9. Date

929 54 0
                                    

Argha menatap Zay dengan mata polosnya lalu memiringkan wajahnya.

"Date? Buat apa?"

"Main."

"Main apa?"

"Ck banyak tanya. Sekarang mandi terus ganti baju. Gw tungguin dibawah." Zay beranjak dari sana. Sebelum keluar, ia melongokkan kepalanya lagi ke dalam, "Jangan lama."

"I-iya."

Argha terdiam sejenak. Ntah kenapa dengan Zay. Sore itu dia mengajaknya untuk nge date berdua. Secara tiba-tiba. 

Tapi dalam hati Argha tersenyum senang. Dalam hidupnya baru kali ini ia merasakan apa itu 'bermain'. Ia terlalu sibuk mengadu nasib dengan takdir tanpa memikirkan masa mudanya yang kian berlalu tanpa sengaja.

Tak ingin membuat Zay marah, Argha cepat-cepat mandi. Hari ini minggu malam. Besok ia sudah diperbolehkan pulang oleh Esta. Selang-selang yang menyumbat lubang hidungnya dan menusuk tangannya sudah dilepas karena jika untuk keseharian, staminanya sudah oke. Kata dokter Rafi. Itu pun dengan syarat, Argha harus rutin meminum obat dan vitamin. Juga check up satu kali seminggu. Karena takut Esta berubah pikiran dan tak mengizinkannya pulang, akhirnya Argha menyetujui saja.

Argha keluar dari kamar mandi tak lama kemudian. Ia mendapati Esta yang tengah meletakkan beberapa jam tangan di box khusus dan penuh jam tangan merk mahal yang bisa dipastikan itu semua milik Zay.

"Eh sayang udah wangi gini. Mau nge date ya." Goda nya membuat pipi Argha memerah.

"H-hah nggak, Ma. Ka-kata Zay mau main."

"Ciee... Main kemana tuh?"

"Argha juga ga tau, Ma."

"Yaudah sini. Mama pilihin outfit yang cocok buat kamu."

"O-outfit?"

Esta mengangguk dengan cepat membuka lemari baju milik Zay. Kemarin ia membeli banyak baju untuk Argha padahal remaja itu sama sekali tak memintanya. Tapi ya namanya Esta sekarang udah over banget sama Argha yakan.

Bahkan Esta membelikan puluhan kupluk rajut cantik dan seragam sekolah. Karena waktu Argha bertemu dengannya, remaja itu mengenakan seragam yang sangat lusuh dan berjahit-jahit.

Esta mengambil sebuah hoodie biru langit dengan gambar dino merah dan hijau didepannya. Kemudian mengambil celana panjang cream. Dan kupluk bertuliskan 'king' didepannya berwarna putih.

"Ini. Pakai ya, sayang. Mama tunggu disini."

"E-eh? I-ini berlebihan ga sih, Ma?" Gugup Argha. Demi Tuhan selama hidupnya, ia belum pernah mengenakan pakaian semahal dan sebagus ini. Argha takutnya sangat sangat tidak cocok untuknya yang miskin, benaknya.

"Nggak. Cepet, sayang. Kamu mau buat Zay nunggu lama?"

Dengan sedikit terpaksa, Argha mengambil ke3 benda itu kemudian masuk lagi ke kamar mandi. Tak sampai 10 menit pintu itu kembali terbuka.

Esta yang menunggu dengan tak sabar itu menoleh. Matanya berbinar melihat malaikat cantik dengan wajah manisnya. Ouh Tuhan. Jika saja ia seorang lelaki, ia pastikan akan merebut Argha dari Zay untuk langsung dijadikan istri.

"Ke-kenapa, Ma? N-nggak cocok kan, Ma? Argha bu..."

"Hei hei hei. Udah perfek banget. Ayo. Mama ada sesuatu buat kamu, sayang."

"A-apa, Ma?"

"Sini ikut Mama."

Argha pasrah saja saat Esta mengajaknya keluar kamar. Hanya lewat satu pintu kemudian Esta membuka pintu lainnya. Dan mereka masuk. Argha terpukau melihat kamar mewah nuansa coklat cantik itu. Wanginya pun khas dan membuat siapa saja yang menempatinya pasti betah lama-lama disana.

Posesif Boyfie (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang