan mimpi."

Plak!

Plak!

"Aduhh bangsat!!"

"Sakit tolol!"

"Hahaha... Kan kalian minta ditampar. Aku turutin itu." Putra dan Haikal saling tatap. Jadi itu nyata kan?

"Jadi lo masih hidup, Gha?"

"Lo bukan mimpi kan?"

"Lo nyata kan?"

"Ini lo kan?"

"Argha Ravindra kan?"

"Astaga iya! Ini aku!" Argha menangkup tangan mereka. Berharap mereka tenang sedikit.

"Jadi waktu itu..."

"Maaf ya. Aku jahat banget sama rencananya. Sampe kalian sakit gara-gara nangis terus sama kebanyakan pikiran. Tapi itu plan terakhir yang aku punya. Aku ga punya pilihan lain. Maaf udah buat kalian khawatir. Maaf..."

"Nggak! Bukan itu yang mau kita denger. Tapi gimana bisa? Jadi yang dikubur itu bukan lo? Lo kemana?!"

"Aku dibawa Kak Tommy ke Amerika. Kalian emang ga salah liat mayat yang ditutup kain putih sebelum dikubur. Itu memang aku. Tapi aku hanya pura-pura tak bernafas. Meski sangat sesak sekali. Kak Tommy rencanain semuanya. Yang dimasukkan ke tanah itu hanya manekin. Maka dari itu kalian ga liat Kak Tommy saat di pemakaman. Karena kita sudah dalam penerbangan ke Amerika. Aku disana. Berusaha menyembuhkan sakitku. Kak Tommy ngejagain aku."

Ke2nya mendengarkan dengan seksama. Dada mereka nampak tak sehat. Wajah mereka bahkan sangat merah karena emosi yang bercampur aduk.

Tapi mereka bahagia. Tentu saja. Sosok yang selalu ingin mereka lindungi kini masih hidup bahkan dengan keadaan yang jauh lebih baik dari dulu.

"Sebenarnya aku sembuh sudah lama. Karena pengobatan di Amerika begitu memadai dan Kak Tommy bersedia membayar berapapun asal pengobatanku cepat. Hanya butuh waktu 3 tahun aku berhasil sembuh total. Kanker ku sudah mati. Seperti yang kalian lihat, aku sudah sembuh. Aku ingin kembali, tapi Kak Tommy belum membolehkanku pulang. Aku melanjutkan sekolahku di Amerika dan kuliah dengan jalur beasiswa. 2 minggu lalu aku sarjana dan sebagai hadiahnya, Kak Tommy membawaku kesini. Dan aku mendaftar kuliah lanjutanku disini. Aku selalu berkomunikasi dengan Mama Papa Kak Zay selama ini untuk mendengar kabar kalian. Rencananya besok aku ingin menemui kalian, tapi syukurnya kalian disini."

Cerita Argha panjang lebar. Ke2nya kini bisa bernafas lega untuk semua rasa rindu yang mereka rasakan.

"Kita kangen sama lo."

"Sama. Aku juga kangen banget sama kalian. Maaf ya."

"Its oke. Yang penting lo udah ada disini kita udah bersyukur banget, Gha."

"Makasih ya. Kalian sahabat aku yang paling baik. Tapi aku masih pengen peluk."

Ke2nya merentangkan tangan bersamaan. Argha dengan senang hati masuk kedalamnya. Akhirnya rasa mereka tercampur sudah. Bahagia, terharu dan masih sedikit rasa kecewa karena tau mereka selama ini dibohongi. Tapi mereka juga tau itu untuk kebaikan Argha sendiri.

"Ciee yang udah nikah. Huh sayang banget aku ga dateng ke pernikahan kalian. Sore nanti kumpul yuk. Aku pengen ketemu sama anak-anak kalian."

"Nanti kita ke rumah lo aja. Ada Kak Tommy kan?"

"Ada."

"Bagus. Gw ada dendam sama dia."

"Hahaha... kasian Kak Tommy."

***

Posesif Boyfie (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang